Kehidupan Minimalis, Agar Kualitas Diri Maksimalis

Konten Media Partner
15 Februari 2019 22:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lebih sedikit punya barang, lebih bebas. Kok bisa? (Foto: Unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Lebih sedikit punya barang, lebih bebas. Kok bisa? (Foto: Unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Pertama kali jatuh cinta dengan kehidupan minimalis adalah ketika tahu Mark Zuckerberg memiliki padu padan baju senada tiap hari. Dan milyuner Warren Buffett yang punya rumah sederhana. Serta membaca blog zenhabits.net dari Leo Babauta soal hidup minimalis.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang menyebutnya sebagai frugal lifestyle. Jika di-alih-bahasa-kan, frugal lifestyle ialah gaya hidup hemat. Sedikit kepunyaan, megah jiwa, begitu saya menyimpulkan.
Ada beberapa hal tentang gaya hidup minimalis yang saya jadikan panduan untuk memulai gaya hidup ini. Saya juga terinspirasi dari Seni Hidup Minimalis karya Franchine Jay.

Pertama, pilah dan pilih.

Semakin pandai meminimalisasi kepunyaan barang-barang, kebiasaan konsumsi, aktivitas, dan juga (ehm) perasaan-perasaan — semakin bebas diri saya. Tanggungjawab pun dapat difokuskan pada hal-hal yang lebih esensial ketimbang ‘ngurusin barang yang sebenarnya nggak butuh-butuh banget’.

Kedua, “You are not your wealth.

Baik ketika kekayaan seseorang berdigit lebih dari 12 atau saldo rekeningnya minus, ia tetap menjalani gaya hidup superhemat. Eksistensinya tidak diukur dengan materi, melainkan dari karakter.
ADVERTISEMENT

Ketiga. Selalu ingat ungkapan orang Sunda, “Saeutik mahi, loba nyesa.”

Bahasa Indonesia-nya: Sedikit cukup, banyak bersisa. Jika rezeki lagi dikit, tetap kok bisa hidup cukup. Jika sedang melimpah, tetap saja jalani hidup sederhana, sisanya bisa ditabung, disedekahkan.

Keempat, memaksimalkan hal yang lebih abstrak, namun esensial

Gaya hidup minimalis menggiring semakin fokus dalam memaksimalkan hal-hal penting. Seperti memperbaiki kualitas hubungan kekerabatan, kualitas habit, bisnis, dan lain sebagainya.
Ada hadits keren yang menurut saya nyambung: “Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara..” (HR Bukhori). Pengembara tidak bawa banyak-banyak benda dalam perjalanannya kan?
[Penulis & Editor : Tristia]