Disabilitas Punya Peluang dan Hak yang Sama untuk Dapatkan Pekerjaan

Konten Media Partner
20 Desember 2019 5:20 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
"Semua orang punya keterbatasan dan kemampuan yang berbeda-beda," tutur Hani Fauzia Ramadhani, Project Manajer Dnetwork.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga berlaku untuk kaum disabilitas yang memiliki kekurangan. Di indonesia sendiri, masyarakat masih belum banyak teredukasi tentang lingkungan inklusi yang ramah terhadap disabilitas, salah satunya di ruangan kerja.
Hani juga mengatakan bahwa masyarakatlah yang membuat kaum disabilitas merasa terbatasi dalam menjalani kehidupan termasuk mendapatkan pekerjaan. Padahal pekerjaan bukanlah sekadar untuk mendapatkan uang tapi untuk bertahan hidup. Semua orang butuh pekerjaan untuk menunjang tujuan hidup dan memaknai kehidupannya.
"Nah, yang kayak gitu aja masih belum disadari oleh masyarakat. Masalahnya bukan dari kemauan teman-teman disabilitas tapi juga terbatasnya akses perusahaan sendiri, misalnya banyak gedung yang belum ramah terhadap penyandang disabilitas," jelas Hani.
Selain itu, stigma masyarakat terhadap disabilitas juga masih kurang baik. Masih banyak yang menganggap penyandang disabilitas tidak bisa melakukan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Contohnya, terdapat pandangan di masyarakat bahwa tuna netra itu bisanya hanya menjadi tukang pijat atau pemain musik. Padahal tidak seperti itu, sekarang banyak teknologi berkembang untuk mendukung tuna netra melakukan berbagai macam pekerjaan.
"Salah satu stafku contohnya, penyandang tuna netra juga. Dia merupakan admin social media dan customer service. Dalam pekerjaannya, ia cuma butuh software untuk di-instal di komputer dan handphone-nya dan ia sudah bisa melakukan berbagai kegiatan adminisratif serta mengelola social media".

Usaha Organisasi dan Komunitas Membantu Kaum Disabilitas

Foto: Unsplash
Sementara itu, dilansir dari Kumparan data World Health Organization (WHO) dan Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015), menyebutkan bahwa ada sekitar 10 persen atau setara dengan 20 juta penduduk di Indonesia merupakan penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga dijabarkan oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), bahwa baru 25 persen penyandang disabilitas yang bisa bekerja secara formal maupun informal.
Lewat organisasi Dnetwork, Hani dan dua temannya mencoba membuka kesempatan bagi disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka membuka situs pencarian kerja khusus untuk kaum disabilitas dan membuka peluang bagi perusahaan inklusi untuk memasang lowongan pekerjaan di situs dnetwork.net.
Selain itu, Dnetwork bersama komunitas peduli disabilitas lain bekerja sama untuk mengedukasi mereka yang mempunyai kekurangan agar siap bekerja dan bertahan di dunia kerja. Sejak beridir tahun 2013 sampai saat ini, sudah ada 300 perusahaan yang bekerja sama dengan Dnetwork. Lalu, di tahun 2019 ini Dnetwork juga sudah membantu 50 penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan.
ADVERTISEMENT

Ciptakan Lingkungan Kerja Ramah Disabilitas

Foto: Unsplash
Ditanyai soal lingkungan pekerjaan yang ramah disabilitas, Hani mengatakan harus dimulai dari kesadaran. Kesadaran itu berupa keyakinan bahwa bekerja dan mempunyai aktivitas hidup yang layak merupakan hak semua orang . Dengan kesadaran itu akan lari ke banyak hal, salah satunya dengan mempermudah akses untuk kaum disabilitas.
Misalnya, ada akses untuk pengguna kursi roda, pencahayaan yang cukup dan lain sebagainya. Hal-hal demikian sebenarnya sudah diatur oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Nah, jika sudah ada kesadaran, aturan itu akan dilaksanakan oleh perusahaan.
Kedua, adanya penerimaan dari lingkungan bahwa semua orang itu unik dan punya hak untuk memiliki kehidupan yang layak. Jadi dengan mempekerjakan disabilitas bukan karena kasihan atau alasan-alasan lain, tapi karena memang sudah haknya untuk diberikan kesempatan bekerja.
ADVERTISEMENT
"Meskipun sekarang banyak pelatihan soft skill atau bahkan hard skill serta berbagai program lain untuk memberdayakan disabilitas, tapi jika perusahaan belum memiliki kesadaran untuk membuka peluang itu gak akan menjadi manfaat," jelas Hani.
Hani dan Dnetwork berpesan, bahwa yang terpenting dalam bekerja adalah kemampuan bukan ketidakmampuan. Jadi semua teman disabilitas dan non-disabilitas, harus semangat meningkatkan kualitas diri dan selalu belajar dalam segala hal. Dengan seperti itu, pintu-pintu peluang dan kesempatan akan terbuka lebar.
"Dengan adanya gerakan komunitas dan organisasi seperti Dnetwork yang sama-sama berjuang untuk membukakan lebih banyak pintu untuk disabilitas, semoga nantinya akan lebih banyak lingkungan kerja yang inklusif di Indonesia dan berjalan dengan normal," tutupnya***