Apa Kata Pakar Mengenai Finger Print Test?

Konten Media Partner
29 Januari 2020 5:34 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa abad terakhir, banyak bermunculan cabang ilmu psikologi yang dibuat manusia bertujuan untuk memahami kepribadian masing-masing individu. Hal tersebut tidaklah aneh, karena ternyata upaya manusia untuk mempelajari jiwa sudah berawal sejak zaman Socrates, 400 tahun sebelum Masehi. Jauh sebelum psikologi sendiri lahir menjadi ilmu mandiri.
ADVERTISEMENT
Pasca kelahirannya, psikologi berkembang terus, termasuk mengupayakan berbagai teknik dan metode untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, seperti test IQ, minat, sikap, bakat, emosi dan sebagainya. Kemajuannya sangat langkah-demi-langkah, tidak ada yang langsung meloncat, dan sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, setiap kemajuan, temuan atau kritik selalu dilaporkan dalam jurnal-jurnal dan seminar-seminar psikologi seluruh dunia.
Saat ini, khususnya di Indonesia, sedang tren dua metodologi yang banyak dipakai untuk mengukur kepribadian dan potensi individu yaitu Finger Print Test dan Mapping Multiple Intelligence. Baik keduanya, masing-masing memiliki pro dan kontra.
Seperti misalnya Finger Print Test yang menurut sebagian orang memiliki banyak manfaat namun menurut sebagian lain tak lebih dari pseudoscience yang hanya bermodalkan cocok-cocokan. Tentu hal ini lumrah terjadi, mengingat tes sidik jari sendiri belum teruji secara ilmiah apabila dipakai untuk mengetahui kepribadian atau faktor internal manusia lainnya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pro dan kontranya, Finger Print Test memiliki beberapa kelebihan menurut para praktisinya, seperti secara simple mampu mengungkap kepribadian seseorang dan memetakan fungsi otak sesuai dengan hasil scanning sidik jarinya.
Dari segi kelemahannya sendiri, Alm. Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, guru besar psikologi dan juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia periode 1997-2004, pernah menulis tentang hal tersebut dan sempat mencuat di media massa.
Inti dari tanggapan beliau adalah, menurutnya Finger Print Test tak ubahnya seperti ilmu semu lain dalam psikologi seperti Astrologi, Numerologi dan Tarot. Semua itu diklaim sebagai ilmu lengkap dengan literature dan tekniknya masing-masing, namun ada satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh semua ilmu semu tersebut, yaitu tidak bisa diverifikasi teorinya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ilmu sidik jari, tidak bisa diverifikasi bagaimana hubungannya antara sidik jari (bawaan) dengan sifat, minat dan perilaku individu. Karena seseorang merupakan hasil dari ratusan variabel seperti faktor sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, lingkungan alam, dan sebagainya, walaupun juga termasuk sedikit faktor bawaan.
Menurut kamu sendiri bagaimana? Apakah benar sidik jari bisa menunjukkan kepribadian bahkan memetakan kecerdasan seseorang?