Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
KELAS Teman kumparan: Letting Go & Move On
15 Agustus 2020 16:34 WIB

ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti memiliki kenangan di masa lalu, baik itu indah maupun buruk. Perkaranya, ketika menjalani kehidupan di masa sekarang, kenangan tersebut kerap datang, bahkan tak jarang mengusik keseharian kita.
ADVERTISEMENT
Jika kamu masih dihantui oleh bayangan masa lalu, bisa jadi sebenarnya kamu belum mengikhlaskan peristiwa itu. Semakin kamu menghindar dan lari dari masalah tersebut, maka kamu tak akan pernah belajar untuk menerima dan mengikhlaskan masa lalumu.
Kutipan di atas selaras dengan pendapat Adjie Santosoputro, Praktisi Mindfulness, ketika mengisi diskusi KELAS bersama teman kumparan. Pria yang kerap disapa Mas Adjie ini menyatakan, untuk bisa menghadapi masa lalu, yang perlu kita lakukan adalah menemui dan menerima rasa sakit itu sendiri. Dengan belajar menerima, berarti kita berusaha memulihkan rasa sakit yang muncul dari masa lalu yang pernah kita alami.
"Tidak bisa move on, biasanya lebih karena kita belum bisa ikhlas melepaskan. Oleh karena itu, fokus berlatih ikhlas melepaskan sehingga dengan sendirinya kita akan lebih bisa move on," ujar Mas Adjie mengawali sesi KELAS.
ADVERTISEMENT
Untuk berlatih ikhlas melepaskan masa lalu, menurut Mas Adjie intinya adalah kita perlu melatih pikiran kita sadar penuh hadir utuh di sini-kini (mindfulness). Sebab, banyak masalah dalam hidup ini penyebabnya adalah diri kita yang terjerat kenangan masa lalu atau bayangan masa depan.
Untuk itu, yang perlu kita lakukan sebenarnya melatih pikiran agar sadar penuh hadir utuh di sini-kini (mindfulness). "Jeratan ini kan sebenarnya pikiran kita sendiri yang berasumsi. Dan asumsi ini kan belum tentu benar," jelas Mas Adjie kepada teman kumparan.
Seperti apa penjelasan lebih lanjut dari Mas Adjie? Simak rangkuman KELAS teman kumparan berikut ini, ya!
Tanya: Bagaimanakah cara belajar ikhlas tanpa harus mengingat kembali apa yang sudah terjadi?
ADVERTISEMENT
Jawab: Saran saya, kita perlu menyadari dulu bahwa kita tidak bisa melupakan. Belajarlah untuk menerima masa lalu sebagai sesuatu yang sudah berlalu, bukan kenyataan di masa sekarang lagi. Lantas, bagaimana caranya melonggarkan jeratan ingatan, terutama ketika ingatan itu muncul kembali?
Latih pikiran sadar penuh hadir utuh di sini-kini. Be mindful. Salah satu latihannya, luangkan walau sejenak tapi lakukan rutin untuk menyadari napas. Ajak pikiran untuk menyadari napas. Tarik napas, saya sadar saya sedang menarik napas. Embuskan napas, saya sadar saya sedang menghembuskan napas. Terus lakukan latihan ini berulang kali sehingga otot kesadaran di sini kini menguat. Sehingga ketika ingatan itu muncul, kita tak lagi terseret kenangan.
Tanya: Bagaimana caranya agar bisa berdamai dengan masa lalu yang pahit seperti fisik abuse dan verbal abuse dari ibu saya sendiri? Sekarang sudah berusaha bersabar dan berusaha menerima, tapi kadang-kadang masih suka tersulut emosi.
ADVERTISEMENT
Jawab: Mungkin kalau saya boleh saran, perlu konseling ke psikolog atau psikiater. Sebatas saya membaca pertanyaannya, ada peristiwa di masa lalu yang benar-benar tidak ingin dialami, entah itu physical abuse atau verbal abuse dari keluarga kita sendiri. Kalau sumber sakitnya dari circle terdekat, ya tentu disesuaikan dengan kondisi masing-masing, tapi saran di awal adalah mengambil jarak dengan orang tersebut. Menurut saya itu langkah yang bijak.
Langkah berikutnya, kita perlu memperkuat ketangguhan mental kita dalam menghadapi sikap dan perilaku dari orang-orang terdekat. Dengan begitu, kita tidak mudah tersakiti. Namun memang tetap ada batasnya. Jika dirasa sudah cukup menyakiti diri baik fisik maupun psikis, maka ambil jarak, cari pertolongan, dan lakukan konseling ke psikolog atau psikiater. Beranikan diri untuk itu.
ADVERTISEMENT
Semoga teman kumparan di sini bisa saling menopang. Yang terpenting jangan pernah merasa sendirian, ya.
Tanya: Bagaimana caranya mengelola perasaan sakit yang timbul lagi akibat adanya trigger atau akibat pikiran diri sendiri yang belum berdamai dengan masa lalu?
Jawab: Ada 2 saran, kalau memang perasaan sakit itu benar-benar pedih sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, mungkin perlu dialihkan dulu. Rasa sakit tidak perlu dirasa-rasa, alihkan dengan melakukan hobi atau hal-hal yang kamu suka.
Saran kedua, ini saran yang saya pelajari untuk memulihkan batin dengan menggunakan mindfulness, pendekatan kesadaran diri yaitu dengan menemui rasa sakit itu sendiri. Ada sebuah ungkapan, “untuk memulihkan rasa sakit adalah dengan menemui dan menerima rasa sakit itu sendiri.”
ADVERTISEMENT
Rasa sakit itu pelan-pelan kita sadari, “oh, ini rasa sakit.” Tidak perlu ditolak, melarikan diri, atau membiarkan rasa sakit itu. Karena tiga respon itu malah membuat kita tidak bisa memulihkan rasa sakit tersebut.
Saat rasa sakit muncul di diri kita, kita perlu berlatih untuk menerima segala rasa yang datang. Dengan menerima kita akan sadar bahwa yang kita rasakan itu hanyalah perasaan dan bukan kenyataan. Itu hanya emosi kita yang bisa jadi terpengaruh dari asumsi ataupun pikiran kita. Latih terus untuk terima, terima, dan terima.
ADVERTISEMENT
Tanya: dalam proses let go dan move on, bagaimana ya Mas, cara terbaik untuk membedakan apakah kita memang sudah benar-benar di tahap acceptance atau justru kita malah masih emotional numbing?
Jawab: Yang benar-benar mengetahui bahwa kita sudah menerima atau masih emotional numbing adalah diri kita sendiri. Jadi coba cek di saat masa lalu dan kenangan itu muncul lagi dalam bentuk ingatan, bagaimana reaksi batinmu?
Jujur saja pada diri sendiri. Kalau masih belum bisa memaafkan ataupun menerima, ya tidak apa-apa. Kita pun perlu belajar kenyataan bahwa kita belum menerima. Tidak perlu memaksakan diri untuk harus menerima dan memaafkan. Karena kalau memaksakan, bisa-bisa jadi numbing (mati rasa).
Intinya memang kita perlu jujur pada diri sendiri. Beneran udah menerima atau sebenarnya masih numbing. Karena biasanya kalau numbing, bisa berpengaruh terhadap hal-hal lainnya atau bahkan menimbulkan masalah baru.
ADVERTISEMENT
Tanya: Dalam proses let go dan move on, apakah menurut Mas Adjie ungkapan 'time heals' bisa benar-benar bekerja? Bahwasanya kita hanya butuh waktu untuk bisa mengikhlaskan apa yang sudah terjadi
Jawab: Time heals ini suatu ungkapan, ya. Tapi kita perlu hati-hati dengan ungkapan ini. Sebab kalau lukanya ringan, seperti luka fisik terkena goresan kertas yang tajam, bisa dibiarkan lalu sembuh dan hilang. Tapi kalau lukanya berat, ya kan tentu tidak sesimpel itu. Kita perlu ke dokter dan melakukan upaya-upaya yang bisa membantu sembuhnya luka tersebut.
Demikian juga hati dan batin. Kalau sakit hatinya ringan, mungkin bisa dibiarkan saja, waktu akan menyembuhkan. Tapi kalau tidak, ya perlu upaya dan niat untuk melakukan latihan-latihan yang bisa membantu luka batin itu. Kalau perlu ya pergi ke psikolog atau psikiater.
ADVERTISEMENT
Tanya: Perlukah kita menentukan tujuan dalam proses moving on? Karena dalam proses nya dirasa terombang ambing dalam menyadari keadaan yang sedang dialami.
Jawab: Mungkin di awal perlu, ya. Tapi saya pribadi cocoknya bukan tujuan, tapi niat. Tujuan itu, kan, sesuatu yang harus kita capai di sana. Saya rasa secara personal niat lebih diperlukan karena bisa menjadi titik tolak kita. Poin di mana kita punya energi untuk bergerak dan keluar dari situasi yang menyakitkan buat kita. Intention saya rasa lebih perlu daripada goals.
Tanya: Bagaimana cara menghadapi jika ketemu mantan lagi di waktu yang tak terduga dengan kondisi kita belum bisa ikhlas & memaafkan yang pernah terjadi?
Jawab: Caranya yang praktis adalah menghindar dari pertemuan itu, karena di dalam diri kita kan belum siap untuk bertemu. Kalau tidak bisa, kontrol batin atau perasaan kita sendiri. Sadari bahwa bukan mantanlah yang bisa membuat kita senang, tapi hubungan kita dengan memori tersebut yang membuat kita nggak happy. Latih untuk sadari penuh kita ada di sini-kini.
Di akhir sesi KELAS, Mas Adjie memberikan pesan kepada teman kumparan.
ADVERTISEMENT
"Beranikan diri untuk keluar dari jeratan-jeratan kenangan masa lalu yang terasa masih nyata di kepala, yang membuat kita tidak bisa move on. Yang sudah ya sudah. Yang belum ya belum. Kita perlu melatih diri hidup sepenuhnya di sini-kini (be mindful)."
Semoga, kita semua bisa belajar menerima dan mengikhlaskan masa lalu, ya, teman kumparan.
(sif)
====================
KELAS merupakan diskusi dan tanya-jawab online yang diadakan di grup teman kumparan. Di KELAS, kamu bisa berdiskusi dengan para pakar di bidangnya secara gratis. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!