4 Alasan Naik Transportasi Umum itu Asyik

Konten Media Partner
25 Maret 2019 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga yang turut dalam uji coba publik MRT Jakarta, Selasa (12/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga yang turut dalam uji coba publik MRT Jakarta, Selasa (12/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Yeay! Mass Rapit Transportation (MRT) telah diresmikan di Jakarta, 24 Maret 2019 kemarin! Wah asyik, nih. Nambah varian baru menaiki transportasi umum di ibu kota.
Beberapa bulan yang lalu di Guardian, saya membaca berita mengenai kerjasama Adidas dengan organisasi tranportasi publik di Berlin, Jerman.
Agar menarik kaum belia untuk menaiki transportasi umum, Adidas memproduksi sepatu berdesain kece. Sepatu seri ini berfungsi pula sebagai tiket untuk menaiki transportasi publik.
“Saya bukan penggemar keras Adidas, tapi ide pakai sepatu Adidas seri tertentu agar jadi tiket kereta itu keren banget," ujar Jana Sträter, pemudi Jerman berusia 20 tahun.
Saya pikir, “Wow, boleh juga strateginya.” Bisa nggak diterapin di Indonesia? Hem, nggak semudah itu nampaknya. Apalagi jika menyangkut willpower, politik pengusaha, preman jalanan, dan lain sebagainya.
Perusahaan Transportasi Umum Jerman kerjasama dengan Adidas untuk memproduksi sneaker Adidas untuk jadi tiket kereta. (Foto: Overkil)l
Namun, walau agak nggak mainstream, saya memilih bersetia (duile) menggunakan transportasi umum. Transportasi umum yang biasa kunaiki adalah angkot, ojek online, bus, dan kereta. MRT? Belum nyoba, nih. Pengen.
ADVERTISEMENT
Kenapa sampai setia gitu sih, Tris? Sesungguhnya sih, karena males belajar naik motor/mobil. He he. Eh tapi nggak karena hal itu juga. Ada beberapa hal yang bikin saya doyan pakai transportasi umum.
Di antaranya:

1 - Bisa melakukan hal-hal produktif lain selagi di kendaraan

Selain diam aja sembari ngelamun, hal yang asyik dilakukan ketika sedang di kendaraan umum adalah:
(a) Membaca chat teman. Daripada membacanya pas lagi tatap muka dengan yang lain, lebih baik pas lagi ada di kendaraan umum.
(b) Baca buku atau artikel yang udah di-bookmarked/disimpen, ketimbang scrolling media sosial.
(c) Baca kitab suci. Lumayan sih, bisa dapat sehalaman sampai setengah juz. Lebih cihuy lagi dibarengi tadabbur (refleksi) ayat.
ADVERTISEMENT
(d) Nyicil kerjaan. Kalau naik bus atau kereta enak, bisa buka laptop terus beresin kerjaan. Nyicil kerjaan di angkot juga bisa, palingan pakai smartphone.
(Foto: Viktor Forgacs untuk Unsplash.com)

2 - Belajar ngatur waktu

Nggak bisa dipungkiri, pakai transportasi umum (terutama non ojek online) memang membutuhkan waktu lebih lama untuk persiapan.
Tapi jadi terlatih untuk lebih bersiap juga. Juga, tergiring atur waktu agar menikmati quality time di kendaraan umum. Mmmm~

3 - Hobi observasi terfasilitasi

Hobi saya adalah mengamati manusia, atau sesekali menyimak obrolan mereka (baca: nguping termaknai) terfasilitasi dengan oke. Menyenangkan, bersinggungan dengan orang-orang berbeda latar belakang di angkutan umum.

4 - Berkontribusi mensukeskan kampanye pro-transportasi publik

Menaiki transportasi umum merupakan bagian dari pengurang polusi dan kemacetan pula. Mungkin nggak signifikan banget, ya. Tapi membiasakan saja.
ADVERTISEMENT
***
Jadi gimana, udah siap mengonversi kendaraan pribadimu buat naik MRT? Lumayan, uang hasil jual kendaraannya bisa jadi modal nikah. #eeh
[Penulis & Editor: Tristia]