Jebakan Sukses versi Media Sosial

Konten Media Partner
20 Januari 2020 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jebakan Sukses versi Media Sosial
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Oleh: Agus Eka Prasetyo Co-Founder Imam Muda Salman
Tempo lalu, saya bertemu dengan rekan saya. Dahulu, kita sama-sama meraih beasiswa Bidikmisi, kita dekat saat di Asrama Mahasiswa Kidang Pananjung ITB.
ADVERTISEMENT
Kini, ia sedang menggeluti budidaya bisnis lelenya. Di pertemuan itu, ia cerita panjang lebar terkait prospek lele ke depan. Sambil terus bercerita terkait lelenya, kemudian beralih ke bahasan-bahasan teknis, saya bertanya seperti ini kepadanya:
"Mas H, bagaimana cara agar Mas selalu keukeuh dengan rencana dan target yang selalu Mas buat?" tanya saya kepadanya.
Dia menjawab..
"Mas Agus, kita ini, sekarang ada di dunia yang serba instan, apa-apa instan. Bahasa Mas dan Saya atau kita pelaku-pelaku start-up ini kan istilahnya Customer Based alih alih Customer Experience," terangnya.
Bagi Mas H, semua dikerahkan untuk melayani pasar, alat, infrastruktur, IT, dan sistem-sistem lainnya. Kita buat semuanya serba instant, hemat, gratis lagi, cashback, dan berbagai macamnya.
ADVERTISEMENT
"Kita ini tidak sadar kalau kita memang benar-benar dibuat malas atas semua fasilitas yang ada. Kita ini bener-bener market yang sangat potensial.
"Kita ini raja di dalam tempurung kita sendiri yang semuanya ada dan enggan keluar untuk menjadi pemasok kebutuhan tempurung-tempurung di luar sana karena mental-mental kita"
Ia melanjutnya, pada level ini orang-orang banyak yang tidak sadar, ia juga bingung bagaimana cara merubahnya. Kalau kita kan ngomongnya cepet berubah cepet berbenah, tapi para pebisnis ini dikejar waktu, berani mengeluarkan dana besar ketimbang waktu kita terbuang.
Ia juga berpikir, anak muda sepantaranya kebanyakan sudah hilang orientasi. Sebagian mengkhayal kesuksesan kita terkait dengan sosial media kita. "Begitu banyak postingan-postingan yang WAAAWW tapi realita kehidupanya broken, rusak. Muacem-muacem..."
ADVERTISEMENT
Mas H merasakan, betapa ada biaya yang mahal yang harus dibayar agar bisa sampai dititik ia sekarang. Ucapnya, sebelum kita melangkah sampai sini, mungkin kita merasa enggak mungkin kan sampai sini?
"Dulu Mas Agus punya nasi sedikit sekali sisa paginya kan? Saya pun pulang kampus sambil beli tahu goreng, lalu kita sepakat kita makan bareng-bareng. Karena saya ada tahu tidak punya nasi tapi sebaliknya, hahaha, akhirnya kita tambah dengan cabe dan kecap, kita gulek dan kita makan bareng? Ingat enggak?:
"Wo iya Mas inget banget," jawabku
"Hayo, kalau kita rasa-rasa kita nggak akan sampai sini, kalau dipikir-pikir saja loh ya? Tapi hebatnya, kita ini actionya kadang-kadang tanpa perhitungan, nekat kan? Mas Agus dan Saya menjadi pribadi yang berbeda tiap harinya walaupun perbedaanya bukan diukur dari banyaknya materi yang kita punya tapi mindset dan action kita!!"
ADVERTISEMENT
Mesem-mesem saya mendengarkan petuah dari ini anak.
Bagi Mas H, manusia sekarang bisa jadi sudah terdistraksi dengan berbagai hal yang mengganggu fokus. Pasti usaha terganggu dan hasilnya kecil. Kita susah lepas dari godaan apresiasi.
"Apa-apa kita terpush untuk nggak mau kalah, ingin nampilkan yang baik-baik yang kita punya? Nah kalau di baik-baikin, di perfect-perfect-in? Kalau diada-adakan?"
Baginya, banyak budaya baru yang timbul dan cenderung ke arah negatif bila kita tak hati-hati dalam menggunakan sosial media kita. Mas H mengakui jika ia kerja juga memakai media sosial juga.
"Tapi saya jarang menggunakan untuk memposting apa yang menempel dikulit saya, atau diri saya. Yang saya suguhkan kepada followers saya adalah apa pengalaman saya yang bisa saya bagikan ke pada semua mulai dari jatuh bangunya, tips-tipnya dan yang begitu-begitulah... "
ADVERTISEMENT
Saya mencoba menegaskan "Jadi kalau saya ditanya bagaimana kita agar selalu ambisius dengan mimpi-mimpi kita, target-target kita adalah menjadi diri yang persisten, teguh dalam usaha, dan tidak gampang membiasakan diri mengikuti tren yang tidak ada manfaatnya. Fokus pada pengembangan diri bukan pada permak apa yang ada diatas kulit?
"Jangan cepat puas dan merasa mampu merubah keadaan, mimpi jadi kenyataan, dan berharap bisa merubah sekeliling kalau cuman berperan di sosmed," ujarku.
"Mantap! Sejak kapan kamu jadi pintar kali Mas Gus, itu maksudku....." teriak ia, sambil menempuk bagian pundak saya.
Saya kemudian memaknai, bahwa kini kita digoda fokus, terutama menyoal media sosial. Kita digoda ingin sekadar mendapat like dan share, godaan ingin cepet-cepet tampil di muka, godaan ingin cepet-cepet diakui karyanya, godaan ingin mencari pengakuan, atau hal-hal berkaitan dengan self esteem lainnya.
ADVERTISEMENT
Mari, kita teguhkan bahwa tiap harinya, kita bangun menjadi orang yang selalu berbeda karena berkembang. Bertambah ilmu karena selalu belajar, dan bertambah iman karena selalu melakukan pencarian kebenaran.
Use social media wisely, and it has to has a purpose.***