Bersorai Melepas Masa Lalu

Konten Media Partner
4 November 2019 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
Kadang orang harus diuji dulu untuk tahu caranya bertahan. Kadang orang harus jatuh dulu agar tahu caranya bangkit. Dua hal itu terus saya pegang sampai saat ini, sebagai tameng kala ketidaksesuaian dalam hidup menghampiri.
ADVERTISEMENT
Tak ada yang sempurna, saya tahu. Hal yang kita inginkan kadang tidak selalu terwujud dalam kehidupan kita. Meskipun do'a-do'a dan usaha terus menerus dipanjatkan tapi jika Tuhan belum berkehendak, berarti memang belum waktunya. Tuhan masih ingin melihat kita berusaha lebih baik lagi.
Ada banyak hal yang dirasa menjadi sumber kecewa dan penyesalan, salah satunya adalah kegagalan menempuh satu tujuan. Ah, saya hampir frustasi, kala satu tujuan hidup menempuh masa depan tidak terjadi sesuai harapan. Kacau, kacau, sekacau-kacaunya. Berantakan, bahkan saya harus menyusunnya kembali dari awal. Bukan hanya sekadar materi tapi juga dari segi mental agar terus tetap kuat.
Ada satu hal lagi, yang membuat saya semakin tertekan saat itu. Kala teman-teman sudah mulai meninggalkan rutinitas yang saat ini masih saya kerjakan dan berjalan beberapa langkah lebih maju. Bukan iri, hanya saja sedikit merasa kehilangan. Teman seperjuangan yang selalu bersama di kala sedih ataupun senang, kini mungkn tak akan lagi sama ke depannya. Kita punya hidup masing-masing, punya kesibukann masing-masing.
ADVERTISEMENT
Saya menangis tersedu, tanpa ada yang bisa menolong. Saat itu, yang saya tahu hanya ada saya dan sebongkah keegoisan, serta kenyataan yang menampar keras. Lantas tanya-tanya itu pun muncul, “Apa yang salah? Siapa yang salah? Kenapa ini menjadi suatu yang bermasalah?”
Bergumul dengan rasa sakit dan mencoba merenungi setiap langkah yang telah dilalui. Namun, setelahnya, saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Memafkan masa lalu dan mencoba merayakan saat ini, bersorai untuk segera melepaskan. Ahh iya, yang saya lepas adalah waktu dulu, waktu gagal dan waktu sesal “Sudahlah”.
Memang saya sadar setelahnya, menangis selama apapun, menangis sekuat apapun, waktu tak akan kembali. Akan tetapi, saya juga tidak menyalahkan tangisan saya. Benar kata orang tangis bisa melepaskan beban, setidaknya, saya bisa kembali berpikir jernih setelahnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, yang terjadi adalah saya meyakinkan diri untuk kembali memulai. Memasang kuda-kuda yang kuat agar di waktu selanjutnya, saya bisa lebih kuat, lebih keras dan lebih ikhlas. Menyusun kembali, benang-benang yang kusut dan menyulamnya kembali menjadi tujuan yang selama ini diupayakan.
Mari kita mulai bersorai melepaskan segala tekanan yang terjadi karena masa lalu. Mencoba untuk rela dan membuat pesta pelepasan untuk segala kegagalan di masa lalu. Memulai kembali apa yang seharusnya menjadi tujuan utama dan memulai cerita yang baru.
Semoga Tuhan memberikan jalan, semoga semesta memberikan kasih sayangnya dan semoga diri kita bisa belajar, dan terus bangkit kala terjatuh. Bangun dan lupakan segala hal yang membuatnya terperosok pada lubang yang sama***
ADVERTISEMENT