Pertolongan Pertama Ketika Berada di Keluarga Toxic

Konten Media Partner
8 September 2020 17:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertolongan Pertama Ketika Berada di Keluarga Toxic
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penulis: Ezhar Kusdwirama
Work From Home (WFH) di masa pandemi membuat intensitas kebersamaan keluarga menjadi lebih besar dibanding sebelumnya. Mirisnya, justru WFH memicu kasus perceraian yang semakin meningkat. Tidak hanya di Indonesia melainkan juga dibeberapa belahan dunia yang terkena dampak dari mewabahnya virus Covid-19.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat kita bertanya-tanya kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Diah Mahmudah, S.Psi salah seorang psikolog melalui wawancara singkat via whatsapp menjelaskan saat pandemi ini sudah seharusnya keluarga bertumbuh saling mendukung, berkolaborasi, dan bersinergi.
"Keluarga seharusnya berfokus pada cahaya untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan kebersamaan," ujar Diah.
Menurutnya tingkat stress masyarakat tidak hanya didasari oleh faktor ekonomi saja. Faktor yang tidak kalah penting lainnya pemahaman akan arah keluarga yang baik itu seperti apa. "Keluarga bukan berarti kebersamaan secara raga akan tetapi kebersamaan secara jiwa atau mental," ungkap pendiri Biro Psikologi Dandiah ini.
Namun, tidak semua keluarga sanggup memberikan energi positif bagi satu sama lain. Penulis buku “Anger Management & Trilogy Positive Parenting” ini pun menjelaskan apa yang dinamakan toxic family.
ADVERTISEMENT
Toxic family adalah kondisi di mana lingkungan keluarga berisi hal yang negatif. Kondisi lingkungan keluarga toxic biasanya saling menyalahkan, saling egois, mementingkan kebutuhan diri sendiri, tidak memiliki rasa empati, selalu menuntut dan memaksakan kehendak anggota keluarga lainnya tanpa ada dasar toleransi.
"Yang paling parah berujung kepada kekerasan, baik secara verbal maupun fisik," ungkap Diah.
Jika menemui tanda tanda tersebut dilingkungan keluargamu, pertolongan pertama yang bisa dilakukan ialah yaitu:

Anak

Jika posisimy di sini sebagai anak, mengatasi hal ini memang sangatlah tidak mudah. Namun bukan berarti perubahan tidak bisa dilakukan. Berikut hal-hal yang bisa kamu yang bisa dilakukan.
1 - Coba mengenali situasi terlebih dahulu
Kenali kondisi ketika perilaku toxic orang tua muncul. Coba pahami situasi tersebut, apa yang mendasari mengapa orang tua berperilaku seperti itu. Pada umumnya orang tua menyayangi anaknya.
ADVERTISEMENT
Namun, karena disebabkan hal-hal tertentu, cara berperilaku orang tua bisa juga menjadi salah. Bisa jadi karena didikan orang tuanya terdahulu atau faktor-faktor yang mana membuat orang tua bertindak tidak sebagaimana mestinya.
2 - Belajar memahami dan menerima situasi tersebut
Setelah memahami tentang kondisi yang terjadi si anak perlu bisa beradaptasi dengan menerima kondisi tersebut. Karena akan sulit untuk si anak memperbaiki permasalahan yang terjadi jika terus lari dari kenyataan atau kondisi sesungguhnya yang dialami.
3 - Mengalirkan emosi negatif secara berkala
Diah, dalam kelas online terdahulu, menyarankan bagi anak yang punya orangtua toxic untuk secara berkala mengalirkan emosi negatifnya. "Coba tulis emosi-emosi negatif dalam kertas, kemudian bakar kertasnya. Kemudian, tulis hal-hal yang bisa disyukuri. Lakukan secara berkala."
ADVERTISEMENT

Orang Tua

Orang tua memiliki peranan utama dalam membentuk keharmonisan dan lingkungan yang sehat bagi keluarga, oleh karena itu orang tua perlu
1 - Meningkatkan self-awareness
Orang tua sangat perlu sekali belajar meningkatkan kepekaan terhadap diri sendiri. Jika memiliki luka pada pengasuhan yang dianggap salah pada sebelumnya, sering tidak disadari menjadi terulang kembali pada cara orang tua mendidik anak.
Jangan sampai niatan baik orang tua dalam mendidik anak berujung menyakiti batin anak tersebut. Oleh karena itu segeralah berubah.
2 - Mempelajari ilmu anger management
Orang tua perlu menjemput ilmu-ilmu yang terkait dengan stabilitas emosi dan kompetensi dalam mengelola stress dalam tekanan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang.
Lakukan terapi pada diri sendiri. Asah tingkatan spiritual kita agar sehingga anggota keluarga tidak ada lagi yang menjadi sasaran pelampiasan di kala tertekan. Pelajari ilmu anger management melalui buku atau seminar.
ADVERTISEMENT
___
Mudah mudahan cara yang telah disebutkan diatas dapat membantu meningkatkan keharmonisan dalam keluarga dan semoga bermanfaat.***