Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Buah apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Setidaknya teori itu sudah dibuktikan oleh Isaac Newton saat mendapatkan Eureka!-nya tentang gravitasi. Namun kalimat tersebut kini sering diartikan bahwa anak tidak akan berbeda jauh dari orangtuanya dalam segala hal.
ADVERTISEMENT
“Anak terlahir ibarat tabula rasa”, kata John Locke. Tabula Rasa bisa diartikan pula kertas putih. Maknanya, kertas yang bebas diisi dengan gambar dan tulisan apa saja bagi yang memegang pena. Tapi benarkah anak seperti kertas putih bagi orangtuanya?
Orangtua, sesuai hakikatnya pasti ingin yang terbaik bagi anaknya. Apabila orangtuanya sukses menjadi seorang pengusaha dan mendapatkan kebahagiaan dengannya, bisa jadi orangtua akan berupaya membentuk sang anak untuk mengikuti jejaknya. Tapi boleh jadi, tak selamanya definisi bahagia antara orangtua dan anak itu sama.
Ada dua teori perkembangan manusia. Manusia yang berkembang secara nature, dan manusia yang berkembang dengan nurture.
Nature dapat diartikan alami, turunan, herediter, genetif, atau biologis. Artinya, yang memiliki pandangan bahwa perkembangan itu nature alias alamiah berkeyakinan bahwa perkembangan kita sudah ditentukan dari sananya. Kita memiliki cetak biru, dan berdasarkan itulah kita berkembang.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan pandangan nurture, yang berkeyakinan bahwa manusia berkembang karena bentukan lingkungan. Misalnya pola asuh, pendidikan, pergaulan, keluarga dan semacamnya.
Hakikatnya setiap manusia itu unik, dan setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Tak mesti seorang anak menjadi pengusaha sebagaimana yang orangtuanya telah lakukan dan inginkan ataupun profesi lainnya.
Tapi kalau memang keinginan orangtua dan anak sejalan, maka itupun adalah sebuah pilihan. Jika tidak, sang anak dengan bakat yang sudah Tuhan karuniakan dalam dirinya, punya kebebasan memilih ingin menjadi apa. Tugas orangtua adalah mendukung dan mengarahkan tanpa harus mendikte. Karena setiap manusia telah diciptakan dengan kodratnya masing-masing.
[Penulis: Izzudin|Editor : Nadhira]