Kata Psikolog soal Sunda Empire: Ada Indikasi Delusi dan Waham

Konten Media Partner
23 Januari 2020 9:54 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Twitter / @esa_em
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Twitter / @esa_em
ADVERTISEMENT
Publik heboh dengan kemunculan sejumlah kerajaan beberapa waktu belakangan. Salah satunya, Sunda Empire yang sedang hangat dibicarakan di beberapa media sosial.
ADVERTISEMENT
Melalui kumparan, petinggi Sunda Empire, HRH Ki Ageng Ranggasasana, menjelaskan bahwa Sunda Empire merupakan lembaga tingkat dunia yang memiliki tujuan untuk menyejahterakan dan mewujudkan perdamaian dunia. Menurut dia, Sunda Empire beranggotakan negara dan pemerintahan di dunia.
Keberadaan Sunda Empire menyeruak ke publik setelah ramai pemberitaan Keraton Agung Sejagat pimpinan Toto Santoso di Purworejo.
Sang raja mengaku keraton miliknya adalah induk dari semua negara di dunia. Bahkan, kekuasaannya tidak terbatas hanya di Daerah Purworejo saja. Mereka mengaku bisa menyelamatkan dunia serta bekerja sama dengan PBB dan Amerika Serikat.
Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire memiliki kemiripan dalam hal menjual budaya, sejarah, dan berujung ingin ikut campur dalam kekuasaan.
Dengan kemampuan komunikasi persuasif dan kreativitasnya, mereka dapat meyakinkan orang lain sehingga memiliki banyak pengikut yang percaya, bahkan memberikan sejumlah uang. Padahal, ide yang disampaikannya tidak sesuai dengan kenyataan yang dapat dibuktikan dalam literatur sejarah.
Foto: Freepik
Menurut Psikolog, Gianti Gunawan, pemikiran delusional menyebabkan datangnya ide untuk menciptakan sebuah kerajaan atau kekaisaran yang telah terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
Pemikiran delusional adalah kondisi di mana seseorang memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi, di mana seseorang tidak bisa membedakan kenyataan dan halusinasi.
"Ide mengenai kerajaan-kerajaan tersebut merupakan bentuk pemikiran delusional yang diwujudkan dalam hal yang tidak produktif dan malah meresahkan masyarakat. Bisa saja pemikiran-pemikiran tersebut dimunculkan dalam pentas seni, drama, dan lain sebagainya, yang lebih produktif dan dapat diterima masyarakat," kata Gianti.
Gianti menambahkan, terbentuknya kerajaan-kerjaan saat ini cenderung lebih karena suatu kondisi sosial terisolasi dan kekecewaan dalam pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Pengikutnya biasanya juga terobsesi untuk mendapat jabatan, kekayaan karena dijanjikan mendapatkan itu semua. Karena merasa kosong, doktrin tokoh pemimpinnya dianggap benar, walaupun sesungguhnya tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Hal itu menyebabkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) adanya indikasi gangguan isi pikiran atau disebut dengan waham. Gangguan waham memiliki banyak jenis, salah satunya adalah waham megalomania (kebesaran).
"Bentuk yang paling umum dari waham megalomania ditandai dengan delusi grandiose yang erat kaitannya dengan harga diri yang tinggi sehingga menyebabkan penderitanya meyakini bahwa dirinya adalah orang penting, memiliki bakat, berpengaruh, dan sudah melakukan temuan penting, atau memiliki hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal," tutup Gianti.***
Sunda Empire. Foto: Youtube/Sunda Empire
[Penulis: Risky Aprilia]