Apakah Seorang Psikopat Bisa Disembuhkan?

Konten Media Partner
17 Desember 2019 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Mendengar kata psikopat pikiran kita biasanya tertuju pada suatu hal negatif, seperti orang jahat bahkan pembunuh bersenjata tajam. Label psikopat cenderung diberikan kepada orang-orang yang biasanya kita tidak sukai karena perilaku atau kebiasaan yang dia lakukan.
ADVERTISEMENT
Lalu sebenarnya apa sih, psikopat itu? Dilansir dari Healthy Place, definisi dari psikopat menurut Society for the Scientific Study of Psychopathy adalah sebuah konstelasi sifat yang terdiri dari fitur afektif, fitur interpersonal, serta perilaku impulsif dan antisosial.
Fitur afektif termasuk kurangnya rasa bersalah, empati, dan ikatan emosional yang mendalam dengan orang lain; lalu untuk fitur interpersonal termasuk narsisme dan tidak tulus; kemudian fitur impulsif dan perilaku antisosial, termasuk ke dalam ketidakjujuran, memanipulasi dan selalu mengambil resiko dengan ceroboh.
Berbeda dengan orang yang memiliki gangguan psikosis (gangguan kejiwaan butuh penanganan di rumah sakit jiwa), psikopatik merupakan gangguan lanjutan yang lebih nyata dan cenderung berhubungan dengan realitas yang rasional.
Individu dengan gangguan psikopat sering ditangani di lembaga permasyarakatan (Lapas) atau ranahnya sudah sampai ke penjara, tapi tidak menutup kemungkinan juga akan ada di lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT

Faktor yang menyebabkan psikopat

Foto: Unsplash
Belum diketahui secara spesifik, faktor dari penyebab psikopat sendiri. Namun, kemungkinan berasal dari kombinasi faktor antara keturunan, lingkungan dan interpersonal. Contohnya, anak dengan psikopat lebih cenderung menjadi psikopat dengan sendirinya dan menunjukkan adanya faktor genetik.
Sementara itu, pengalaman dalam hidup seseorang dapat memengaruhi resiko seseorang menjadi seorang psikopat. Misalnya, pola asuh yang buruk, pola asuh yang berfokus pada hukuman serta sistem asuhan yang tidak konsisten. Lalu, perpisahan orang tua dan kurangnya keterlibatan orang terdekat serta faktor kekerasan fisik juga bisa meningkatkan resiko seseorang untuk terkena gangguan psikopat.
Hal ini juga dibenarkan oleh Nurafni, seorang ahli psikolog, ia mengatakan ada tiga jenis tahapan gangguan jiwa yang dialami oleh individu yaitu neurotik, psikotik dan psikopatik. Neurotik adalah gangguan ringan yang bisa ditangani oleh psikolog. Gangguan yang muncul seperti masalah psikis yang muncul pada fisik seseorang.
ADVERTISEMENT
Lalu, psikotik merupakan gangguan lanjutan yang meliputi gangguan jiwa dan bisa menempuh pengobatan di rumah sakit jiwa. Sementara, psikopatik yaitu, gangguan yang hanya bisa ditangani dengan asuhan lapas dan memang secara teoritis harus dipenjarakan.
"Dipenjarakan di sini gunanya untuk direedukasi karena salah pengasuhan," kata Afni.
Sementara itu, menurut Healthy Place dalam artikel "Treatment for Psychopaths: Can the Psychopath Be Cured?", belum ditemukan terapi atau obat penyembuh bagi orang dewasa yang terkena gangguan psikopat. Berbagai perawatan yang dilakukan belum terbukti efektif.
Sementara itu, untuk psikopat yang mengenai anak-anak, masih menemui harapan untuk sembu. Hal ini bisa dilakukan dengan segera mengonsultasikannya pada psikolog atau psikiater yang mempunya concern terhadap gangguan psikopat.
Adapun tendensi tersebut dapat dilihat saat anak memiliki emosi yang susah dikontrol, sering mengganggu orang lain, sering terpicu untuk melakukan hal yang membahayakan, susah diberi tahu dan sangat marah jika dibenarkan serta gangguan-gangguan lainnya.
ADVERTISEMENT
Jika menemui hal-hal tersebut dan sudah tidak bisa terkontrol diharapkan orang tua segera menemui psikolog atau psikiater untuk menempuh perawatan atau terapi.