3 Kiat Asah Empati Agar Jadi Pemimpin Hebat

Konten Media Partner
14 Maret 2019 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
3 Kiat Asah Empati Agar Jadi Pemimpin Hebat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Seberapa penting sih empati? Bukannya yang namanya pemimpin perlu tegaan? Ets, kata siapa?
ADVERTISEMENT
Maria Ross, penulis Branding Basics for Small Business dan The Juicy Guides for Entrepreneurs, menuliskan pada enterpreneur.com bahwa seorang pemimpin justru harus memiliki rasa empati.
Menurutnya, seorang pemimpin yang punya empati tinggi punya tingkat keefektifan memimpin yang lebih tinggi ketimbang pemimpin yang nggak punya empati. Ross mengungkapkan, penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin yang berempati dapat mendorong tim atau bawahannya menjadi lebih produktif, partisipatif, dan inovatif.
Ross juga menambahkan empati memainkan peran besar dalam kepemimpinan. Pemimpin yang berempati dapat menciptakan lingkungan yang produktif di mana bawahannya dapat melakukan pekerjaan terbaiknya. Semua sifat itu dapat menghasilkan kinerja dan profitabilitas yang lebih baik.
Nah, berdasarkan tulisan Ross, berikut adalah tiga cara bagi para pemimpin untuk menumbuhkan lebih banyak empati:
ADVERTISEMENT

1 - Fokuslah pada apa yang sedang ada di hadapanmu atau sekitarmu

Bila kamu sedang berhadapan dengan orang, tapi pikiranmu nggak fokus karena banyak yang sedang kamu pikirkan, maka kamu nggak akan jernih mencerna perspektif orang itu.
Hal itu karena ketika kamu nggak dapat fokus, maka sulit untuk dapat berpikir jernih. Seringkali di saat pikiran nggak jernih, kamu akan berada dalam mode defensif dan reaktif, yang merupakan kebalikan dari empati.
Supaya dapat meningkatkan empati cobalah untuk mengontrol pikiranmu. Fokuslah pada lawan bicaramu atau kondisi di sekitarmu dan berkomitmenlah untuk memberi perhatian penuh.
Jika hal ini sulit dilakukan, cobalah setiap lima menit setiap hari, kamu fokuskan pikiranmu pada cara menangani konflik, melihat perspektif orang lain dan bertindak dengan rasa kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Jernihkanlah pikiranmu, coba beri waktu dan ruang khusus pada pikiranmu untuk berkontemplasi. Hal ini dikenal dengan mindfulness.
Untuk menumbuhkan perhatian di hadapan orang lain, mulailah dengan menghindari gangguan gangguan. Simpan handphone-mu, jangan melirik pesan-pesan di dalamnya. Lakukan ini di semua kegiatan rapatmu dan dorong semua orang untuk melakukan hal yang sama.
Jangan melakukan banyak tugas, fokuskan pada satu tugas. Ciptakan lingkungan yang memungkinkan semua orang dapat berkonsentrasi dan fokus secara penuh.

2 - Mendengarkan lebih banyak dibandingkan berbicara

Langkah selanjutnya dalam mengasah empati adalah dengan menjadi pendengar yang baik. Empati mengharuskan kamu untuk secara aktif mendengarkan apa yang terjadi pada orang lain. Kamu tidak dapat melakukan ini jika kamu banyak berbicara.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, di saat para pemimpin terus-menerus berbicara dan melibas pembicara lain, menunjukkan di mara bawahannya bahwa pemimpinnya tidak berperasaan. Namun, di saat pemimpin berbicara lebih sedikit dan lebih banyak mendengarkan, pesan yang tertangkap oleh bawahannya ialah bahwa dirinya dihargai.
Jadi untuk dapat meningkatkan rasa empati, sobalah kamu berlatih mendengarkan secara aktif. Biarkan bawahanmu curhat, berbicara, dan mengekspresikan dirinya. Berikanlah respon yang tepat pada bawahanmu sesuai kapasitasmu dan tunjukkanlah bahwa dirimu memfokuskan perhatian pada bawahanmu.

3. Milikilah rasa keingintahuan yang tinggi.

Salah satu ciri utama orang yang sangat berempati adalah mereka memiliki rasa ingin tahu yang nggak pernah puas tentang orang-orang yang berada disekitarnya. Orang yang berempati tinggi akan menganggap orang lain lebih menarik daripada dirinya.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, orang yang berempati memiliki rasa ingin belajar yang tinggi tentang kehidupan dan pandangan dunia yang berbeda darinya. Hal ini dapat membantu memahami dunia dari berbagai perspektif.
Nah, untuk itu sering-seringlah kamu ngajak ngobrol-ngobrol santai bawahanmu dan jika perlu tanyakan pada bawahanmu tentang kehidupan pribadinya. Hal ini agar kamu dapat memahami gambaran besar bawahanmu. Dengan kamu mengetahui kondisi dan gambaran besar bawahanmu, maka kamu akan dapat secara bijak mengkomunikasikan atau mengeluarkan kebijakan yang tepat.
[Penulis: Irvan | Editor: Tristia]