Mengelola Perbedaan Karakter dan Bakat Sifat Suami Istri

Konten Media Partner
30 November 2019 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengelola Perbedaan Karakter dan Bakat Sifat Suami Istri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penulis: Elma Fitria Co-Founder Sekolah Alam Yogyakarta (SAYOGYA), Praktisi Pendidikan berbasis Fitrah
ADVERTISEMENT
Bakat adalah bawaan ruh. Sejak lahir sudah demikian adanya bakat sifat kita. Ekspresi bakat akan berkembang atau meredup seiring pertumbuhan kita sejak kecil sampai dewasa. Di dalamnya termasuk pengaruh dari pengasuhan yang kita terima, skema yang kita pelajari, naik turun self worth, serta lingkungan yang ada di sekitar tumbuh kembang kita.
Jika suami dan istri saling memahami keunikan kepribadian masing-masing, tentu akan memudahkan dalam komunikasi. Tapi jika tidak saling memahami keunikan kepribadian masing-masing, maka cenderung untuk menilai pasangannya dengan pola pikirnya sendiri.
Saya ambil contoh pasangan yang saya kenal baik. Dalam konteks bakat dengan alat ukur Talents Mapping, suaminya memiliki bakat terkuat Harmony, sementara istrinya memiliki bakat terkuat Command.
ADVERTISEMENT
Dari deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa ketika berhadapan dengan konflik, sang istri akan cenderung menghadapi konflik dan mencari kejelasan dengan ketegasannya, tidak ragu untuk mengkonfrontasi orang yang terlibat dalam konflik.
Sementara suaminya akan mengupayakan keselarasan antar semua pihak, dan cenderung menghindari konfliknya, lebih mengedepankan perdamaian dan akur daripada konfrontasi.
Ketika mereka tidak cukup kenal bakat masing-masing, istri sering menilai suami melalui tolok ukurnya, begitu pun suami menilai istri dari tolok ukurnya. Ujungnya jadi masalah yang berulang, dan tidak ketemu solusi.
Berikut adalah contoh konflik suami istri yang terjadi karena perbedaan bakat yang tidak dipahami, dan masing-masing terjebak pada pola kalimat impulsif dan reaktif yang khas dari masing-masing bakat.
ADVERTISEMENT
Contoh kalimat ini saya yang membuatnya, berdasarkan yang saya tahu tentang dorongan impulsif orang Command dan Harmony, bukan yang saya dengar dari pasangan tersebut di atas :
ADVERTISEMENT
Familiar dengan contoh percakapan di atas ? Ini percakapan umum. Masalahnya juga jelas. Tapi karena dipandang dari cara pandang yang berbeda sesuai bakat masing-masing, dan justru tidak tahu bagaimana mengelola dorongan alami bakat masing-masing, maka perbedaan jadi meruncing dan jadi pola komunikasi yang destruktif.
Apakah perbedaan adalah masalah? Menurut Islam, perbedaan itu adalah rahmat. Oleh karenanya mengenali perbedaan bakat satu sama lain, adalah tahap awal menentukan cara berkomunikasi yang pas sesuai bakat satu sama lain. Karena menjadikan perbedaan sebagai rahmat itu perlu upaya dari kedua belah pihak.
Namun sekedar kenal perbedaan saja belum cukup. Setelah suami dan istri ini tahu bahwa bakat terkuat mereka berbeda satu sama lain, mereka perlu paham bahwa ini juga berarti dorongan alami dari diri mereka pun berbeda. Bahkan kontras bedanya. Saya tidak menyebut bakatnya bertolak belakang, karena pada dasarnya bakat itu tidak bertolak belakang, hanya kontras saja.
Suami istri ini perlu paham bahwa dalam setiap situasi, pasti cara pikirnya beda, cara merasanya beda, dan responnya pun beda.
ADVERTISEMENT
Maka istri perlu berlatih mengelola ekspresi dari Command-nya, begitupun suami perlu mengelola ekspresi dari Harmony-nya. Jangan sampai yang keluar adalah ekspresi impulsifnya Command yang menekan dan menuntut, serta ekspresi impulsifnya Harmony yang menghindar dan tidak menghadapi konflik.
Kalimat yang menunjukkan penghormatan antara 2 orang yang bakatnya beda (Command dan Harmony) adalah seperti ini. Perhatikan bahwa ini semua diucapkan dengan intonasi tenang dan penuh hormat.
ADVERTISEMENT
Yang dibahas adalah masalah yang sama, namun karena sikap yang ditunjukkan berbeda, maka masalah dan solusi jadi jelas.
Orang dengan bakat Command butuh memperjelas situasi, itulah sebabnya dia akan bertanya terus sampai semua yang tidak jelas menjadi jelas, semua yang dia tidak tahu menjadi diketahui. Ini sebenarnya tuntutan.
Tapi karena dia bisa mengelola bahasa yang dia pakai dalam menuntut, maka orang yang ditanya tidak merasa sepenuhnya dituntut, semata sedang ditanya tentang kejelasan situasi. Kalau yang dirasakan lawan bicaranya adalah permintaan memperjelas situasi, maka dia tidak akan merasa ditekan, justru akan merasa dipercaya.
Orang dengan bakat Harmony butuh menyelaraskan diri dengan orang lain, begitu pun memastikan bahwa dalam relasi orang-orang yang dia kenal, yang tercipta adalah keselarasan. Oleh karena itu bahasanya akan terpusat pada mencari kesamaan. Bisa dilihat di contoh kalimat-kalimat di atas.
ADVERTISEMENT
Yang ditekankan adalah bahwa orang lain juga melakukan rapat malam itu demi keselarasan bersama. Bahwa yang nyaman untuk semua pihak adalah mempercepat proyeknya. Yang dilihat adalah upaya atasan menyelaraskan beban kerja di kantor dengan kondisi bahwa ibu dari stafnya sedang sakit.
We only see what your eyes want to see.
Istri yang bakat terkuatnya Command melihat hal rapat malam ini sebagai masalah yang sepertinya perlu dibahas dengan atasan suaminya. Sementara suaminya melihat urusan rapat malam ini sebagai upaya untuk selaras dengan situasi kantor.
Menyadari bahwa suami melihat dengan cara yang berbeda dengan istri, begitu pun kebalikannya, menjadikan kesadaran untuk mengelola ekspresi dan menata bicara dapat penuh mengisi keseharian kita.
Cara-cara baru dalam komunikasi suami istri mutlak perlu diciptakan, jika kita ingin rumah tangga kita menjadi sakinah mawaddah dan warahmah.
ADVERTISEMENT
Semoga kita adalah insan yang senantiasa diberikan kesadaran untuk memahami diri dan memahami diri pasangan kita. Aamiin.***
Tulisan Elma Fitria yang lain dapat dilihat di elmafitria.wordpress.com