Bonding Anak dan Orang Tua Dapat Cegah Kenakalan Remaja

Konten Media Partner
11 November 2019 9:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu mendengar seseorang bercerita tentang masa lalunya, kalau ia pernah ingin melakukan sesuatu hal yang buruk tapi ia selalu ingat dengan orang tuanya? Misalnya, ia pernah ingin ikut tawuran bersama teman, namun, ia te pada foto orang tua di nakas samping tempat tidur. Lalu, ia bilang:
ADVERTISEMENT
"Kalau gue bimbang gue selalu inget orang tua gue, terus bayangin, gimana ya, kalau orang tua gue tahu gue kayak gini?"
Tahukah kamu, bahwa hal itu menunjukkan ikatan orang tersebut sudah terjalin dengan kuat bersama orang tuanya? Ikatan menjadi sistem imun bagi sang anak untuk dapat terjauh dari kenakalan remaja. Lalu, gimana sih caranya biar ikatan anak dan orang tua dapat terjalin dengan baik?
Seperti dibahas dalam artikel sebelumnya, Sri Haryati, Emak Kepala Suku (Kepala Sekolah) Sekolah Hayat sekaligus, pemerhati anak, meyebutkan bahwa bonding jadi salah satu cara untuk memperbaiki ikatan antara keluarga dan anak.
Bonding bersama anak adalah salah satu cara untuk mencegah anak agar jauh dari hal-hal negatif. Bonding juga dapat menjadi penjaga atau immune saat anak bimbang dalam memutuskan untuk melakukan sesuatu. Bonding akan mengikat anak untuk selalu ingat bahwa orang tua sayang pada mereka dan memiliki harapan yang baik kepada mereka.
Foto: Unsplash.com
Menurut, Sri, sebenarnya Tuhan sudah memberikan kesempatan bonding dengan anaknya sejak dalam rahim.
ADVERTISEMENT
"Anak di perut, itu kan kuat banget yah ikatannya. Lalu, 2 tahun pertama sang ibu dikasih kesempatan untuk memberikan ASI. Itu kan pendekatan secara fisik dan jasmani, terhubung dan energinya nyampe," ujarnya.
Bonding itu action bentuknya, entah itu perbuatan dalam memberikan pendidikan, hiburan atau kasih sayang. Saat umur 5 tahun pertama, orang tua melakukan bonding dengan mulai menyuapi makanan anak, memandikan, mengurusnya saat dia ingin buang air dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya, bukan hanya mengajarkan anak agar mandiri tapi juga membangun bonding, membangun energi dan menyambungkan frekuensi antara orang tua dan anak.
Kemudian di 5 tahun ke atas, anak mulai dilepas. Ada training atau pendidikan usia dini bersama guru atau tutor. Mereka juga sudah mulai bermain bersama anak-anak yang lain, tinggal orang tua selalu membersamai mereka. Jadi tempat pulang saat mereka mendapatkan masalah, semisal karena jatuh secara fisik. Kita obati lukanya dan berikan support lagi agar mereka bisa lebih hati-hati dalam bermain.
ADVERTISEMENT
"Nah, lalu 10 tahun, anak mulai terluka secara emosi sama teman. Sama saja sebetulnya, peran orang tua di sini menjadi sahabat, tempat curhat dan penyembuh luka agar dia bisa bangkit lagi dan membangun percaya dirinya," jelas Sri.
Hingga usia menuju remaja, mereka mulai sering di luar bersama teman sebaya. mengenal dunia yang lebih luas, mungkin sedikit jarang kebersamaannya dengan orang tua karena kesibukan di luar. Di sini orang tua tinggal mengawasi dan tentu saja membersamai kala anak sedang membutuhkan ruang diskusi atau ketika mencari solusi untuk memecahkan masalahnya.
Nah, dengan seperti itu, sang anak punya kekuatan cinta yang kuat dari orang tua. Ikatan serta segala support dari orang tua akan menjadi imun yang kuat untuk anak saat dia memasuki usia remaja.
ADVERTISEMENT
Menurut Sri, memang anak dengan bonding yang kuat juga tidak menutup kemungkinan kalau dia akan terjerumus.
"Namun, ingat dengan bonding yang kuat dan pengasuhan anak yang baik, ketika anak terjerumus, kita tidak akan sulit mengembalikan dia ke jalan yang benar. Ada nilai dan norma-norma yang telah dia pegang sebelumnya, sehingga kemungkinan untuk terjerumus lebih dalam itu kecil," jelasnya.