Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Inilah Konflik yang "Lumrah" Muncul di Tahun Pertama Pernikahan
12 Februari 2020 17:00 WIB
ADVERTISEMENT
The greatest marriages are built on teamwork. A mutual respect, a healthy dose of admiration, and a never-ending portion of love and grace. – Fawn Weaver

Kata-kata "And they live happily ever after" hanya ada di dongeng-dongeng putri yang akhirnya hidup bahagia bersama pangerannya. Di kehidupan nyata? Tidak semudah itu. Ada banyak tantangan yang tak akan berhenti datang di kehidupan pernikahan, termasuk menghadapi pasangan.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah penelitian menemukan bahwa dua tahun pertama pernikahan adalah periode penting yang menentukan masa depan pernikahan. Dua tahun pertama pernikahan disebut-sebut sebagai masa dengan risiko perceraian tinggi.
Berapa lama pun waktu berpacaran, ketika menikah, kunci kesuksesan atau kegagalan pernikahan diduga terletak pada dua tahun pertama terbentuknya rumah tangga.
Pasangan yang tidak dapat melewati 2 tahun pertama ini dengan baik kemungkinan lebih berisiko mengalami masalah dalam hubungan pernikahan pada kedepannya, dan bukan tidak mungkin berujung pada perceraian.
Dilansir dari Marriage.com, berikut pelbagai faktor yang dapat menjadi tantangan sekaligus risiko di dua tahun pertama pernikahan yang sudah dirangkum. Apa saja, yah?
1. Berbeda pandangan hidup
Jika sebelumnya semuanya dilakukan sendiri, setelah menikah, kamu menjadi bagian dari kehidupan orang lain, baik secara hukum, sosial, dan agama.
ADVERTISEMENT
Persatuan ini kemudian akan menimbulkan sejumlah tantangan, terutama jika terdapat perbedaan pandangan dan pilihan, misalnya perbedaan keyakinan dan agama, cara mengurus keuangan, atau pola asuh anak.
2. Gagal mengantisipasi konflik
Ada banyak hal penting baru yang harus dihadapi bersama, mulai dari berbagi tugas rumah tangga, mengelola keuangan, berurusan dengan mertua, mempelajari bagaimana mengelola konflik, menyempatkan waktu untuk berhubungan seksual, hingga mendiskusikan tujuan-tujuan hidup bersama.
Meskipun penting, membicarakan hal-hal tersebut berpeluang menyebabkan konflik. Itulah sebabnya, banyak pasangan yang akhirnya menghindari atau menunda untuk membicarakan hal-hal di atas. Padahal, penundaan ini justru dapat lebih membahayakan kehidupan pernikahan.
3. Hilangnya intimasi
Dalam suatu riset, ditemukan bahwa penyebab utama perceraian adalah hilangnya kasih sayang antarpasangan dalam dua tahun pertama pernikahan. Kedekatan dengan pasangan akan membuat masing-masing merasa bahwa pasangannya adalah orang yang paling bisa memahaminya. Jika kedekatan ini hilang, pernikahan akan sulit untuk bertahan saat menghadapi masalah.
ADVERTISEMENT
4. Kepribadian yang Berubah Setelah Menikah
Selain pasangan yang dirasa 'berubah', perubahan pribadi juga bisa menjadi cobaan di masa awal pernikahan. Adanya perasaan cemas tidak bisa menjadi suami atau istri yang baik sesuai kriteria 'standar' idaman. Selain itu, adanya rasa tak merasa lagi bebas seperti masa lajang dan tidak bisa menjadi diri sendiri atau merasa memikul beban tanggung jawab yang berat dan lain sebagainya.
Impian rumah tangga sempurna sesuai dengan standar masyaraktlah yang menjadi penyebab munculnya kecemasan berlebih tersebut. Kamu menyadari fakta bahwa tak semua pernikahan berjalan mulus tapi juga tak semenyeramkan yang dibayangkan bisa menjadi pertolongan pertama.
5. Karir dan Finansial
Sebelum hal yang buruk terjadi karena persoalan finansial, kedua pasangan harus saling terbuka dan mendukung. Jujur mengenai penghasilan dan utang-piutang juga harus saling tahu.
ADVERTISEMENT
Jika suami masih pada fase awal meniti karir, sebagai seorang istri harus pengertian da mendukung untuk mencapai puncak. Jika kebetulan karir istri lebih bagus, suami juga harus menerima dan mengerti. Bukan malah alih-alih menjadi minder kemudian menjadi alasan untuk berkompetisi.
Pada dasarnya pernikahan itu untuk dijalani, bukan untuk ditakuti. Kamu tidak perlu berusaha keras untuk menjadi yang sempurna. Hal terpenting adalah kamu dan pasanganmu sama-sama bahagia.
Proses penyatuan dua pribadi dalam satu ikatan rumah tangga memang tak selalu mudah. Usahakan untuk selalu terbuka dan bisa berkompromi. Ingat, sekarang semuanya bukan hanya tentang kamu sendiri, tapi juga pasanganmu.
Kunci sukses untuk mengahadapi masalah yang muncul pada tahun-tahun awal pernikahan adalah komunikasi yang baik. Jangan terlalu keras kepala. Ciptakan pondasi yang kuat untuk kenyamanan pernikahan di masa datang. Usahakan untuk tetap terbuka, utarakan perasaan kamu dengan nada yang ramah. Jangan memulai percakapan dengan nada emosi atau pikiran yang membatu.
ADVERTISEMENT
Selalu bicarakan harapan dan keinginan pada pasangan. Tetapkan batasan dan peraturan dalam rumah tangga kamu untuk disepakati bersama. Biasakan untuk kompak dalam menghadapi berbagai masalah. Buktikan pada pasanganmu bahwa kamu bisa bekerjasama dan bisa diajak diskusi. Bangun kepercayaan suami kepada kamu dan sebaliknya. Jika kamu saling mempercayai satu sama lain, masalah apapun atau pengaruh dari luar tentu bisa dihadapi bersama.
Pasangan kamu tak mampu diajak untuk menghadapi konflik dengan baik? Kemudian, mulai muncul pikiran-pikiran negatif untuk mengakhiri pernikahan. Jika ada di antara kalian yang terbesit hal tersebut, coba kembalikan pikiran kamu ke komitmen awal pernikahan.
Percayalah semua masalah ada solusinya yang bisa diusahakan. Jika tak ada masalah utama yang sangat menganggu atau melanggar kesetiaan, usahakanlah untuk menyelesaikan semua permasalahan dengan komunikasi yang baik. Bisa melewati permasalahan dengan kompak akan membuat kamu menjadi pasangan yang lebih kuat kedepannya.
ADVERTISEMENT
Hubungan pernikahan yang langgeng bukan berarti harus selalu bahagia, lho. Kehidupan rumah tangga pasti memiliki pasang-surut dan tidak luput dari masalah. Namun dengan dasar yang kuat, pernikahan akan tetap stabil di saat-saat yang sulit sekalipun.
Jadi, yuk, tata hubunganmu di masa awal pernikahan agar menjadi fondasi yang kokoh dalam menghadapi tantangan di masa-masa mendatang.***
[Penulis: Risky Aprilia]