news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Stigmatisasi Pria dan Wanita, Bagaimana Dari Sudut Pandang Talents Mapping?

Konten Media Partner
20 Februari 2020 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi: pixabay.com
Pada hakekatnya, setiap manusia adalah individu yang unik dan berbeda dari manusia lainnya. Setiap kita dilahirkan dengan jenis kelamin yang tidak bisa kita pilih sebelumnya, dan dianugerahi kepribadian serta bakat yang ada atau bawaan sejak lahir dan ada pula yang berkembang karena faktor pengalaman dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Di era modern seperti saat ini, sayangnya masih ada yang memandang manusia hanya dari gendernya, lelaki atau wanita. Stigmatisasi melekat kepada seseorang hanya melihat dari jenis kelaminnya.
Contohnya, seperti di Indonesia yang masih terkenal dengan budaya patriarki dan kisah stigmatisasinya, meskipun sudah banyak gerakan dan kesadaran dari masyakarat kita untuk menyudahinya. Stigma perempuan adalah kaum yang lemah, tidak perlu sekolah terlalu tinggi, harus tinggal di rumah melayani suami, sampai sebutan hanya berakhir di ranjang dan dapur. Sebalinya, pria pun tidak lepas dari stigma ini, seperti misalnya pria adalah makhluk yang kuat, tidak boleh menangis, harus selalu menjadi yang terdepan, dan sebagainya.
Selain itu, masih ada stigma-stigma sederhana lainnya yang juga ada di tengah masyarakat. Seperti laki-laki harus macho, senang main bola, berani bertarung, sementara wanita harus anggun, main boneka, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, setiap manusia baik ia pria maupun wanita, dianugerahi bakat masing-masing yang juga ikut menentukan bagaimana kepribadiannya. Misalnya, bukan berarti saat ada pria yang menolak saat ditunjuk menjadi ketua, ia adalah pria yang lemah dan tidak sejati, tapi besar kemungkinan ia memang tidak memiliki bakat untuk memimpin dan menyadari hal tersebut.
Dari sudut pandang Talents Mapping, setiap manusia dianugerahi 34 bakat dalam dirinya dan tidak tergantung pada gender atau jenis kelaminnya. Ke-34 bakat ini ada dalam diri setiap manusia dan tersusun dari yang paling kuat hingga yang lemah. Bakat-bakat inilah yang apabila disadari dan dilatih, akan membentuk kepribadian masing-masing kita sesuai dengan hakikatnya.
Bagaimana jadinya apabila kita menyadari tentang bakat-bakat tersebut dan dampaknya terhadap stigmatisasi pria dan wanita yang ada di tengah masyarakat?
ADVERTISEMENT
Tentunya cara pandang kita terhadap diri sendiri dan orang lain akan jauh berbeda. Contohnya, saat kita melihat ada seorang laki-laki yang terkesan sensitive secara perasaan. Maka bila kita tahu, laki-laki tersebut mungkin memiliki bakat Emphaty yang kuat, dan bila diarahkan, ia bisa secara tepat memakai bakat tersebut untuk lebih memahami keluarga dan orang-orang disekitarmya.
Jadi, yuk mari mulai menyadari tentang 34 bakat ini. Dimulai dari dirimu untuk lebih menghargai diri sendiri lalu orang lain, dan mulai menghilangkah stigmatisasi pria-wanita yang ada di tengah masyarakat kita saat ini.
Ikuti Talents Mapping bersama Temali, untuk mulai mengenal dirimu lebih dalam lagi dan menghargai orang lain, disini!