AS dan Rusia akan Bangun Stasiun Luar Angkasa di Orbit Bulan

28 September 2017 6:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akan menjadi awal eksplorasi bulan dan deep space (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Akan menjadi awal eksplorasi bulan dan deep space (Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
ADVERTISEMENT
Dua negara termaju dalam bidang antariksa dunia, Amerika Serikat dan Rusia, setuju untuk bekerja sama membangun stasiun luar angkasa pertama di orbit bulan. Proyek yang dipimpin oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) ini merupakan bagian dari misi jangka panjang untuk mengirim manusia ke Mars.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya pada aawal tahun ini, NASA telah mengungkap terlebih dahulu gambaran awal proyek ambisius jangka panjang tersebut. Agensi antariksa AS tersebut menyebut tengah mengkaji secara mendalam program yang dijuluki Deep Space Gateway, proyek multi-tahap yang mendorong eksplorasi manusia ke bagian tata surya terjauh.
Pada tahap realisasinya, NASA bersama Roscosmos (agensi antariksa Rusia) akan membangun stasiun antariksa di orbit bulan yang akan bertindak sebagai “gerbang awal ke luar angkasa terjauh (deep space gateway)”.
Stasiun antariksa tersebut akan punya beberapa fungsi, yaitu menjadi basis eksplorasi bulan bagi manusia dan robot, serta menjadi tempat persinggahan pesawat ruang angkasa. Ia akan menjadi proyek antariksa terbesar manusia, setelah pembangunan International Space Station (ISS) yang menghabiskan dana sekitar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.350 triliun).
International Space Station (ISS) (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
International Space Station (ISS) (Foto: Wikimedia Commons)
Rabu (27/9) kemarin, Roscosmos dan NASA mengatakan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan proyek bersama tersebut di kongres astronautikal di Adelaide, Australia. Menurut mereka, kesepakatan ini mencerminkan visi kedua agensi untuk lebih serius terhadap isu eksplorasi manusia di titik terjauh semesta.
ADVERTISEMENT
“Meski saat ini deep space gateway masih dalam tahap pengkajian dan pembentukan konsep tahap lanjut, NASA merasa senang dengan meningkatnya ketertarikan internasional untuk merambah cislunar space (ruang antara bumi dan bulan) sebagai tahap awal eksplorasi antariksa manusia,” ucap Robert Lighfoot, pejabat NASA di kantor pusatnya di Washington, seperti dikutip dari AFP.
Agensi kedua negara tersebut akan terus bekerja sama untuk membangun sistem yang dibutuhkan untuk melakukan misi ilmiah manusia di orbit dan permukaan bulan. Roscosmos mengatakan, bahwa ia dan kompatriotnya dari negeri Donald Trump akan “membangun standar teknis internasional yang akan menguntungkan penggunaan stasiun antariksa bagi kedua belah pihak.”
Standar internasional ini penting untuk menghindari kesulitan-kesulitan saat rombongan misi dari berbagai negara bekerja di stasiun antariksa tersebut, mengawali proyek-proyek antariksa lain agar mengikuti standar tersebut.
ADVERTISEMENT
“Roscosmos dan NASA telah menyetujui standar docking unit (pengaitan, penyatuan satu sistem pesawat luar angkasa ke instalasi antariksa lainnya) untuk stasiun luar angkasa selanjutnya,” ucap Igor Komarov, direktur jenderal Roscosmos seperti dilansir AFP. Ia juga menyebut, negaranya akan berperan banyak dalam pengembangan docking unit dan juga standar baku sistem penunjang kehidupan di antariksa. “Hal-hal tersebut akan dibuat menggunakan desain Rusia.”
Sedangkan, sistem transportasi yang akan digunakan pada eksplorasi deep space akan menggunakan roket Space Launch System dan pesawat luar angkasa Orion bikinan NASA.
“Kami paham bahwa kami adalah pemain kunci pada isu ini. Itu sebabnya kami harus mengerjakan misi ini bersama-sama,” ucap Komarov. Ia mengatakan bahwa stasiun antariksa di orbit bulan ini akan krusial bagi misi manusia ke antariksa lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Dukungan pun mengalir untuk kesepakatan historis ini --yang menjadi episode baru hubungan antariksa kedua negara yang pernah menjadi perpanjangan tangan peperangan di masa Perang Dingin.
“Jelas lebih baik untuk terbang bersama ke bulan, ketimbang harus berpikir siapa yang akan menyerang satu sama lain terlebih dahulu, bukan?” tanya Igor Lisov, editor di Space News, sebuah jurnal industri antariksa kepada AFP.