Pandangan Para Pemuka Agama tentang Kata 'Anjay'

Konten Media Partner
14 September 2020 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pandangan Para Pemuka Agama tentang Kata 'Anjay'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penulis: Ezhar Kusdwirama
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menghimbau agar penggunaan kata “anjay” dihentikan sekarang juga. Kata “Anjay” juga di gadang-gadang berpotensi diberlakukannya hukum pidana bagi siapa saja yang memakai kata tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah pernyataan tersebut keluar di laman sosial media Komnas PA hal ini menimbulkan polemik. Lantas bagaimana para pemuka agama memandang kata anjay ini?
Mengapa agama pun turut ikut andil dalam polemik ini? Ini dikarenakan hampir semua agama, selain mengatur tata hubungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga mengatur tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia. Dijelaskan juga tentang tata cara mengatur adab berperilaku yang baik dan berbicara yang baik.
Pada artikel kali ini penulis mencari pendapat pemuka agama yang ada di Bandung terkait polemik penggunaan kata anjay? Penulis berhasil mewawancarai salah seorang tokoh agama bernama Ustad Muhammad Yajid Kalam (Agama Islam) dan Ign. Sonny Hermawan, S.Pd (Agama Katolik).

Islam

“Dalam agama Islam sendiri ada etika dalam berbahasa. Pada prinsipnya yaitu mengikuti ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang bersabda 'berkatalah yang baik atau diamlah'." Begitu ungkap Yajid.
ADVERTISEMENT
Menurut Yajid hukum atau adab penggunaan kata ini tergantung niat atau maksud si pembicara yang melontarkan kalimat tersebut. Jika memiliki konotasi atau makna yang sekiranya negatif, kita sebagai umat beragama islam seharusnya lebih mengetahui apa yang harus disampaikan.
Yajid menambahkan, untuk permasalahan soal penggunaan kata “anjay” sendiri kembali lagi kepada maksud dan tujuan si pembicara ini untuk apa. Dalam segi budaya bahasa pun perlu dikaji kembali makna dalam kalimat ini seperti apa. Jika sudah jelas, sepertinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
“Terlepas dari polemik penggunaan kata anjay, ada yang sebetulnya lebih bermasalah hari ini, yaitu caci-maki, hoaks, dusta, dan fitnah. Mereka mulai merajalela bahkan sudah masuk pada mimbar yang disebut mimbar keagamaan," ungkap Yajid.
ADVERTISEMENT
Lanjut Yajid, yang lebih parah lagi adalah ketika berujung kepada takfir, yaitu mengkafirkan sesama muslim. Bahkan bisa jadi, sesama muslim menuduh muslim lain sebagai musuh Allah, musuh agama, musyrik, PKI (dengan makna atheis).
"Karena takfir itu disepakati oleh ulama sebagai ciri orang/kelompok yang menyimpang. Bahkan baginda Nabi SAW dengan jelas menyampaikan bahwa tuduhan seperti itu akan kembali kepada si penuduh. Sebagian ulama memaknakan bahwa tuduhan seperti itu membuat si penuduh murtad,” ujarnya.
Yajid berpendapat juga penggunaan sebuah kata cukup menjadi etika bahasa dan etika sosial saja. Kata tersebut tidak perlu menjadi delik hukum pidana.

Katolik

Menurut Soni dalam agama Kristen sendiri baik protestan, katolik, dan ortodoks mengajarkan jika kita harus menjaga lidah. Akan sia–sia amalan ibadah kita kalau kita tidak menjaga lidah kita.
ADVERTISEMENT
Pak soni memberikan beberapa kutipan yang terdapat pada Al-Kitab terkait soal lidah (adab berbicara) yang ada di ajaran agama kristen.
Amsal 10:19 “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”
Amsal 12:13 (TB) “Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, tetapi orang benar dapat keluar dari kesukaran.”
Amsal 13:3 (TB) “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.”
Amsal 17:27-28 (TB) “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya."
Yakobus 1:26 "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya"
ADVERTISEMENT
Dari ayat-ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa kita sebagai umat beragama perlu memiliki kehati-hatian dalam ucapan.
“Dalam hukum agama kristen bahasa menjadi tidak boleh digunakan ketika pada saat berbicara kasar yang berpotensi menyakiti hati orang," ujar Soni melalui wawancara Whatsapp. Ungkapan yang menyakiti antara lain menghina, melecehkan, mengumpat, mengeluarkan kata-kata yang bersifat makian, dan lain sebagainya.
Untuk permasalahan kata anjay sendiri menurut beliau harus di lihat dulu arah konteksnya kemana. Pada dasarnya, setiap kata itu sifatnya netral, namun tafsiran dan prasangka serta perasaan orang lah yang membuat kata itu berubah maknanya menjadi negatif atau positif.
Pada dasarnya masih banyak kata selain anjay yang memiliki konotasi negatif. Kita menunggu keputusan ketetapan terkait makna dari kata tersebut yang hingga sekarang masih multitafsir.
ADVERTISEMENT
Semua ini kembali lagi kepada masing-masing individu agar lebih bijak lagi dalam memakai penggunaan kata. Jangan sampai akhirnya ada orang yang sakit hati hanya dengan mengucapkan sebuah kalimat.***