Riset Dulu Kalau Mau Travel, Kita Tamu Bukan Preman

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
1 Februari 2020 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nita Sellya di Sumba Timur - dok: instagram @nitasellya
zoom-in-whitePerbesar
Nita Sellya di Sumba Timur - dok: instagram @nitasellya
Teh Nita, begitulah sapaan Nita, bercerita hobinya menulis sesuka hati di sosmed justru membuka kesempatan untuk menjadi buzzer pada 2009. Sekarang sebagai influencer ia banyak ditawari yang berhubungan dengan traveling, membuat pekerjaan dan hobinya bisa dilakukan sekali jalan.
ADVERTISEMENT
"Untungnya sering dapet kerjaan yang bentuknya traveling jadi nggak terlalu repot," cerita Teh Nita kepada Kumparan.
Untuk Teh Nita, saat traveling adalah waktunya ia belajar hal baru. Ia mengakui jika masih banyak hal yang ia belum ketahui, karena itu travel bisa menjad media belajar hal-hal yang baru untuknya. Untuknya, traveling adalah sekolah yang tidak mengajarkan banyak hal.
Ketika ditanya tempat favorit yang pernah ia datangi, Teh Nita menjawab Tana Toraja. Selain merupakan salah satu tempat paling cantik di Indonesia, masyarakat Tana Toraja juga sangat menghormati adat dan orang-orangnya.
Bahkan jika ada kesempatan lagi, Tana Toraja ada di wishlist teratas tempat yang ingin ia datangi. Beserta Flores, Sumba, Banyuwangi, dan Prague.
ADVERTISEMENT
"Tana Toraja, betapa mereka menghormati manusia bahkan setelah kematian. Singkawang, betapa mereka hidup damai dalam berbagai keberbedaan," jelas Nita.
Lalu ketika ditanya mengenai tips-tips Travel, Teh Nita berpesan 3 hal. Yang pertama adalah menabung dulu sebelum berangkat. Meninggalkan hutang setelah jalan-jalan adalah hal yang harus dihindari.
Kedua lakukan riset, tempat-tempat yang mau dikunjungi, estimasi biaya, dan semua persiapan yang diperlukan. Terakhir, hormati adat dan masyarakat setempat. Ia menekankan jika turis adalah tamu bukan preman yang bisa berbuat seenaknya.
"Menabung dulu, baru pergi. Jangan sampai pergi tapi pulang punya hutang, gak enak. Riset tempat tujuanmu. Ketahui apa yang boleh/tidak boleh lakukan di sana. Hormati adat istiadat di sana, kita tamu bukan preman," - do
poster kumparanTALK - dok: kumparan.com
Nah teman kumparan juga sempat ngobrol dengan Teh Nita tentang pengalamannya ke Singkawang dan ikut melihat perayaan Cap Go Meh di kumparanTALK. Singkawang juga jadi salah satu tempat yang paling disukai oleh Teh Nita loh. Berikut isi obrolan lengkap antara teman kumparan dan Teh Nita:
ADVERTISEMENT
Q: Teh Nit, apakah Cap Go Meh wajib dirayakan dengan makan lontong Cap Go Meh? Bisakah makan dengan makan lain? Makanannya apa kalau ada? Dan kalau nggak bisa makan dengan yang lain apa alasannya?
A (Nita): Sebelum akhirnya menjadi kuliner khas Cap Go Meh di Indonesia, sebenarnya lontong merupakan hidangan pengganti yuanxiao, bola-bola tepung beras kuliner khas Ca Go Meh di Tionghoa.
Menurut sejarah, hidangan lontong bisa menggantikan yuanxiao karena pada saat itu laki-laki etnis Tionghoa merantau ke nusantara dan menikahi perempuan Jawa yang melahirkan perpaduan budaya sehingga dipilihlah lontong untuk menggantikannya.
Wajib? Ya nggak (CMIIW). Bisa diganti makanan lain ya bisa aja. Lontong Cap Go Meh sendiri sebenarnya fenomena khusus Peranakan-Jawa, kaum peranakan di Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Sumatera tidak mengenal hidangan ini. Oleh karena itu, hidangan ini hanya ada pada perayaan Imlek di pecinan di Pulau Jawa, khususnya Semarang dan Betawi.
ADVERTISEMENT
Yang di Jakarta mau cicip? Bisa mampir ke sini
Q: Apa yang menjadi ciri khas Cap Go Meh di Singkawang dengan daerah lainnya. Mungkin makanan atau tradisi kegiatan yang lain?
A (Nita): Singkawang punya bagian paling terkenal dalam perayaan CGM berupa Pawai Tatung (CGM sendiri sudah bertahun-tahun masuk Calendar of Event dari Kemenparekraf).
Sehari sebelum pawai, memberikan persembahan kepada Dewa To Pe Kong. Minta diberkahi keselamatan. Kemudian memanggil roh baik, agar masuk ke tubuh para tatung dan menjadi kebal untuk kemudian diarak keliling kota, dengan dandanan pakaian mewakili kelompok masyarakat Tionghoa atau Dayak. Roh baik ini tugasnya mengusir para roh jahat yang berniat buruk pada Singkawang dan penduduknya.
ADVERTISEMENT
Siapa aja yang bisa jadi Tatung? Ternyata gak sembarangan, rata-rata turun temurun, puasa mutih selama beberapa hari sebelumnya, dan ya konon para dewa sendiri yang memilih mereka.
Sedikit soal kemeriahannya bisa diintip di tulisan aku di sini
Q: Kenapa perayaan Cap Go Meh identik dengan warna merah dan kuning? Lalu gimana sih peruntungan shio di tahun ini?
A (Nita): Karena warna merah dan kuning (emas) dianggap sebagai warna keberuntungan dan kebahagiaan. Soal shio, wah maaf ya aku gak tau, belum jadi peramal. Tapi banyak kok artikel yang membahas, coba cek di sini
Pawai Tatung saat Cap Go Meh di Singkawang - dok: instagram @nitasellya
Q: Selain wisata kuliner, daya tarik lain dari Singkawang apa saja? Apa yang membuat Singkawang unik? Terima kasih sebelumnya teh Nita!
ADVERTISEMENT
A (Nita): Kehangatan orang-orangnya :)
Singkawang saat kerusuhan 1998 merupakan salah satu tempat pengungsian mereka yang secara ras merasa terancam di Jakarta. Mereka dilindungi.
Festival CGM pun rangkaiannya dirayakan setelah adzan.
Setiap ke rumah makan dan pesan makanan, kemudian kelihatan kalau kita turis, mereka akan ngasi tau makanan mana yang mengandung bahan haram, mana yang tidak.
Aku dihampiri pengemis di depan salah satu vihara, tidak kuberi karena aku tidak punya kebiasaan demikian, beliau gak marah. Tersenyum sambil mendoakan semoga hariku menyenangkan. Hangat rasanya. Mengingat kalau di Jakarta malah sering dijutekin kalau gak ngasih.
Selain ituu, mereka punya vihara-vihara tua yang bagus dan terawat.
Q: Ceritain dong Teh Nita kesana dalam rangka apa? Berapa hari? Itinerary di sana? pengalamannya liat pawai Tatung? Budget dan transportasi?
ADVERTISEMENT
A (Nita): Buat budget aku gak tahu karena waktu itu diundang Kemenparekraf (dulu masih Kemenpar). Ke sana khusus buat liputan Cap Go Meh, total sekitar 4 hari. Itinerarynya keliling kota, kecil kok Singkawang.
Ke Singkawang kalau lewat udara, turun di Pontianak. Ada travel yang ke Singkawang langsung. Perjalanan sekitar 4-6 jam tergantung macetnya. Kalau CGM hampir pasti banyak titik macet.
Pertama kali liat tatung AKU TAKJUB hahaha. Mewah sekali hiasannya, lalu mereka berdiri di atas paku, golok, sambil nusuk-nusuk badannya gituu. Trus kebal dong. Debus dengan kearifan lokal.
Saranku kalau mau CGM di Singkawang : book hotel di sana sejak jauh hari, karena kalau udah dekat antara kehabisan atau harga naik bisa 3-5x lipat.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa masuk arena dekat panggung utama, harus beli tiket ke panitia. Biasanya dinas pariwisata lokal akan mengeluarkan pengumuman sejak jauh hari, atau via travel agent lokal.
Tertarik ikut keseruan di dalam Whatsapp Grup Teman kumparanTRAVEL?
Ayo gabung di sini!