Kepentingan Bisnis Senjata di Balik Perang Israel vs Iran

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
17 April 2024 15:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengapa Amerika, Israel dan Inggris serta sekutu lainnya mengaminkan kekacauan dan perang di kawasan Timur Tengah? Bahkan, mereka sedang membuka front baru melawan Iran.
ADVERTISEMENT
Ini tak lain dan tak bukan karena motif kapitalisme perang yaitu menghidupkan bisnis senjata yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar dari Amerika, Israel dan Inggris.
Bisnis senjata ada di balik langgengnya perang dan konflik bersenjata di berbagai kawasan. Foto: https://www.pexels.com/
Dengan kata lain, Amerika dan sekutunya sangat menyukai perang dan secara strategis akan selalu mengamini eskalasi yang mengancam berbagai kawasan secara geopolitik misalnya konflik Rusia vs Palestina dan okupasi Israel atas Palestina saat ini.
Tentu, Amerika berkepentingan untuk mengacaukan negara lain agar dalam negerinya lebih solid seperti yang dikatakan oleh Noam Chomsky sebagai bagian dari proyek panjang geopolitik Amerika sejak paska perang dunia II hingga saat ini. Tetapi, yang lebih penting dari itu semua adalah bisnis senjata.
Sebab perang akan berdampak positif bagi ekonomi Amerika, Inggris dan Israel karena mendorong penjualan senjata yang dikuasai oleh perusahaan besar yang berbasis di negara mereka.
ADVERTISEMENT
Naiknya penjualan senjata di seluruh dunia menandakan Amerika, Inggris, Israel dan sekutunya sukses mengacaukan geopolitk dunia. Data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa nilai penjualan senjata global meningkat hingga mencapai US$592 miliar beberapa tahun belakangan ini.
Perusahaan Amerika yang mendulang cuan dari perang di berbagai kawasan adalah Lockheed Martin, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) senilai US$60,34 miliar, lalu disusul Raytheon Technologies (AS) senilai US$41,85 miliar, Boeing (AS) dengan nilai total US$33,42 miliar, Northrop Grumman (AS) sebanyak US$29,88 miliar, General Dynamics (AS) dengan jumlah US$26,39 miliar.
Tak ketinggalan perusahaan Inggris, BAE Systems, juga mencatat cuan senilai US$26,02 miliar. Sedangkan Israel sukses menjadi top ten eksportir senjata ke seluruh dunia yang menyumbang 2,3 persen dari penjualan senjata global selama periode 2018-2022.
ADVERTISEMENT
Penjualan oleh pemerintah AS hanyalah salah satu bagian dari perdagangan senjata global di mana penjualan langsung dari kontraktor militer merupakan bagian terbesar dari bisnis tersebut. Penjualan militer luar negeri senilai US$51,9 miliar pada beberapa tahun lalu mengalir melalui Departemen Pertahanan Amerika Serikat hanya mewakili sepertiga dari $153,7 miliar penjualan langsung resmi senjata, suku cadang, dan layanan militer oleh Amerika Serikat kepada pembeli di luar negeri termasuk Ukraina.
Alhasil, cuan ada di balik konflik bersenjata di berbagai kawasan di belahan bumi. Front baru perang Israel vs Iran baru akan dimulai dan sedang dibuka. Pebisnis senjata bersama rezim politik Amerika, Inggris, Israel dan sekutu sedang merancang siasat baru untuk menyerang Iran demi menggenjot bisnis senjata mereka walau mengorbankan nyawa manusia.
ADVERTISEMENT