news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Seorang Leader

Konten Media Partner
19 Juni 2019 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Menjadi pemimpin berarti memiliki tanggung jawab penuh dengan apa yang dipimpinnya. Dengan kewenangan yang luas semestinya seorang pimpinan atau CEO perusahaan bisa menjadi komandan yang piawai bagi setiap pegawainya.
ADVERTISEMENT
Namun, ada beberapa kesalahan yang sadar atau tidak sadar biasa dilakukan. Apabila kesalahan-kesalahan ini diperbaiki, bukan hanya akan menyelamatkanmu sebagai seorang pemimpin tapi juga perusahaan yang kamu pimpin. Berikut empat kesalahan yang kerap dilakukan seorang pemimpin.
Mark Moses, CEO Coaching International, menulis dalam blog-nya banyak CEO yang menangani berbagai pekerjaan. Padahal, menetapkan batasan apa saja yang menjadi tugasnya dan apa saja yang perlu dikerjakan tidak akan membuat CEO atau seorang pemimpin perusahaan terlihat lemah.
Jika kamu seorang CEO atau pemimpin tapi masih saja turun tangan dalam masalah penggajian, membersihkan kantor, membeli keperluan kantor, maka segera perbaharui sikapmu. Bukan berarti kamu tidak rendah hati untuk melakukan hal-hal tersebut, tapi setiap posisi ada tugasnya, dan itulah gunanya pendelegasian tugas.
Ilustrasi leader. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Miles Group dan Stanford Graduate School, salah satu kelemahan yang dimiliki para CEO adalah keterampilan untuk mendengarkan. Padahal dengan memiliki keterampilan ini, seorang CEO atau pemimpin bisa mempraktikkan apa yang disebut oleh perpustakaan Oxford sebagai “Ilmu Belas Kasih” di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Untuk menerapkan gaya manajerial ini, seorang pemimpin harus mulai mendengarkan karyawannya. Belajar dengan berbicara dengan mereka dan mengetahui apa yang mereka suka dan tidak suka tentang pekerjaan mereka.
Kemudian, lihat bagaimana kamu dapat meminimalkan ketidaksukaan mereka dan memaksimalkan imbalan yang mereka alami dari bekerja untuk perusahaan.
Kita bisa belajar dari persaingan Barnes & Noble dan Amazon. Pada awalnya toko buku merupakan “pemain tunggal” yang mendominasi pasar, hingga muncul Amazon yang menjual buku secara online. Lalu Barnes & Noble menambahkan kedai kopi di toko buku mereka untuk mendorong kunjungan pembeli.
Namun, Amazon tetap perlahan membuat pembeli berpaling. Hingga akhirnya Barnes & Noble membuat e-reader untuk bersaing dengan Amazon Kindle.
ADVERTISEMENT
Saat ini mungkin memang Barnes & Noble kalah dari Amazon. Tapi dengan mental tidak mudah menyerah dengan persaingan, mereka pun terus berkembang dan berinovasi.
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang paling berbahaya adalah budaya ‘gosip’ dan prasangka. Saat kondisi perusahaan atau bisnis sedang lesu, biasanya muncul desas desus di kalangan karyawan yang menganggu kinerja mereka. Di sinilah peran pemimpin seharusnya muncul, supaya bisa memberikan batasan agar desas-desus tersebut tidak semakin berkembang.
Dalam sebuah wawancara dengan Dan Schawbel untuk Forbes, Dr. Henry Cloud, seorang psikolog klinis yang dikenal pula sebagai penasihat CEO, mengklaim bahwa para pemimpin perlu menetapkan beberapa jenis batasan.
Dia pertama kali menyarankan membuat pedoman yang memungkinkan karyawan untuk fokus pada apa yang penting. Batas lain yang disarankan Dr. Cloud adalah menghindari emosi negatif. Pemilik bisnis dapat membuat aturan yang menumbuhkan lingkungan emosional yang mendukung yang cenderung meningkatkan kinerja dan kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
[Penulis : Izzudin|Editor : Nadhira]