Sudahkah Pribadi Kita Ramah bagi Difabel?

Konten Media Partner
3 Agustus 2019 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sudahkah Pribadi Kita Ramah bagi Difabel?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sekolah ramah difabel, kota ramah difabel, tempat hiburan ramah difabel, masjid ramah difabel. Namun, sudahkah kita sendiri ramah difabel?
ADVERTISEMENT
Difabel yang berasal dari kata different ability adalah kata yang dipakai untuk menggambarkan penyandang disabilitas yaitu mereka yang memiliki keterbatasan untuk melakukan sesuatu. Ada beberapa jenis difabel, seperti tuna netra (tidak bisa melihat), tuna rungu (tidak bisa mendengar), tuna grahita (anak berkebutuhan khusus), dan lain-lain
Saat ini, boleh jadi sudah banyak wilayah dan daerah yang ramah difabel atau baru mencanangkannya. Pertanyaannya, di saat fasilitas sudah banyak yang ramah difabel, bagaimana dengan manusianya? Apakah sudah ramah difabel juga?
Temali berbincang dengan Mohammad Esa, Jumat (26/7) praktisi pendidikan khusus, mengenai cara untuk menjadi ramah difabel.
“Langkah pertama buat jadi ramah difabel adalah harus tahu dulu jenis-jenis disabilitas yang ada di masyarakat” ujar Esa. “Yang sering ditemui biasanya ada tuna rungu, tuna netra dan tuna grahita."
ADVERTISEMENT
Menurut Esa, cara supaya ramah difabel berbeda untuk masing-masing kelompok disabilitas. “Contohnya kepada tuna netra, saat pertama kali kita ingin berinteraksi fisik dengan mereka, harus terlebih dahulu permisi dengan menyentuhkan punggung tangan kita ke punggung tangan mereka," jelas Esa saat ditemui di kampus UPI (Universitas pendidikan Indonesia). "Saat berbicara dengan tuna netra, kita harus lebih jelas supaya mereka bisa terbayang secara visual."
Selanjutnya supaya kita ramah dengan tuna rungu, Esa menyarankan supaya berbicara dengan gerak mulut yang jelas. “Enggak apa-apa kok kalau belum terlalu bisa bahasa isyarat, yang penting ketika ngomong sama yang tuna rungu gerakan mulut kita jelas. Sudah banyak tuna rungu yang paham bahasa ujaran,” jelas Esa.
ADVERTISEMENT
Selain tuna rungu dan tuna netra, tuna grahita juga termasuk yang sering ditemui di tengah masyarakat. Tuna grahita adalah mereka yang lemah daya tangkapnya seperti misalnya down syndrome.
Supaya ramah dengan mereka, jangan terlebih dahulu mengganggap mereka buruk lalu kita menjauhinya. “Selanjutnya, pahami mereka, karena mereka manusia seperti kita juga, namun kognitifnya tidak berkembang sesuai dengan usianya. Jadi harus dengan penuh kasih sayang dan perhatian layaknya dengan anak kecil,” sebut Esa.
Di saat fasilitas dan daerahnya sudah ramah difabel, namun manusianya belum, maka akan percuma. Oleh karena itu kita harus belajar untuk ramah difabel juga, karena teman-teman difabel pun adalah bagian dari kita dan berhak mendapat hak yang sama.
ADVERTISEMENT
[Penulis: Izzudin | Editor: Tristi]