Apa Benar Perempuan Dipandang Lebih Tinggi Jika Memilih Urus Rumah Tangga?

Konten Media Partner
14 Februari 2020 21:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Photo: Omar Lopez on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo: Omar Lopez on Unsplash
ADVERTISEMENT
Mengapa tinggi-tinggi kuliah jika ujung-ujungnya menjadi ibu rumah tangga?
Mengapa lama bekerja jika pada akhirnya kembali mengurus suami dan anak saja?
ADVERTISEMENT
Hidup sebagai perempuan dengan lingkungan yang patriarkis mungkin terdengar menyebalkan. Saat perempuan memilih berkarier daripada mengurus rumah tangga, pasti ada saja mulut yang berkomentar alias julid. Namun, jika memilih menjadi ibu rumah tangga padahal bergelar sarjana, malah diperdebatkan. Terus maunya apa, sih?
Terkadang, perempuan akan dipandang lebih tinggi jika telah sampai pada jenjang pernikahan oleh masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu, masih ada perempuan yang dipandang sebelah mata karena menentukan pilihannya sebagai wanita karier yang sukses, berprestasi, dan bahagia.
Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam memilih jalan kehidupannya, termasuk berkarier. Akan tetapi, kenapa respon yang didapatkan tidak sama? Nah, kali ini Temali sudah berbincang dengan beberapa orang yang sudah menyampaikan pendapatnya. Yuk, simak!
ADVERTISEMENT
Pandangan bahwa perempuan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat karena telah sampai pada tahap pernikahan?
Menurut Arif, seorang perempuan tidak hanya menjadi seorang individu yg mengurus hajatnya sendri tapi telah memiliki sebuah tugas baru yaitu sebagai seorang istri. Oleh sebab itu, dengan mnjadi istri, dia berksempatan menjadi seorang ibu dri manusia lain. Secara tidak langsung, wanita menikah memang layak dipandang lebih tinggi.
Berbeda pendapat dengan Arif, Dinda Deselia (23) jelas sangat tidak setuju tentang pandangan tersebut. Menurut Dinda, hal itu merupakan anggapan untuk menghalangi perempuan untuk bisa sukses dan bahagia sesuai yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Dinda sangat tidak setuju dengan adanya anggapan bahwa sistem reproduksi perempuan itu jauh lebih penting. Jika perempuan itu belum merasakan hamil, melahirkan, dan menyusui sering dianggap tidak utuh sebagai perempuan.
Ekki Purwabhakti (29) juga mengatakan ketidaksetujuannya dengan anggapan tersebut. Hal itu disebabkan karena perempuan juga individu yang punya otak dan cita-cita.
ADVERTISEMENT
Photo: T. Chick McClure on Unsplash
Bagaimana pendapatmu tentang pilihan perempuan yang mengejar mimpi sekaligus mengurus rumah tangga?
Menurut Ekki, pilihan ini lambat laun harus dihadapi oleh perempuan (jika sudah berkeluarga), karena berkaitan dengan bagaimana kesepakatan suami-istri untuk mendidik anaknya. Menurutnya, peran seorang ibu dalam tumbuh kembang anak itu sangat penting, sehingga pilihannya sebetulnya tidak melulu kerja kantoran atau jadi ibu rumah tangga tapi bisa berwirausaha.
ADVERTISEMENT
Dinda berpendapat bahwa budaya patriarki telah membatasi fungsi perempuan dan laki-laki. Perempuan itu “kodratnya” ya kerjanya di rumah sedangkan laki-laki melakukan kegiatan di luar.
Perempuan itu dibebankan untuk bisa mengurusi kerjaan rumah tangga. Padahal, ada suatu penelitian kalau pekerjaan rumah tangga itu seharusnya dibagi secara setara untuk perempuan dan laki-laki, perempuan akan mendapatkan waktu untuk mengembangkan dirinya.
Oleh sebab itu, Dinda ikut berbagai komunitas perempuan dan ikut diskusi untuk menguatkan kepercayaan kalau perempuan harus menyuarakan pengalaman yang tidak pernah dirasakan oleh laki-laki.
ADVERTISEMENT
Menjalani peran ganda sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga terbilang berat dan penuh pengorbanan. Kedua peran ini justru bisa saling mendukung satu sama lain sekaligus memberi nilai tambah. Toh selama dijalani dengan bahagia, kedua peran itu bakal terlakoni dengan baik. Apalagi, jika apa yang dilakoni sesuai dengan gairah pribadi.
ADVERTISEMENT
Bila merasa berkarier adalah passion, jalankan. Selama yakin keduanya bisa jalan seimbang, jalankan dengan bahagia. Oleh sebab itu, jangan takut untuk memilih karena anggapan orang yang berbeda.***
[Penulis: Risky Aprilia]