Cerita Purwati yang Anaknya Jadi Pembicara dalam Forum PBB di Kanada

11 Oktober 2017 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Purwati, seorang pedagang kopi keliling di daerah Senen, Jakarta Pusat awalnya tak menyangka salah satu anaknya yang bernama Monica (15) akan berangkat ke Kanada. Monica akan menjadi seorang pembicara mengenai isu kekerasan terhadap anak di acara The WHO 8th Milestone of Global Campaign for Violence Prevention.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2006, Purwati telah berpisah dengan anaknya. Monica tinggal di sebuah yayasan panti asuhan di Yogyakarta, sedangkan Purwati saat ini bekerja di Jakarta sebagai seorang pedagang kopi keliling yang tak memiliki rumah dan penghasilan tetap.
“Ku pikir awalnya main-main ya mau sampai ke Kanada. Dia (Monica) tuh sama Save The Children (NGO yang mengakomodasi Monica berangkat ke Kanada) pernah bercerita tentang kisah-kisah (hidup) dia lah. Jadi aku enggak ngerti kenapa dia sampai ke Kanada sekarang ini,” ujar Purwati, saat ditemui di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (11/10).
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Lantaran ayah Monica telah lama meninggal, ditambah kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat Purwati harus rela melepas Monica untuk tinggal di sebuah yayasan, di Yogyakarta. Jatuh bangun sebagai seorang pedagang kopi keliling di ibu kota pun tak membuat Purwati berputus asa untuk menabung demi kehidupan di masa mendatang dengan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
“Dia sekolah SMP di Yogyakarta. Dia tinggal di yayasan. Dia gak betah tinggal di Jakarta karena panas dan sumpek. Sejak 2003 dagang kopi keliling. Pernah bangkrut berhenti dagang lagi. Tidak pernah berhenti. Usaha terus buat anak-anak,” imbuh Purwati.
September lalu, Purwati memang pernah ke Yogyakarta untuk bertemu Monika. Pada kesempatan itu Monika bercerita kepada Purwati mengenai rencana dirinya ditunjuk oleh salah satu NGO, Save The Children untuk menjadi pembicara di acara WHO, tapi dia sempat tidak percaya.
Tak lama berselang dari waktu kepulangan Monica ke Yogyakarta, Purwati secara mendadak didatangi perwakilan Kementerian Sosial (Kemensos). Dirinya diminta Kemensos untuk datang ke kantor Ditjen Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM di Kuningan untuk mengurus paspor Monica.
ADVERTISEMENT
“Kemudian dua hari datang dari perwakilan Kemensos untuk berangkat ke Kuningan menandatangani urusan keberangkatan (paspor),” terang Purwati.
Dari sini barulah Purwati percaya, Monika benar-benar akan ke Kanada. Namun, perjalanan Monika ke Kanada masih terkendala urusan visa.
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mensos jenguk Purwati di Panti Sosial (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Pada Rabu (4/10) pukul 09.00 WIB, pihak Save The Children sebagai NGO yang mengakomodasi keberangkatan Monica tak mengetahui secara pasti keberadaan Purwati. Padahal dalam mengurus visa, Monica harus diwakilkan ibunya karena belum memiliki KTP.
Pihak Save the Children kemudian meminta tolong kepada Farid salah seorang relawan untuk mencari keberadaan ibu Monica. Save the Children memberi kabar tentang persetujuan itu pada Rabu (4/10) sekitar pukul 09.00 WIB. Sementara batas waktu dari Kedubes Kanada untuk mendapat persetujuan ibu Monica itu Rabu (4/10) pukul 12.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Dari foto terakhir ibu Monica, Farid lantas berinisiatif untuk menyebarkannya ke sejumlah grup Whatsapp yang ia miliki. Lalu bersama relawan lain ia melakukan pencarian.
Sekitar pukul 10.30 WIB, ibu Monica akhirnya ditemukan di sekitaran Senen. Permasalahan lain pun datang. Mereka sempat kebingungan untuk mencari kendaraan yang akan digunakan untuk mengantarkan ibu Monica mengurus persyaratan pemberangkatan Monica ke Kanada.
Dengan waktu yang sangat terbatas pada saat itu, terdapat seorang sopir taksi yang mau mengantarkan. Pihak relawan kemudian menceritakan kepada sopir taksi itu keadaan yang sedang mereka alami.
Akhirnya sopir taksi itu ikut membantu untuk mencari rute tercepat. Akhirnya tim relawan dan Purwati sampai di tujuan tepat pada waktunya.
Monica dijadwalkan akan berangkat ke Kanada pada 16 Oktober. Hingga saat ini dirinya masih menunggu penerbitan visa keberangkatan yang direncanakan selesai pada Sabtu (14/10) mendatang. Rencananya Monica akan menjadi perwakilan Indonesia di acara WHO di Kanada yang akan berlangsung tanggal 19-20 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT