Teman Curhat Bersama Psikolog Klinis Nago Tejena

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
11 September 2020 11:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi stress saat pandemi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stress saat pandemi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi ini membuat semua serba tak menentu. Bukan hanya was-was soal kesehatan fisik, tetapi juga membuat kondisi psikologis kita jadi tidak stabil.
ADVERTISEMENT
kumparan membuat Program Teman Curhat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya.
Pada Selasa (08/09), teman kumparan telah berkonsultasi dengan Nago Tejena, Psikolog Klinis yang sedang bekerja di Biro Psikologi Universitas Udayana. Psikolog Klinis lulusan Universitas Padjajaran tahun 2018 ini juga sedang aktif memberikan edukasi lewat beberapa webinar.
Pria yang kerap disapa Kak Nago ini berfokus mendalami psikologi klinis, pengembangan diri, dan psikologi anomali (penjelasan psikologi mengenai fenomena supranatural). Bagi teman kumparan yang aktif di media sosial Twitter, pasti nggak asing lagi dengan thread yang membahas isu psikologi dan cerita supra natural dari akun @nagotejena.
ADVERTISEMENT
Penasaran seperti apa isi dari curhatan teman kumparan dan bagaimana Kak Nago menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini, yuk!
Teman curhat bersama Nago Tejena. Foto: kumparan/Masayu Antarnusa.
Tanya: Aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku. Sering kali aku demotivasi karena orang tua selalu bilang aku perempuan dan nggak perlu kerja dan nggak usah terlalu ngoyo.
Namun ketika aku ada masalah dengan keluarga, pasti mereka bilangnya aku anak durhaka karena belum sukses dan menghasilkan banyak uang. Aku sakit hati banget denger cacian kayak gitu. Gimana ya supaya aku bisa jalanin ini semua?
Jawab: Tentu sulit untuk menjawab ekspektasi dari keluarga. Terutama ketika ekspektasi tersebut membingungkan, atau malah bertolakbelakang sendiri. Menurutku sebaiknya kamu memilih apa yang membuatmu merasa lebih nyaman.
ADVERTISEMENT
Entah itu menuruti harapan keluarga (namun tertindas) atau mencoba mengejar sendiri apa yang kamu impikan. Ingat, mereka tidak bertanggungjawab untuk membantu kamu. Namun di satu sisi kamu nggak perlu menunggu izin dari mereka sebelum mulai melakukan sesuatu.
Tanya: Semasa kecil merasakan hal-hal yang cukup berat, tapi saya tidak merasakan trauma. Namun semakin lama saya makin gampang emosi dan bahkan self harm. Akhir-akhir ini saya juga kurang bisa mengontrol diri sendiri dan tidak nafsu makan. Kira-kira kenapa ya kak dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Ketika kita mengalami masalah berat, biasanya kita akan terpengaruh oleh masalah itu dan memproses emosi tersebut. Namun pada beberapa situasi, kita merasa bahwa kita perlu menekan emosi tersebut, karena ada hal lain yang menurut kita lebih penting. Ini yang orang biasanya katakan 'denial'.
ADVERTISEMENT
Namun masalah tersebut nggak akan hilang hanya karena ditekan, perlu diselesaikan. Mungkin gejala emosi, suicidal thoughts, dan lainnya merupakan gejala dari masalah yang ditekan tersebut. Kamu bisa mencoba perlahan menggali permasalahan yang dianggap mengganggu, tentunya agar kita bisa mendapat pembelajaran dari sana. Kalau merasa sulit dilakukan sendiri, kamu bisa menghubungi profesional (psikolog/psikiater) jika diperlukan.
Tanya: Mau curhat kak, gimana caranya untuk tidak menghindari suatu hubungan?
Dari pertama kali dekat sama cowok sampai dengan yang kesekian kali selalu menjauh tanpa ada alasan jelas tapi sebenarnya masih ingin dekat. Pengin banget punya pasangan yang bisa kasih semangat dan perhatian gitu tapi setiap pendekatan nggak berani melanjutkan lebih jauh.
Jawab: Menurutku, hubungan itu sesuatu yang unik. Kenapa? Karena kita membuka sisi diri kita yang rentan (vulnerable) kepada seseorang, berharap utk mendapatkan kehangatan yang setimpal.
ADVERTISEMENT
Namun terkadang, kita merasa risiko dari membuka diri ini lebih besar dibandingkan kehangatan yang didapat. Oleh karena itulah kita menghindari untuk berkomitmen. Mungkin bisa direnungi, apa yang sebenarnya kamu takutkan dalam hubungan itu?
Tanya: Aku tuh sekarang lagi skripsian dan semakin dekat deadline pengumpulannya. Sadar banget perlu digas tapi nanti stres sendiri.
Gimana sih kak caranya buat tetep kalem, produktif, dan stay motivated di kala deadline skripsi semakin dekat?
Jawab: Wah kalau dibayangin sempurna banget yak, kalem, produktif, stay motivated. Motivasi itu nggak bisa dipaksa. Memaksa biar produktif hanya akan membuatmu merasa bersalah. Apalagi kalau motivasi untuk lulus hanya berasal dari luar, (tuntutan teman, keluarga, dosen, dll). Menurutku lakukan hal yang kamu suka aja. Nggak ada kok yang maksa kamu lulus tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Take your time, take your own pace. Tentukan secepat mana kamu mau berlari.
Tanya: Aku punya trauma pasca perselingkuhan. Pasanganku selalu bohong sama aku terutama jika tentang masalah percintaan padahal kamu sudah punya rencana menikah 2 tahun lagi. Lama kelamaan, kebohongan dia satu per satu terbongkar. Saya harus gimana, ya, mengatasi masalah ini?
Jawab: Dari ceritanya, sepertinya kamu sedang berada dalam persimpangan pilihan yang pelik. Satu hal baik yang kamu harus sadari adalah kamu mengetahui hal ini sebelum menikah, sehingga skrg kamu sedang memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Mungkin yg harus direnungi adalah, kenapa kamu masih mau bertahan dengan dia? Apakh karena banyak sisi diri dia yang baik? Atau karena berharap dia berubah? Atau hanya karena tuntutan sosial?
ADVERTISEMENT
Tentu untuk proses pengambilan keputusan yg besar nggak bisa via chat begini ya, hehe. Kalau butuh bantuan bisa ke psikolog.
Tanya: Aku mau cerita kak, kalo selama pandemi ini bukan loneliness yang jadi permasalahan aku, tapi orientasi seksual aku. Aku ngerasa aku suka sama sesama jenis. Gimana, ya, kak mengatasi ini?
Jawab: Sebenarnya kalau menurut keilmuan psikologi, orientasi seksual adalah hak segala manusia. Tentu pertama-tama kita harus memahami itu. Namun selanjutnya, kita harus kaji kira-kira permasalahan apa yang kamu rasa berpotensi mempengaruhi dirimu lantaran perbedaan ini?
Apakah mungkin karena urusan keluarga, penerimaan sosial, atau mungkin kepercayaan? Darisana kita bisa mengambil keputusan kira-kira langkah selanjutnya apa yang sebaiknya kamu mau tempuh tentang ini.
ADVERTISEMENT
Tanya: Selama pandemi Covid-19 ini yang sudah berlangsung sekitar setengah tahun, saya kadang-kadang merasa depresi & insecure akibat penggunaan medsos yang terlalu rentan. Bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: Ya jangan main medsos kalau gitu. Kadang kita harus mencoba menimbang. Ada alasan tertentu yang mungkin membuat kita menggunakan medsos di awal. Agar terkoneksi dengan teman, tidak ketinggalan update, dll. Tetapi kita sendiri yg tahu batasan dimana kira-kira itu mulai menjadi bumerang untuk kita.
Mungkin kita sering banding-bandingin, demotivasi meliat orang lain, dan lainnya. Ingat, medsos itu cuma alat, pegang kembali hidupmu. Selalu ada tombol logout disana, tapi apakah kamu berani untuk menggunakannya atau nggak?
Tanya: Saya merasa insecure karena cara orang berbicara ke saya kadang tidak enak. Kayak kasar gitu.
ADVERTISEMENT
Jawab: Kalau begitu mungkin problemnya bukan di media sosialnya, tetapi interaksimu dengan teman-teman secara keseluruhan. Mungkin kamu coba bisa gali, kira-kira topik apa yang kamu rasa mudah tersinggung jika dikatakan temanmu.
Apakah tentang pribadimu, keluarga, dan lainnya. Jadi kita lebih fokus ke rasa insecurity dalam diri, bukan ke medsos sebagai gejalanya.
Tanya: Sebelum pandemi ini saya baik-baik saja, dan ketika pandemi saya dapat hadiah sakit dipepsia. Saya secara mental dan fisik drop.
Bagaimana cara mengatasi mental yang drop itu supaya bisa kembali semula, kak? Saya merasa secara rohani untuk berdekat/berdoa kadang terasa lelah.
Jawab: Pertama-tama, kamu nggak harus segera bangkit. Istirahat itu boleh kok, malas-malasan dan rebahan juga silakan. Waktu yang kita habiskan dengan nikmat, bukanlah waktu yang sia-sia.
ADVERTISEMENT
Lalu setelah kamu merasa sudah siap, coba lakukan hal-hal yang kamu sudah tentukan. Menyelesaikan target yang kita suka akan memberi perasaan berdaya yang lebih pada diri, sehingga mental akan terbentuk lebih kuat. Halnya apa? Bebas terserah kamu.
Tanya: Karena Kak Nago sering membahas khotbah dukun terutama dunia supranatural, aku mau tanya, sebenarnya indigo itu sebuah penyakit atau bukan kak di dunia psikologi itu sendiri?
Jawab: Banyak yang berpendapat demikian, anak indigo itu sebenarnya punya gangguan ini itu dan lainnya. Tapi kalau menurutku, ngga selalu demikian. Indigo atau psikologi, merupakan cara kita untuk memahami dunia. Menerjemahkan dunia menjadi narasi yang lebih kita pahami.
Ada yang melihat dunia dan menjelaskan berbagai fenomena dengan sudut supernatural (indigo), ada yang melihat dan menjelaskan dengan sudut pandang sains. Yang mana yang benar?
ADVERTISEMENT
Tentu kalau ngomongin ilmiah pasti ya secara ilmu pengetahuan yang teruji. Tapi namanya manusia, kita hidup membutuhkan narasi yang cocok dengan diri kita. Asal nggak merugikan orang lain sih nggak apa-apa.
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/Temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!
(sif)