Memaafkan atau Membiarkan Diri Menderita?

Konten Media Partner
5 November 2019 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Saat kita memiliki luka fisik atau secara jasmani, biasanya kita sangat proaktif memikirkan bagaimana cara agar luka itu sembuh. Bahkan di saat kita harus mengalami sakit yang lebih karena menuangkan obat merah atau anti septik yang menyengat saat dituangkan ke luka kita. Kita rela melakukannya agar rasa sakitnya segera hilang.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah kamu melakukannya saat kamu memiliki luka pada batin? Kebalikan dari luka fisik, kita seringkali memendam luka batin membiarkannya menumpuk hingga menjadi dendam yang tidak berkesudahan. Bahkan rela menyimpan itu seumur hidup.
Menyimpan benci dan memperpanjang penderitaan dengan berpegang pada prasangka buruk. Misalnya, berkhayal orang yang menyakitimu akan lebih menderita saat kita membeberkan kejelekannya.
Kita juga akan sering mengulang waktu di mana di mana ia menyakiti kita dan menolak adanya penyembuhan. Pokoknya, kita tidak akan beristirahat sebelum orang itu mengalami penderitaan yang sama atau bahkan lebih menderita.
Namun, percayalah saat kita melakukan hal-hal tersebut berarti kita telah melakukan kelalaian yang besar. Kita akan sering uring-uringan demi dipandang benar dan dapat dilihat orang. Hal itu membuat kita terus dirundung suasana negatif dari masa lalu, lalu membuat kita semakin sakit dan tentunya menurunkan performa diri.
Foto: Unsplash.com
Jen Sincero dalam "You Are A Baddas" mengatakan, saat kita memutuskan untuk memaafkan dan membiarkan perasaan negatif mencair, maka kita sedang ada menuju kebebasan. Hal ini karena "Mempertahakan kebencian itu sama seperti menenggak racun, sementara menunggu musuh mati".
ADVERTISEMENT
Memaafkan bukan berarti bersikap baik kepada orang lain, melainkan pada diri sendiri. Jika kita mengalami permasalahan dengan seseorang yang disayangi. Jelaskanlah padanya, tanpa membuat dia merasa bersalah. Apapun hasilnya cobalah maafkan.
Pembicaraan tersebut bisa membuat kita lebih dekat dengannya, ataupun kita jadi tahu kalau kita benar-benar sudah tidak mau berhubungan lagi dengannya. Tapi, jika ingin bebas yang terpenting adalah melepaskan.
Namun, apabila kita disakiti oleh orang yang bahkan tidak kita tidak pedulikan, bebaskan. Semakin lama kita merasa jadi korban, semakin lama pula mereka bertahan dalam kesadaran kita dan mengusik hidup kita.
ADVERTISEMENT