news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

3 Mindset Produktif Bupati Banyuwangi yang Patut Kamu Contoh

Konten Media Partner
23 September 2019 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abdullah Azwar Anas (Foto: Pemkab. Banyuwangi)
zoom-in-whitePerbesar
Abdullah Azwar Anas (Foto: Pemkab. Banyuwangi)
ADVERTISEMENT
"Ke Banyuwangi aja, yuk. Jalan-jalan habis nikah," ajak si Sayang.
ADVERTISEMENT
Banyuwangi merupakan tempat suami dan saya berbulan madu pada Juli 2018 kemarin. Sudah ada beberapa tempat wisata yang saya kunjungi. Di antaranya Pantai Merah, Grand Watu Dodol, Baluran, dan beberapa pantai lainnya. Ada satu wisata yang belum kami kunjungi, Gunung Ijen. (Kami suka lintas alam. Semoga suatu saat dimampukannya.)
Di balik itu semua saya percaya, Tuhan tidak sekadar memperjalankan saya dan suami ke Banyuwangi untuk bersenang-senang saja. Ada pelajaran yang ingin Ia ajarkan.
Beberapa bulan kemudian, baru kami menyadari bahwa ada spirit Azwar Anas yang perlu kami pelajari.
Chief Executive Officer (CEO) dan Founder Jouska, Aakar Abyasa Fidzuno baru-baru ini menceritakan Banyuwangi, potensi wisatanya, dan man behind that scene dalam stories Instagram-nya.
ADVERTISEMENT
Ya, dialah Azwar Anas, Bupati Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur yang kini tengah menjabat.
Beberapa bulan sebelum Aakar memaparkan kagumnya, Dahlan Iskan pun sempat membuat tulisan mengenai Azwar Anas di blog pribadinya. Judulnya, Belajar dari Banyuwangi.
Untuk menyarikan pembelajaran dari Aakar Abyasa dan Dahlan Iskan, berikut apa-apa yang saya petik.

1 - Budaya lama yang kontraproduktif bisa ditangani, dengan perbuatan

Dahlan Iskan dalam tulisannya menyebut Banyuwangi pernah dikenal sebagai ibukota santet nasional. Selain itu, dulu, masyararakatnya gemar berdemo terus.
Dalam disway.id, masyarakat sudah sampai tingkat percaya Banyuwangi sulit maju. Kantor bupatinya saja menghadap taman makam pahlawan. Di halaman makam itu ada patung pedang dan tombak. Itu yang membuat kabupaten berdarah-darah.
ADVERTISEMENT
Sang Bupati Azwar Anas, tidak percaya hal tersebut. Baginya, kepercayaan seperti itu harus dibasmi. Bukan dengan khotbah atau kecaman. Tapi tindakan.
"Patung senjata itu dia bongkar. Halaman makam itu dia mundurkan. Menjadi luas. Lalu dia hutankan. Dengan pohon sawit. Rapat. Rindang. Dia buat plaza di bawahnya. Dia pasangi wifi," tulis Dahlan Iskan.
Alhasil, makam itu tidak terlihat dari luar. Yang tampak adalah hutan sawit yang rimbun dan indah. Anak-anak muda berwifi ria di naungannya.
Selain itu, dua kanon meriam dia pasang di depan kantor kabupaten menghadap makam. Barangkali inilah senjata untuk menangkis pedang dan tombak yang sudah tidak ada.
"Sudah tujuh tahun tidak ada demo di Banyuwangi," tulis Dahlan.
Saya jadi ingat, betapa sering mengutuki tradisi atau budaya lama. Tapi saya sendiri tidak bisa menawarkan solusi yang lebih baik. Melalui Azwar Anas, saya terinspirasi, untuk memperbaiki budaya lama justru dengan tindakan inspiratif.
ADVERTISEMENT

2 - Sadarilah potensi diri dan sekitar, kemudian, berdayakanlah

Dalam stories-nya Aakar Abyasa tentang Banyuwangi, ia menampilkan Direct Message (DM) yang ia dapat. DM itu berbunyi,
"Saya pernah ikut FGD dari BKPM, untuk memfasilitasi daerah yang punya potensi wisata & investor. Dari beberapa daerah yang hadir, cuma Banyuwangi yang persiapannya matang sekali. Mereka cetak blueprint mengenai peta potensi wisatanya yang bisa dijual, kerasa banget Mas birokratnya beneran kerja..."
Aakar membalas dengan, "Mas @azwaranas.a3 ini biar putra daerah, taste-nya cakep banget. Bikin festival musik, yg dibajak @nikitadompas. Bikin bandara yang ngedesain Om @andramatin. Tunggu waktu aja Banyuwangi."
Masih di rangkaian stories-nya, Aakar menilai Bupati Banyuwangi sengaja mengatur wisata di kabupaten tersebut dengan konsep Ecotourism. "Ya gimana, wong landscape-nya uda cakep banget.."
ADVERTISEMENT
Sedangkan Dahlan Iskan menulis, Anas inisiatif bangun bandara. Kini sudah ada penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi tiga kali sehari. Juga dari Surabaya.
"Tak lama lagi dari Singapura dan Kualalumpur. Banyuwangi yang bisa berbuat begini. Ekonominya tumbuh 6,7 persen," ujarnya.
Dari Azwar Anas, saya belajar, untuk mengenal potensi-potensi yang ada di dalam dan sekitar diri. Kemudian, jangan tanggung-tanggung diberdayakan!

3 - Ketika punya kuasa, ajak sesama untuk peduli kaum termarjinalkan

Azwar Anas, merujak pada tulisan Dahlan Iskan, juga memperhatikan nasib kaum manusia lanjut usia (manula). Khususnya, yang tinggal di Panti Jompo.
Pemerintahan Anas rutin kirim makanan dua kali sehari kepada kaum manula tak mampu. Tiap kali satu rantang berisi tiga. Anas tahu birokrasi tak akan mungkin menanganinya. Maka dia tunjuk warung-warung terdekat.
ADVERTISEMENT
"Misalnya warung bu Fatimah," papar Dahlan. "Setiap bulan Bu Fatimah menerima pembayaran dari Pemda. Serantang Rp 18.000. Juga bertanggungjawab atas mutu makanan."
Mendengar kisah inspiratif ini, saya kagum. Betapa Azwar Anas peduli terhadap kaum termajinalkan, yang barangkali tampak 'kontras' dengan ambisi pariwisata kabupatennya. Ia mengimbangi ambisi pariwisatanya itu dengan memperhatikan kaum termajinalkan.
Tak hanya itu, ia mengajak warganya (warung-warung), dengan berkolaborasi memberi makan pada kaum manula.
Hal ini menginspirasi saya untuk tetap membumi, walau memiliki ambisi-ambisi melangit.
--
Semoga suatu saat nanti, bisa kembali berkunjung ke Banyuwangi, dengan inspirasi-inspirasi baru yang akan kami dapatkan!
[Penulis: Tristia]