Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga ala teman kumparan MOM Hebat

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
14 Juni 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi catatan keuangan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi catatan keuangan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap keluarga tentu menginginkan kondisi finansial yang sehat dan stabil, sehingga mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Kebutuhan tersebut bisa berkaitan dengan urusan rumah tangga, pendidikan anak, hingga asuransi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Bagi yang sudah berkeluarga, harus pintar-pintar mengelola kondisi keuangan. Jangan sampai pengeluaran lebih besar dari penghasilan. Nominal utang juga perlu diperhatikan agar tidak menumpuk di kemudian hari.
Dijelaskan dalam buku Tips Pengelola Keuangan karya Eagle Oseven, ketika sudah berkeluarga, pasangan yang sama-sama bekerja sebaiknya menggabungkan penghasilan mereka menjadi satu. Tujuannya agar mereka lebih mudah dan leluasa mengaturnya.
Penghasilan yang digabung tersebut juga bisa memudahkan salah satu pihak mengontrol setiap pengeluaran dan pemasukan yang ada. Jadi, ada transparansi dari kedua belah pihak.
Ilustrasi menata flow keuangan setiap bulan. Foto: Natee Meepian/Shutterstock
Pendapat ini selaras dengan prinsip pengelolaan uang yang selama ini diterapkan oleh Zahiya, member teman kumparan MOM Hebat. Ia mengatakan bahwa rekening pengeluaran dan tabungan wajib dipisahkan.
“Kalau rekening pengeluaran itu punya suami full semua gaji suami buat kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pribadi kami sekeluarga, gaji saya untuk tabungan full," ujarnya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rane dari Surabaya, yang mengandalkan gaji suaminya karena ia tidak bekerja, menggunakan metode 50-30-20 untuk mengatur keuangannya. Metode ini membagi pendapatan menjadi tiga bagian, yakni 50% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk rekreasi, dan 20% untuk tabungan dan asuransi pendidikan anak.
"Sekitar 50% untuk kebutuhan sehari-hari, belanja bulanan, token listrik, jajan anak. 30% dari gaji suami aku alokasikan untuk kami sekeluarga jalan-jalan, dan 20% nya aku tabung ke rekening tabungan dan asuransi pendidikan anak aku," jelas Rane.
Ilustrasi mengatur keuangan. Foto: fizkes/Shutterstock
Metode ini membantu Rane memastikan kebutuhan pokoknya terpenuhi, sambil tetap menyediakan dana untuk rekreasi keluarga dan masa depan anaknya.
Dalam hal menabung dan investasi, Zahiya memilih pendekatan yang lebih konservatif namun efektif. Ia menyimpan semua gajinya di rekening tabungan yang tidak memiliki fasilitas ATM dan mobile banking untuk menghindari godaan penarikan dana secara impulsif.
ADVERTISEMENT
"Semua gaji saya dimasukan ke sana. Untuk investasi saya dan suami sepakat untuk membeli emas antam batangan, sesuai dengan kecukupan tabungan kami," kata Zahiya.
Investasi dalam bentuk emas dianggap sebagai pilihan yang stabil dan aman, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi. Rane, yang juga menghadapi tantangan keuangan selama pandemi, memilih untuk menabung dengan cara yang sederhana dan mempersiapkan asuransi pendidikan untuk anaknya.
Ilustrasi keuangan. Foto: Shutter Stock
"Kesulitan dalam mengatur keuangan yang aku rasain saat pandemi aja sih, karena tiba-tiba aku harus berhenti kerja, dan hanya suami yang bekerja saat itu," cerita Rane.
Meskipun menghadapi kesulitan, Rane berhasil mengatasi situasi ini dengan memulai bisnis kue rumahan. Langkah ini yang kemudian membantu mereka menabung untuk masa depan anak.
ADVERTISEMENT