Teman Curhat Bersama Psikolog Klinis Nago Tejena (12)

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
11 Februari 2021 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi stress dan sedih akibat tekanan diri. Foto: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stress dan sedih akibat tekanan diri. Foto: Pexels.
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi ini membuat semua serba tak menentu. Bukan hanya was-was soal kesehatan fisik, tetapi juga membuat kondisi psikologis kita jadi tidak stabil.
ADVERTISEMENT
kumparan membuat Program Teman Curhat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya.
Pada Selasa (19/01), teman kumparan telah berkonsultasi dengan Nago Tejena, Psikolog Klinis yang sedang bekerja di Biro Psikologi Universitas Udayana. Psikolog Klinis lulusan Universitas Padjajaran tahun 2018 ini juga sedang aktif memberikan edukasi lewat beberapa webinar.
Pria yang kerap disapa Kak Nago ini berfokus mendalami psikologi klinis, pengembangan diri, dan psikologi anomali (penjelasan psikologi mengenai fenomena supranatural). Bagi teman kumparan yang aktif di media sosial Twitter, pasti enggak asing lagi dengan thread yang membahas isu psikologi dan cerita supra natural dari akun @nagotejena.
ADVERTISEMENT
Penasaran seperti apa isi dari curhatan teman kumparan dan bagaimana Kak Nago menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini, yuk!
Teman curhat bersama psikolog Nago Tejena, M.Psi. Foto: kumparan/Masayu Antarnusa.
Curhatan: Saya mempunyai teman laki-laki yang kehilangan figur seorang ibu ketika dirinya kelas 2 SMP (saat ini usianya sudah 23th). Dia menutup dirinya dan menjauh dari apapun selain yang disuka.
Dia orang yang enggak mau membuka obrolan, beberapa temannya bilang kalau dia adalah orang enggak berperasaan, dingin, dan enggak peduli dengan orang lain. Bahkan ketika saya minta dia untuk ke psikolog, dia menolak dengan alasan dia tidak percaya dengan dokter dan sejenisnya karena dokter tidak pernah berhasil menyelamatkan orang yang dia sayang.
Menurut Kak Nago, bagaimana bentuk self healing untuk dirinya? Apakah memang bentuk penyembuhan terbaik hanya berasal dari orang yang disayang atau bagaimana kak? Karena tidak kurang juga saya ingatkan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun dirinya masih merasa kesepian kak. Terima kasih 🙏🏽
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Kak Nago: Self-healing merupakan hal yang cukup subjektif, karena tentu itu kembali ke diri tiap orang masing-masing.. apa yang kita anggap bisa membantu untuk kita, belum tentu cocok untuk orang lain.
Begitu pula dengan pergi ke psikolog, psikiater, maupun berdoa kepada Tuhan. Tidak semua orang cocok dengan itu.
Saranku, lebih baik kita temani, pahami, dan dukung saja sesuai dengan apa yang membuat dia nyaman, karena itu self-healing yang lebih cocok untuk dirinya :)
Curhatan: Saya mengalami depresi banget. Bapak saya meninggal 22 oktober 2020 kemarin. Sebelumnya sempat dirawat di RS, dan saya dengan kondisi hamil sudah 38 minggu. Di saat hamil ngerasa enggak bisa berbuat banyak buat bapak sampai meninggal. Selalu menyalahkan diri sendiri dan kondisi. Di tanggal 25 oktober nya saya harus persiapkan diri operasi cesar. Rasanya campur aduk banget, masih dalam duka terus harus nyiapin mental untuk operasi. Dan alhamdulillah persalinan nya lancar dan bayi sehat.
ADVERTISEMENT
Tapi saya masih selalu ngerasa bersalah enggak bisa ngerawat bapak. Masih suka nangis mulu.. Bagaimana saya harus menghadapi ini?
Jawaban dari Kak Nago: Kita manusia, sering menghukum diri kita atas perbuatan yang kita telah lakukan. Kita selalu merasa menyesal dan merasa bisa memilih pilihan yang lebih baik.
Namun kita jarang memahami bahwa kemarin kita juga berada dalam persimpangan pilihan yang sulit, dan pilihan yang kita pilih (seperti menjaga kehamilan) merupakan salah satu pilihan terbaik yang kita miliki.
Kita takut pilihan yang kita buat menyinggung orang lain yang kita sayangi, dan membuat mereka tidak menyukai tindakan kita. Padahal kalau coba kita renungkan, belum tentu bapak menyalahkan pilihan kita waktu itu.
Rasa bersalah memang akan tetap ada, namun pahamilah itu akan berangsur-angsur hilang ketika kamu fokus kepada hal yang bisa kamu lakukan pada dirimu saat ini. Selamat berjuang :)
ADVERTISEMENT
Curhatan: Halo kak! Saya ingin cerita. Belakangan ini saya baru sadar kalau saya tidak kuat dengan pressure. Hal yang sebenarnya sepele sangat membuat saya panik, kesal, dan merasa tidak mampu. Saya cenderung untuk menyerah jika saya tidak mendapatkan pertolongan. Hal ini baru mulai saya perhatikan setelah saya mulai bekerja.
Saya adalah lulusan psikologi tetapi setelah satu tahun setengah mencari pekerjaan, saya akhirnya mendapatkan pekerjaan pertama saya sebagai admin akunting. Dan di perusahaan ini saya bekerja sendiri tanpa supervisor. Saya jadi sulit memahami pekerjaan saya dan beberapa kali terbesit untuk mengundurkan diri setiap dihadapi tugas yang sulit. Saya menjadi merasa tidak termotivasi dan cenderung lari dari masalah.
Jawaban dari Kak Nago: Halo.. thank you ya sudah cerita :)
ADVERTISEMENT
Pressure di dunia kerja merupakan hal yang tentunya tidak mengenakkan, namun perlahan kita harus pahami bahwa dimana pun kita bekerja.. pressure ini akan tetap ada.
Entah pressure dari atasan. deadline, tugas, ataupun dari rekan kerja. Runtutan pressure ini bisa membuat motivasi kita turun.
Mungkin yang perlu kamu renungkan adalah, "Apa tujuan awalmu bekerja disini?". Karena tujuan tersebutlah yang membuat kita bersemangat kembali meneruskan pekerjaan, atau malah mencari kesempatan lain yang lebih menarik bagi kita.
Apapun itu, ingatlah bahwa wajar kamu merasa stuck di tengah jalan. Tidak perlu terlalu keras terhadap dirimu, beristirahatlah dan lakukan berbagai hal yang membuatmu nyaman.. motivasi akan datang kembali dengan sendirinya jika ini merupakan hal yang penting untukmu :)
ADVERTISEMENT
Curhatan: Halo kak Nago. Mohon izinnya untuk bercerita ya. Aku memang sudah 1 tahun lebih rutin ke psikiater dan minum obat sejak mengalami 3 masalah besar. 1 tentang kehilangan, 1 tentang masa depan, dan 1 tentang keluarga yang terus berlanjut. Perjalanannya terasa naik turun.
Hampir 3 tahun aku merasa kehilangan arah, kurang motivasi, kurang minat ke banyak hal dan hampir semuanya. Tapi sejak puncak pertengkaran orang tua dan keluarga (bukan dengan aku) di akhir november kemarin, aku benar-benar kehilangan seluruh minatku dalam hidup dan masa depan.
Aku merasa tidak ada lagi yang penting di dunia ini, termasuk diriku. Bahkan sangat sering aku punya dorongan untuk menyakiti dan membunuh diri sendiri, yang itu selalu aku tahan. Aku juga jadi oversleep. Rasanya tidak ingin melakukan apapun, tidak ingin bangun lagi pun. Menjalani hari seperti hanya menunggu hidupku berakhir. Pun sedang ada hal baik / menyenangkan, aku seperti tidak bisa merasakannya.
ADVERTISEMENT
Teman-temanku mengetahui hal ini karena aku memiliki hubungan yang baik dengan mereka, tapi itu tetap tidak berpengaruh banyak untuk aku, karena aku tau pada akhirnya mereka akan sibuk sendiri-sendiri dengan kehidupan masing-masing dan berusaha tidak attached pada mereka.
Aku juga belum ke dokterku lagi sejak akhir November itu, karena merasa tidak terlalu cocok / membantu, padahal sebelumnya sangat bersemangat karena merasa cocok dan terbantu. Ingin mencoba ke psikiater / psikolog lain tapi rasanya terlalu lelah. Aku jadi bingung harus bagaimana. Mohon maaf ceritaku panjang ya kak Nago. Have a great day.
Jawaban dari Kak Nago: Haloo.. wah terima kasih banyak sudah mau mencurahkan permasalahanmu disini. Aku akan mencoba menjawab sebisanya, semoga membantu ya.
ADVERTISEMENT
Permasalahan hidup memang berat, terutama mungkin yang menyangkut dengan keluarga. Seringkali ketika keluarga kita bermasalah, kita seketika kehilangan arah dan tujuan akan hidup ini.. rasanya tidak ada gunanya kita melakukan berbagai hal kalau keluarga kita masih bermasalah
Pertama, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kalau kamu merasa masih berat untuk melakukan apapun, lebih nyaman berdiam diri, dan seterusnya.. silahkan. Wajar kita membutuhkan space seperti itu, terutama ketika baru saja mengalami perseteruan berat.
Kedua, ketika kamu merasa kesepian dan membutuhkan orang lain, jangan ragu untuk reach out ke temanmu. Mungkin memang mereka tidak selalu ada, tetapi paling tidak kita bisa mencoba dan mengungkapkan berbagai permasalahan kita ke mereka. Semoga tentu mereka merespon dengan baik.
ADVERTISEMENT
Ketiga, ketika mungkin kamu mulai merasa tidak nyaman di posisi seperti ini terus menerus, dan kamu merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki diri ini.. mencoba kembali ke profesional bisa menjadi pilihan.
Sejujurnya, memang psikiater / psikolog itu cocok-cocokan, hehe. Terkadang ada yang kita rasa cocok di awal, namun mungkin di perjalanan ada hal yang membuat kita tidak nyaman. Saranku, pertama kamu bisa coba ungkapkan hal apa yang membuatmu tidak nyaman kepadanya, karena bisa saja itu menjadi poin menarik yang penting untuk perkembangan hubungan terapis-klien. Akan tetapi kalau memang tidak cocok.. kamu bisa mencoba mencari psikiater / psikolog lainnya.
Intinya lakukanlah hal yang paling nyaman untukmu terlebih dahulu, silahkan kembali berusaha saat kamu siap, jangan ragu untuk mencari bantuan ketika diperlukan. Semoga membantu :)
ADVERTISEMENT
Curhatan: Baru sebulan putus cinta, dan dia udah ada gandengan lagi. Sempet ngira masih mimpi dan hal yang enggak wajar banget tapi memang begitu ya kak kenyataannya.
Setiap bangun tidur, aku ngerasa hampa, kosong, dan kaya sakit hati banget. Sakit hati dengan inget yang dulu-dulu, tapi sebenernya aku udah biasa aja. Cuman enggak tahu kenapa kak, selalu merasa seperti itu setiap bangun tidur. Jadi apa yang salah kak? Terima kasih :)
Jawaban dari Kak Nago: Tentu pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan membuatmu sakit hati. Apalagi belum sebulan kamu menyelesaikan hubungan tersebut, dia sudah memiliki gandengan lagi. Fakta seperti ini mungkin membuat diri kita merasa ditinggalkan, kesepian, atau merasa tidak berharga.
ADVERTISEMENT
Aku rasa lebih baik kita mengakui dan menerima bahwa diri kita masih "tidak baik-baik saja", karena seringkali menutupi perasaan ini dan menyatakan bahwa diri "udah biasa aja" malah seperti membohongi diri.
Take your time to heal, pelan-pelan saja. Lanjutkan hidupmu dengan melakukan hal-hal yang membuatmu nyaman atau terbaik untukmu. Selamat mencoba :)
Curhatan: Aku ngga ngerti harus cerita darimana karena panjang, tapi selama menikah mood aku gampang banget berubah secara cepat, gampang banget sedih, gampang banget senang. Aku merasa seperti terkurung dalam penyesalan karena aku merasa gagal dalam hidup ini sehingga aku mudah marah, ngga mau kalah, susah mengakui dan meminta maaf padahal jelas aku salah.
Aku sering bantah dan juga ngeyelan bahkan sama suamiku sehingga itu membuat suamiku kecewa akan perubahan ini, aku ingin berubah dan ingin bisa jadi kaya dulu yang lebih tenang, sabar, mengalah dan melemahkan hati yang terasa sangat keras ini..
ADVERTISEMENT
Aku harus memulai darimana dan apa yang harus aku lakukan? Memang background mungkin juga mempengaruhi karna aku berada dalam keluarga yang broken. Terima kasih banyak mohon untuk dijawab, semoga bisa membantu saya🙏. Apakah perlu saya datang ke psikiater juga?
Jawaban dari Kak Nago: Menikah berarti kita membagi sebagian dari diri kita dengan orang lain. Entah itu perasaan, permasalahan, ataupun beban dalam diri kita sebelumnya.
Penting bagi diri kita untuk menyelesaikan beban perasaan yang kita miliki dalam diri, sebelum tentunya membagikan itu secara intens dalam hubungan romantis.
Menurut saya, kita harus mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu.
Apa yang membuatmu merasa gagal dalam hidup ini?
Apa yang membuatmu menyesal?
ADVERTISEMENT
Apa yang membuatmu begitu defensif ketika melakukan kesalahan?
Apa yang membuatmu mudah terpengaruh dengan situasi di lingkungan?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini penting untuk menggali berbagai permasalahan dalam diri kita, dan dalam prosesnya, profesional bisa membantu.
Kalau situasinya sudah seperti ini, ada baiknya mencoba bantuan profesional seperti psikolog / psikiater. Mereka akan dapat membantu mengurai permasalahan dalam diri kita.. sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan selanjutnya.
Selamat mencoba :)
(tan)
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/Temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!
ADVERTISEMENT