Ayo Perbaiki Pola Pengasuhan Anak Agar Jauh Dari Kenakalan Remaja!
ADVERTISEMENT
Kenakalan remaja jadi ketakutan tersendiri bagi para orang tua Banyak hal yang dilakukan oleh orang tua agar anaknya tidak terjerumus pada perilaku-perilaku negatif yang mungkin akan membawanya kepada kenakalan remaja.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, orang tua tidak selalu bisa mendampingi dan mengawasi anak. Sementara itu, lingkungan luar menjadi salah satu faktor eksternal yang paling berpengaruh bagi remaja. Lantas gimana sih pola pengasuhan anak yang baik, agar anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
Sri Haryati, Emak Kepala Suku (Kepala Sekolah) Sekolah Hayat sekaligus pemerhati anak, bilang pendidikan sekolah itu tugasnya meningkatkan intelektualitas, sedangkan perilaku itu harusnya dari rumah karena itu merupakan keteladanan bukan hanya masalah dalam bahasan bab etika.
ADVERTISEMENT
Lalu, agar remaja bisa jauh dan menjaga diri dari kenakalan remaja orang tua bisa melakukan cara berikut:
Orang tua harus merencanakan fokus pengasuhan anak pada fase usia tertentu. Misalnya, pada 10 tahun pertama, orang tua fokus untuk membangun cinta dan ketangguhan mental. Ketangguhan mental itu bisa dimemperbanyak dri momen kebersamaan bersama orang tua.
Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan, terutama untuk orang tua agar bisa memisahkan mana ambisi diri orang tua dan mana tugas pendampingan orang tua. Biasanya Sri menyebutkan ada tiga tugas pokok pengasuhan untuk orang tua.
Pertama sebagai fasilitator anak, kedua sebagai spiritual coach untuk membasuh luka dan mengajarkan anak spiritualitas. Lalu ketiga, sebagai seorang terapis, ini kondisinya kalau anak sudah terluka atau perilaku anak sudah menyimpang.
ADVERTISEMENT
"Orang tua yang ambisius biasanya menjadikan panggung anak sebagai panggung dirinya.Bisa jadi juga itu ambisi masa lalu orang tuanya yang belum tuntas. Jadi ia mengekang anaknya agar pintar, juara kelas dan lain sebagainya" jelasnya.
Intinya kalau bersama anak Sri bilang, orangtua harus selalu ada dan bersedia mendengarkan, enjoy menjalankan kebersamaan bersama keluarga.Terutama saat anak sedang mengalami konflik.
Seperti ketika anak berantem dengan teman, seorang ayah harus bisa membangun mental seperti 'udah kamu bisa pulang babak belur, kamu juga harus bisa dong sembuh lagi lukanya. Kamu harus kuat dan buktiin bahwa kamu mulia dan kamu berharga'.
Menurut Sri intinya hanya seputar memberikan tiga tugas pokok itu, anak juga sebenarnya tidak akan meminta fasilitas yang banyak. Ia hanya meminta waktu kebersamaan dan perhatian yang cukup.
ADVERTISEMENT
Dia bilang, orang tua harus sabar dan menurutnya fase paling susah saat mengasuh anak itu saat 15 tahun pertama kehidupan anak. Kedepannya, orang tua tinggal memngingatkan dan mengawasi saja.
Pesan dari Sri untuk para orang tua, agar mereka selalu ada untuk anaknya. Hadir itu tidak hanya secara fisik tapi secara mental dan emosional. Lalu pahami dan nikmati momen kebersamaan karena mengurus dan mendampingi anak itu susahnya hanya sebentar.
"Nikmati dan bangun bonding yang akan mengikat anak, saat mereka akan terbawa ke arus pergaulan. Bonding yang akan mengingatkan mereka bahwa 'aku punya orang tua yang punya harapan tinggi' dan tentunya mengingatkan mereka kalau kita sayang pada mereka," tutupnya***