Work-Life Integration, Agar Kehidupan Pribadi Tak Terampas (2)

Konten Media Partner
1 November 2019 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
"If you are working 24/7, you’re not going to have any interesting ideas."
ADVERTISEMENT
"Jika kamu berkeja terus-menerus, maka kamu tidak akan mendapatkan ide-ide menarik."
Alkisah, seorang pengusaha memiliki prinsip di atas. Saat liburan pun, ia menyita ponsel kelima anaknya ketika berlibur.
Alasannya? "Saya ingin agar kami saling berinteraksi satu sama lain. Jadi saya mengambil ponsel-ponsel mereka dan berkata 'Kita akan fokus untuk keadaan saat ini pada hari ini.'" paparnya pada Business Insider.
Ia dan suaminya, yang sama-sama eksekutif terkenal pun memiliki batas yang jelas antara dunia kerja dan kehidupan pribadi. Mereka berkomitmen untuk makan malam di rumah hampir setiap malam dengan lima anak mereka.
"Kami juga punya aturan untuk tidak mengecek email di antara jam 6 hingga 9 malam, karena jika kamu menatap ponsel, maka akan sulit untuk disconnect," paparnya dalam Wall Street Journal.
ADVERTISEMENT
Mau tahu siapakah pengusaha ini? Yap, ia adalah CEO media sosial berbasis video paling terkenal sejagat raya ini-- Susan Wojcicki dari Youtube. Bayangkan, CEO Youtube saja sangat memperhatikan kewarasan kehidupan pribadinya!
CEO Youtube (Foto: Wikimedia Commons)
Hal ini menjadi inspirasi saya, agar tetap memblok waktu dimana saya tidak mengurusi kerjaan-kerjaan saya-- dan fokus pada keluarga.
Dari magrib hingga dini hari adalah waktu yang saya dedikasikan untuk keluarga (plus tidur)-- kalaupun ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan-- saya tanggapi seperlunya.
Dini hari (Sekitar jam 02.00) hingga subuh, biasanya saya gunakan untuk menyelesaikan kerjaan-kerjaan yang belum selesai. Saya juga sembari mencicil pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pagi hingga sore hari tersebut.
Tentu saja, hal ini belum saya maksimal lakukan. Masih ada trial and error. Tapi cukup berhasil memakai pola seperti ini. Saya sedang berusaha keras untuk mempertahankan ritme ini.
ADVERTISEMENT
Momen dini hari, serta rehat dari huru-hara pekerjaan justru membuat otak saya fresh.
Dilansir dari BigThink.com, Profesor Barbara Oakley dari Oakland University pun berpendapat, jika rehat setelah sekian lama bekerja keras itu perlu. Bahkan bermanfaat untuk menghasilkan solusi atau ide-ide cemerlang.
Foto: Unsplash.com
Tentu saja, cara saya dan orang-orang berbeda satu sama lain dalam mengondisikan waktu rehat dari pekerjaan. Ada barangkali yang memblok hari-hari khusus dimana bisa bersantai dengan keluarga, setelah hari-hari sebelumnya bekerja 24 jam.
Tiap orang punya cara yang berbeda. Tetapi saya yakin, bahwa tiap orang butuh rehat yang sehat dari pekerjaannya.
Work-life integration yang saya yakini, bukan mencampurbaurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Namun, saya memiliki pandangan yang lebih filosofis ihwal work-life integration..
ADVERTISEMENT
***
Bersambung