Praksis dan Perjuangan Kelas

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
27 Januari 2024 15:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karl Marx sebagai Bapak Perjuangan Kelas dalam diskursus ekonomi politik. Foto: https://www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Karl Marx sebagai Bapak Perjuangan Kelas dalam diskursus ekonomi politik. Foto: https://www.pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berkat karya para sarjana di bidang studi Jerman, kita sudah lebih akrab dengan lingkungan intelektual yang melahirkan istilah-istilah yang sangat mencolok dalam diskursus kiri. Revolusi yang dimaksud oleh Marx jelas merujuk pada tradisi-tradisi Prancis.
ADVERTISEMENT
Apa yang diinginkan oleh kaum demokrat radikal muda adalah bangkitnya kembali gerakan yang telah terputus, kemudian dibalikkan oleh pendirian bourgeois republik setelah Thermidor oleh diktator Napoleon dan akhirnya oleh Restorasi dan Kontra-revolusi yang dalam hal ini oleh Negara (Balibar, 1995).
Tujuannya adalah untuk menghadirkan gerakan revolusioner ke jalan yang benar di tingkat Eropa dan membuatnya universal dengan memulihkan inspirasi dan energi dari sayap kirinya yaitu komponen egaliter dari revolusi yang utamanya diwakili oleh Babeuf yang darinya pada awal abad kesembilan belas muncul gagasan komunisme.
Marx menekankan bahwa ini bukanlah konsepsi spekulatif yang mengimplikasikan masyarakat ideal atau eksperimental, tetapi gerakan sosial dengan tuntutan yang koheren dari prinsip revolusi dan mengukur seberapa banyak kebebasan yang telah dicapai dengan tingkat kesetaraan dan sebaliknya dengan persaudaraan sebagai hasil akhirnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, apa yang disadari oleh Marx dan yang lainnya adalah bahwa tidak ada jalan tengah. Jika revolusi dihentikan dalam perjalanannya maka hanya bisa mundur dan membentuk kembali aristokrasi pemilik yang menggunakan negara baik kalangan yang reaksioner atau liberal untuk mempertahankan tatanan yang sudah ada.
Sebaliknya, satu-satunya kemungkinan untuk menyelesaikan revolusi dan membuatnya tidak dapat dipulihkan adalah memberinya kedalaman yang lebih besar dan menjadikannya revolusi sosial.
Tetapi siapa yang akan menyebabkan revolusi sosial ini? Siapa yang akan mewarisi Baheuf dan Montagnard? Kita hanya perlu membuka mata kita terhadap apa yang sedang terjadi saat ini di Eropa dan mendengarkan teriakan kepanikan dari kelas atas.
Mereka adalah pekerja Inggris 'Chartist' yang baru saja dijelaskan oleh Engels dalam Condition of the Working Class in England tahun 1844, sebuah buku yang masih bisa dibaca hari ini dan yang memiliki efek yang sangat penting pada Marx.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Canuts Lyon, para pengrajin di pinggiran kota Paris dan gua-gua Lille yang digambarkan oleh Victor Hugo, para pengrajin Silesia yang dipersembahkan oleh Marx dalam kolom-kolom panjangnya di Rheinische Zeitung yang berbasis di Cologne.
Singkatnya, mereka semua sekarang disebut dari kata Romawi kuno sebagai proletarian yang memenuhi Revolusi Industri dalam jumlah besar. Mereka memenuhi kota-kota dan menderita kemiskinan. Mereka sekarang mulai menggoyahkan tatanan borjuis dengan mogok dan pemberontakan mereka.
Mereka adalah rakyat dari rakyat (le peuple du peuple), fraksi yang paling otentik dan perwujudan masa depan. Pada saat intelektual-intelektual kritis, penuh dengan niat baik dan ilusi, masih mempertimbangkan cara-cara demokratis dalam negara dan untuk itu mencerahkan apa yang mereka sebut 'massa', massa-massa tersebut telah masuk ke dalam tindakan. Mereka sebenarnya sudah memulai kembali revolusi (Balibar, 1995).
ADVERTISEMENT
Alhasil, seperti tertulis dalam The Holy Family (1844) dan Manifesto Komunis (1847), Marx mengatakan bahwa proletariat akan membubarkan masyarakat borjuis (burgerliche Gesellschaft). Dan ini berarti bahwa kondisi eksistensi proletar bertentangan dengan semua prinsip masyarakat borjuis, proletar hidup dengan nilai-nilai yang berbeda dari patriotisme dan individualisme borjuis, dan oposisi proletar semakin meningkat terhadap Negara dan kelas yang dominan.