news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memahami 3 Penyebab Insecure dan Cara Mengatasinya Menurut Psikologi

Konten Media Partner
23 Januari 2020 1:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang sedang mengalami stress karena merasa insecure/Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang sedang mengalami stress karena merasa insecure/Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu ada dalam situasi tidak aman? Saat itu kepalamu terasa sangat pening karena dipenuhi oleh keragu-raguan dan perasaan tidak percaya diri. Bahkan kamu enggan untuk berinteraksi dengan orang lain karena merasa jelek dan tidak layak untuk mendapatkan berbagai afeksi dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Perasaan itu biasanya dikaitkan dengan insecurity atau insecure. Dilansir dari goodtherapy.org, seseorang dengan insecurity akan mengalami berbagai masalah dalam dirinya, terutama yang berhubungan dengan aspek kepercayaan diri.
Contohnya, ia akan sulit menjalani hubungan yang langgeng dengan seseorang atau mungkin ia akan sulit ketika mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Hal tersebut terjadi karena persepsi negatif yang ia tanamkan dalam dirinya.
Oleh sebab itu, insecure dapat menyebabkan kecemasan, rasa takut berlebih serta perasaan tidak berdaya. Mereka cenderung akan mudah menolak berbagai kesempatan dan tawaran baru untuk menghindari stres.
Mereka menganggap bahwa dirinya tidak akan mampu dan merasa tidak cukup siap untuk menangani setiap tantangan baru yang ditawarkan.

3 Penyebab Umum Rasa Insecure

Semua orang di dunia ini pasti pernah mengalami perasaan tidak aman atau insecure. Tentunya dengan penyebab yang berbeda-beda. Misalnya, karena trauma sejak kecil, pengalaman merasa gagal, kesepian, gangguan kecemasan sosial atau bahkan karena pengaruh dari luar diri.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Psychology Today ada 3 penyebab umum yang dapat meningkatkan rasa insecure seseorang. Mereka juga merilis bagaimana cara untuk mengurangi rasa insecure dari masing-masing penyebab insecure tersebut, simak di bawah ini:
Ilustrasi perempuan melepaskan rasa stres akibat kegagalan dan penolakan untuk menghindari insecure/Foto:Unsplash
Kejadian yang baru saja terjadi dalam hidup kita, dapat memengaruhi mood dan cara kita memandang diri sendiri. Sebuah penelitian dilakukan tentang bagaimana cara seseorang mendapatkan kebahagiaan. Hasil membuktikan, 40% orang menjawab bahwa mereka mendapatkan kebahagiaan dari kejadian yang baru saja terjadi.
Oleh karena itu, penolakan dan kegagalan yang baru saja terjadi, dapat menurunkan tingkat kebahagiaan dan menyebabkan menurunnya self-esteem seseorang. Ketika self-esteem menurun, ia akan mudah menolak kesempatan karena takut kembali menerima penolakan dan kegagalan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi rasa insecure karena hal ini, kamu bisa mulai mencoba memberikan dirimu waktu untuk sembuh dan kembali ke kehidupan normal, hubungkan kembali seluruhnya sesuai ketertarikan dan apa yang ingin kamu ketahui.
Berbicara dengan teman dan keluarga untuk mendapatkan distraksi, dapatkanlah perhatian dan saran dari mereka. Untuk selanjutnya move on dan bangkit kembali untuk menyusun tujuan berikutnya dengan strategi yang berbeda.
Ilustrasi keramaian/Foto: Unsplash
Insecure yang satu ini memang bergantung pada cara kita menghargai diri sendiri. Seringkali kita merasa iri dengan orang lain, entah karena kecantikannya, kesuksesannya atau bahkan karena keramahtamahannya pada orang lain.
Selain itu, pada kasus ini komentar orang lain juga bisa menjadikan kita merasa insecure dan meragukan diri sendiri. Setelah mendapatkan komentar, kita malah down dan enggan untuk berinteraksi kembali dengan orang lain karena takut dipandang serupa.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, untuk menguranginya kita harus memastikan pada diri sendiri "apakah benar kita seperti itu? Apakah benar kamu gendut? Apakah benar kamu ceroboh?" Pastikan itu pada diri sendiri dan jadikanlah itu sebuah kritik membangun. Lalu, buanglah komentar yang dirasa tidak bermanfaat dan hindarilah situasi yang membuat kamu merasa semakin buruk.
Buat diri kamu menjadi seseorang yang kamu inginkan, pasang tujuan yang realistis. Perhatikan lingkungan sekitar, adakah yang bisa kamu pelajari dari apa yang ada di sekitarmu?
Foto: Unsplash
Sebagian dari kita mungkin mempunyai standar yang tinggi dalam beberapa situasi, sampai-sampai seluruh waktu dicurahkan untuk situasi tersebut. Namun, bukankah kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan?
ADVERTISEMENT
Ketika kita merasa sudah sangat maksimal dan sempurna, ternyata bos atau atasan kita tidak sependapat. Ia memberikan berbagai kritik yang tentu saja membuat hati sangat kecewa.
Kekecewaan ini membuat hati kita menjadi takut, cemas dan merasa tidak layak saat akan mengerjakan pekerjaan itu kembali. Sepanjang waktu didera rasa gelisah dan stres yang berkepanjangan.
Mulai dari sekarang, untuk kamu si perfeksionis, kamu harus belajar mengevaluasi diri dengan baik. Lihat kembali, sebanyak apa usaha yang telah kamu lakukan untuk pekerjaan ini. Berilah dirimu apresiasi bagaimana pun hasilnya. Orang yang perfeksionis, memang cenderung menyukai diri ketika sedang ada di atas dan membenci dirinya ketika sedang di bawah,
Oleh karena itu belajarlah menghargai diri dan usaha yang sudah dilakukan. Jadikan kritik sebagai pembangun untuk maju dan bukan untuk menjadi penghambat perkembangan karirmu***
ADVERTISEMENT