news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rusia Tangkap Pemimpin Oposisi saat Demo Korupsi di Kremlin

26 Maret 2017 23:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Alexei Navalny (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
Polisi Rusia menahan pimpinan kelompok oposisi pemerintah, Alexei Navalny. Dia ditangkap bersama ratusan pengunjuk rasa yang memprotes maraknya korupsi dalam Pemerintahan Rusia dan meminta Perdana Menteri Dimitry Medvedev mundur dari jabatannya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Minggu (26/3), demonstrasi yang menyudutkan Kremlin kali ini, merupakan yang terbesar setelah gelombang protes sebelum penolakan pencalonan Vladimir Putin sebagai presiden untuk masa pemerintahan keempat, 2011 silam.
Alexei Navalny merupakan tokoh oposisi yang mendapat dukungan kaum liberal di Rusia. Walaupun jajak pendapat terakhir masih menempatkan Putin sebagai kandidat yang belum terkalahkan.
Guna mengalahkan Putin pada pemilihan presiden Rusia pada 2018 mendatang, Navalny menggunakan isu dugaan korupsi di Kremlin. Bersama pendukungnya, Navalny mengelar aksi demonstrasi di jalanan Moskow.
Alexei Navalny (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
Namun, aksi yang berlangsung di pusat Kota Moskow itu ditanggapi secara represif oleh Polisi Rusia. Navalny bersama pendukungnya ditahan ketika menyampaikan pendapat.
Meski demikian, pemimpin kelompok oposisi itu, tampak tidak terlalu sedih dengan penangkapannya.
ADVERTISEMENT
"Saya senang banyak orang dari bagian timur Rusia yang ikut turun ke jalan," kata Navalny beberapa saat sebelum dimasukan ke mobil tahanan, Minggu (26/3).
Sedangkan pihak Pemerintah Rusia sejak awal sudah berupaya melawan demonstrasi tersebut. Mereka menuduh aksi tersebut sebagai provokasi ilegal.
Tudingan adanya korupsi yang dilakukan Pemerintah Rusia bermula saat Navalny mengumumkan jumlah kekayaan Perdana Menteri Dimitry Medvedev. Menurutnya, jumlah harta Medvedev melebihi gaji yanng dia terima.
Juru Bicara Medvedev menuding tuduhan itu sebagai serangan yang sengaja dilancarkan Navalny untuk meraih dukungan pada pemilu mendatang.