Ini Penyebab Depresi Sebenarnya, Bukan Karena Kurang Iman

Konten Media Partner
19 Agustus 2019 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus bunuh diri yang disiarkan live di sosial media pernah menggemparkan Indonesia di tahun 2017 silam. Pada Jumat, 17 Maret 2017 beredar video siaran langsung bunuh diri di Facebook yang dilakukan oleh seorang pria di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Bunuh diri merupakan permasalahan global, buka hanya di Indonesia saja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chris Girard “Age, Gender, and Suicide: A Cross-National Analysis” pada 1993, bunuh diri pada perempuan disebabkan karena kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, tekanan sosial, dan kesulitan ekonomi.
Sedangkan pada laki-laki diakibatkan oleh ketidakmampuan memenuhi peran-peran sosial yang secara tradisional dibebankan pada laki-laki seperti peran sebagai kepala keluarga. Keduanya memiliki persoalan serupa, lantaran dipicu oleh gejala depresi. Pada titik tertentu, depresi ini dapat berujung pada bunuh diri.
Dr. Jiemi Ardian pernah membahas tentang depresi dalam akun twitter nya @jiemiardian, beliau menyebutkan bahwa seseorang mengalami gejala depresi atau depresi bukan karena lemah iman, seperti yang banyak masyarakat tudingkan. Namun justru karena lemahnya dukungan sosial, yang malah menganggap orang yang depresi sedang dalam keadaan sakit jiwa, atau menandakan orang kurang iman, kurang bertaqwa dan kurang gigih.
ADVERTISEMENT
Rendahnya pemahaman masyarakat akan kesehatan jiwa ini menyebabkan maraknya sikap dan perilaku keliru terhadap persoalan gangguan jiwa. Keadaan ini membuat penderita depresi cenderung menyembunyikan keluhan-keluhannya dan enggan mencari upaya penyembuhan.
Dr. Jiemi Ardian berpesan melalui akun twitternya, agar supaya tidak menghakimi orang yang terindikasi depresi dan harus segera mengajaknya mencari pertolongan, dengan datang ke psikiater atau psikolog.
Masyarakat Indonesia harus mulai peduli terhadap isu kesehatan jiwa, karena semua orang berhak sehat jiwanya. Langkah awalnya adalah harus berani mencari pertolongan sebagai langkah awal pemulihan apabila merasa mengalami stress atau depresi.
Serta peduli dan mendorong orang lain untuk memenuhi hak nya dalam pengobatan kesehatan mental, karena yang demikian adalah awal dari sebuah negara yang sehat, ujar Dr. Jiemi dalam cuitannya di Twitter.
ADVERTISEMENT
[Penulis: Izzudin | Editor: Nurul]