kumplus- Opini T Djamaludin- Hilal

Menuju Titik Temu Penyatuan Kalender Islam

Thomas Djamaluddin
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
5 April 2021 18:32 WIB
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dalam enam tahun terakhir, sejak 1437 H/2016 sampai 1442 H/2021, kita tidak mengalami hiruk-pikuk perbedaan awal Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bukan karena perbedaan antar-ormas Islam sudah terselesaikan, namun karena posisi bulan pada awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah yang memang membantu. Perbedaan baru muncul bila posisi bulan terletak di antara kriteria yang digunakan ormas-ormas besar.
Kriteria yang belum disepakati itulah yang jadi sebab perbedaan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha—bukan karena perbedaan metode penetapan awal bulan hijriyah. Selama ini perbedaan dianggap karena Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan posisi hilal) sementara Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyat (pengamatan hilal).
Perbedaan ini selalu menimbulkan kebingungan umat. Momen yang paling diperhatikan tentu saja adalah kasus 1 Syawal (Idulfitri) yang berbeda. Ia tak jarang menimbulkan konflik, sebab dengan ketidakpastian ini membuat sebagian umat masih berpuasa sementara yang lain telah berhari raya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten