Incar Investasi Non-Minyak: Di Balik Misi Islam Moderat Arab Saudi

28 Oktober 2017 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammed bin Salman. (Foto: AP Photo/Hasan Jamali)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed bin Salman. (Foto: AP Photo/Hasan Jamali)
ADVERTISEMENT
Saat Pangeran Muhammad bin Salman membuka acara Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, Selasa (24/10) lalu, proyek pembangunan zona ekonomi khusus senilai 500 miliar dolar AS justru bukan menjadi perhatian utama.
ADVERTISEMENT
Padahal, itulah inti dari acara tersebut. Saudi akan membangun NEOM, sebuah zona ekonomi khusus di tepi Laut Merah yang berbatasan langsung dengan Mesir dan Yordania yang direncanakan selesai tahun 2025, dan para hadirin didorong untuk melakukan investasi di negara yang masih mendukung hukum pancung tersebut.
Tapi bukan itu. Bukan itu yang jadi perhatian dunia, melainkan kata-kata Pangeran Muhammad bin Salman (dikenal dengan MbS) yang berjanji akan membuat Arab Saudi menjadi kerajaan yang lebih moderat.
“Yang terjadi selama 30 tahun terakhir bukanlah Arab Saudi. Yang terjadi di kawasan ini selama 30 tahun terakhir juga bukanlah Timur Tengah. Setelah Revolusi Iran di 1979, orang-orang ingin menyalin model ini di negara-negara lain, dan Arab Saudi adalah salah satunya. Kami tidak tahu bagaimana menghadapinya. Dan masalah ini menyebar ke berbagai tempat lain di seluruh dunia,” ucap Pangeran MbS seperti dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
“Dan kini saatnya untuk membuangnya jauh-jauh,” janji Pangeran MbS.
Keputusan Pangeran MbS itu sudah barang tentu menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa Kerajaan Saudi melakukannya? Mengapa sekarang? Mengapa diumumkan di acara FII? Apakah semua itu kebetulan saja?
Masalahnya adalah: the universe is rarely lazy for coincidence to occur. Dan karenanya, kita harus menjelajah belantara lebih jauh, untuk menemukan alasan yang melahirkan keputusan moderasi kehidupan Kerajaan Saudi tersebut.
Presentasi NEOM di Riyadh (Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser/)
zoom-in-whitePerbesar
Presentasi NEOM di Riyadh (Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser/)
Ada Apa Dengan NEOM?
Satu hal yang tak biasa adalah momen yang dipilih Pangeran MbS untuk mengumumkan rencana moderasi kerajaannya. Alih-alih dilakukan dalam sebuah acara resmi yang dihadiri semua pejabat kerajaan, Pangeran MbS justru mengumumkannya di acara FII.
FII mengumpulkan sebanyak lebih dari 3.500 politisi, pebisnis, dan bankir dari seluruh dunia ke tengah-tengah Riyadh. Acara ini digaungkan Kerajaan Saudi untuk menyambut “Visi 2030”, sebuah misi ekonomi Saudi untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk minyaknya.
ADVERTISEMENT
FII, NEOM, dan Visi 2030 adalah tiga dari banyak campur tangan Pangeran MbS di pemerintahan Kerajaan Saudi. FII adalah acara seremonial untuk memperkenalkan NEOM (dari sebuah kata berbahasa Yunani, NEO, yang artinya baru, dan kata Arab mustaqbal, yang berarti masa depan) --sebuah kota seluas 26 ribu kilometer persegi yang juga mengambil alih 486 kilometer bibir pantai Laut Merah.
Mencitrakan NEOM sebagai model smart city masa depan dunia tampaknya menjadi misi utama pemerintah Saudi. Nantinya, proyek NEOM akan berfokus pada sembilan sektor investasi, termasuk energi, air, bioteknologi, dan robotik. Pada peluncurannya Selasa lalu, NEOM rencananya akan dihuni oleh lebih banyak robot ketimbang manusia.
Tak hanya sampai di situ, NEOM direncanakan menggunakan energi terbarukan sepenuhnya, dengan energi surya dan angin menjadi modal utama. Semua yang bisa diautomatisasi akan otomatis diautomatisasikan. NEOM diproyeksikan akan menjadi pusat pertemuan Eropa, Asia, dan Afrika --menggeser pusat peradaban dunia dari yang melulu London dan Washington.
ADVERTISEMENT
Keseriusan Saudi memastikan proyek ini berhasil pun tak tanggung-tanggung. Dua buah pulau di Laut Merah, Tiran dan Sanafir, yang selama ini ada di bawah yurisdiksi Mesir pun “dibelinya”. Sejak April 2016 lalu, Mesir menyerahkan kontrol dua pulau tersebut ke Saudi, yang menyebabkan lahirnya banyak protes dan tuntutan hukum ke Negeri Minyak tersebut.
Pangeran MbS dan CEO NEOM Klaus Kleinfeld. (Foto: Saudi Press Agency/Handout)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran MbS dan CEO NEOM Klaus Kleinfeld. (Foto: Saudi Press Agency/Handout)
Karena, nyatanya NEOM punya ambisi yang amat besar. Dengan modal 500 miliar dolar AS, NEOM diproyeksikan menarik investasi berkali-kali lipat dari jumlah modalnya tersebut. NEOM bertujuan akan menjadi kota pemimpin dunia dalam hal efisiensi dan pendapatan perkapitanya. Nantinya, NEOM akan menjadi “...tempat paling aman, paling efisien, paling berorientasi masa depan, dan paling apik untuk hidup dan bekerja.”
ADVERTISEMENT
Tapi mampukah NEOM benar-benar bisa meraih apa yang ditargetkan? Apakah ia akan menjadi seperti Masdar di Uni Emirat Arab dan King Abdullah Financial District di Riyadh yang justru mati kutu?
Langkah-langkah awal NEOM lumayan menjanjikan. Hadirnya nama-nama besar macam Masayoshi Son, kepala Vision Fund yang bernilai 100 miliar dolar AS; Stephen Schwarzman, direktur raksasa ekuitas swasta Blackstone; dan Klaus Kleinfeld, mantan bos Arconic, Alcoa, dan Siemens yang kini menjadi CEO NEOM, menjanjikan hal yang lebih.
Meski begitu, tetap saja beberapa pertanyaan menyangkut NEOM muncul: bagaimana memastikan agar NEOM berhasil?
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
Moderasi Saudi, Mengapa Sekarang?
Kemampuan ekonomi Saudi saat ini tak bisa dibilang baik. Sejak turunnya harga minyak di 2014, keuangan Saudi empot-empotan. Tahun ini, Saudi kemungkinan akan mengalami defisit fiskal sebanyak 9 persen dari GDP mereka.
ADVERTISEMENT
Permasalahan-permasalahan tersebut masih ditambah lagi dengan angka pengangguran di Saudi yang terus meningkat. Para Januari 2017, angka rasio pengangguran di Saudi mencapai 5,8 persen, dan naik menjadi 6 persen di Juli 2017. Padahal, di awal 2016, angka tersebut berada di kisaran 5,5 persen.
Selain itu, Saudi masih harus menghadapi permasalahan macam perang dengan Yaman dan konflik dengan Qatar yang tak selesai-selesai. Belum lagi masalah kesehatan Raja Salman yang terus menurun, menyebabkan polemik di sekitar kerajaan yang terus tinggi menyangkut siapa yang seharusnya menjadi penerus sang pemangku kuasa kerajaan.
Dalam menghadapi keadaan ekonomi yang tidak mendukung itu, diluncurkanlah Visi 2030 oleh Pangeran MbS, yang diharapkan dapat menghilangkan ketergantungan Saudi terhadap pemasukan dari minyak.
ADVERTISEMENT
Dalam strategi tersebut, dilaksanakanlah taktik-taktik macam peningkatan jumlah pekerja Saudi di bidang swasta (termasuk perempuan), kampanye menarik investasi dari luar, dan penjualan saham Aramco --perusahaan migas negara-- untuk kemudian digunakan sebagai modal investasi di sektor-sektor lain.
Perusahaan minyak Saudi Aramco. (Foto: REUTERS/ Ali Jarekji)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan minyak Saudi Aramco. (Foto: REUTERS/ Ali Jarekji)
Dari penjualan 5 persen saham Aramco, yang baru akan dilakukan tahun depan, Saudi diharapkan menarik uang sebanyak 100 miliar dolar AS. Angka ini nantinya akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang menarik investasi dunia --salah satunya adalah NEOM.
NEOM adalah pertaruhan besar Saudi. Dan untuk membuatnya sukses, ada beberapa syarat yang harus diusahakan terlebih dahulu. Apakah Saudi dapat menghadirkan talenta-talenta terbesar dunia (dan, tanpa perlu dijelaskan, termasuk perempuan) ke dalam NEOM?
Karena untuk melakukannya, Saudi harus lebih terbuka ketimbang yang ada saat ini. Di sinilah janji Pangeran MbS untuk memoderasi Saudi menjadi penting.
ADVERTISEMENT
“Hari ini, kami memiliki orang-orang yang yakin bahwa dengan cara bekerja sama dengan sangat keras, Arab Saudi dan semua proyeknya akan mampu meraih level kesuksesan yang belum pernah dilihat dunia,” ucap MbS seperti dikutip dari The New York Times.
Moderasi dan keterbukaan yang dimaksud Pangeran MbS itu tercermin pada keputusannya memberlakukan hukum baru yang sama sekali beda di kota NEOM. Nantinya, NEOM akan dijalankan dengan hukum tersendiri, yang berbeda dengan sisa wilayah Saudi yang lain. Ia akan punya kebijakan pajak dan ketenagakerjaan sendiri, yang bertujuan mengakomodasi penuh iklim bisnis dan investasi di kota tersebut.
Pangeran MbS dalam Future Investment Initiative (Foto: FAYEZ NURELDINE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran MbS dalam Future Investment Initiative (Foto: FAYEZ NURELDINE / AFP)
Investasi: Tujuan Utama Moderasi
“Kami cuma akan mengembalikan ke apa yang dulu kami anut --Islam moderat yang terbuka ke seluruh dunia dan semua agama. Sebanyak 70 persen warga Saudi lebih berusia kurang dari 30 tahun, dan jujur saja, kami tidak mau menghabiskan 30 tahun waktu kami hidup untuk terus-terusan melawan pemikiran ekstrem. Kami akan menghancurkannya sekarang juga,” ucap Pangeran MbS dalam acara yang sama.
ADVERTISEMENT
Dan sebetulnya, Saudi telah mulai membongkar garis ultrakonservatif di negaranya dalam beberapa waktu terakhir. Bulan lalu, Kerajaan Saudi mengeluarkan fatwa yang menjanjikan bahwa perempuan akan boleh menyetir mobil sendiri mulai Juni 2018. Selain itu, Arab Saudi juga mengangkat seorang perempuan untuk menjadi ketua Federasi Olahraga Komunitas Saudi, yaitu Putri Reema binti Bandar.
Meningkatkan keikutsertaan perempuan dalam perekonomian Saudi merupakan salah satu tujuan utama dari agenda reformasi Pangeran MbS. Tingkat pendidikan perempuan Saudi tergolong cukup tinggi, meski begitu, angka penganggurannya juga tak kalah tinggi. Dari 906.552 warga Saudi yang menganggur, 687.500-nya adalah perempuan.
Perempuan Arab Saudi Menyetir Mobil (Foto: Reuters/Faisal Al Nasser)
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan Arab Saudi Menyetir Mobil (Foto: Reuters/Faisal Al Nasser)
Saudi juga telah mengurangi kekuasaan polisi relijius di negaranya. Pada akhir tahun 2016, polisi dengan nama Mutaween di bawah Committee for the Promotion of Virtue and the Prevention of Vice ini sempat tidak boleh menangkap ataupun memberikan pertanyaan pada masyarakat umum. Namun, sejak Juni 2017 lalu, mereka telah kembali aktif meskipun tidak segarang waktu-waktu sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Selain kebijakan-kebijakan itu, apa yang disebut oleh Pangeran MbS untuk memoderatkan Saudi tak jelas-jelas amat. Ia tak menjelaskan lebih jauh usaha-usaha apa yang akan dilakukan untuk memoderatkan Arab Saudi.
Malahan, skeptisisme muncul menanggapi janji manis Pangeran MbS ini. Madawi al Rasheed, akademisi Timur Tengah di London School of Economics, mengatakan bahwa pengumuman rencana Pangeran MbS memoderasi Islam hanyalah usaha untuk menarik lebih banyak investor.
“Pengumuman ini jelas-jelas dimaksudkan hanya untuk menggaet para investor dan memunculkan faktor feel-good di sebuah kerajaan yang punya reputasi amat buruk di mata internasional,” ucap Rasheed, seperti dikutip dari The Washington Post.
Pengunjung NEOM dan sebuah robot pelayan  (Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung NEOM dan sebuah robot pelayan (Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser)
Berdasarkan USnews.com, citra Saudi sebagai negara tujuan investasi di dunia hanya berada di angka 32 dari 80 negara yang masuk daftar. Angka tersebut luar biasa buruk, hanya satu posisi di atas Meksiko dan jauh dari tetangga negaranya, Qatar, yang berada di urutan 9.
ADVERTISEMENT
“Sungguh tidak jelas akan seperti apa yang dimaksud dengan Islam moderat di Saudi. Tapi, yang coba dicapai oleh Muhammad bin Salman dengan omongannya adalah pesan ke luar negeri bahwa ia adalah teman-teman negara Barat dalam hal memerangi terorisme dan mendukung teraihnya masa depan yang lebih modern,” ucap Sebastian Sons, peneliti Arab saudi dari German Council on Foreign Relations.
Pangeran MbS bukan orang baru dalam hal melahirkan komentar-komentar kontroversial. Saat meluncurkan Visi 2030, ia sempat mengatakan bahwa ia tak peduli dengan penjualan minyak Saudi.
“Dalam waktu 20 tahun, kami akan menjadi kekuatan ekonomi yang tidak tergantung pada minyak. Kami tak peduli dengan harga minyak --mau 30 dolar AS, mau 70 dolar AS, sama saja buat kami. Pertarungan (harga minyak) itu bukanlah pertarunganku,” ucapnya seperti dikutip dari Financial Times.
Mohammed bin Salman  (Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed bin Salman (Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
Komentar tersebut tentu saja amat keras buat negara yang 70 tahun terakhir hidup dari uang minyak. Dan tak sampai enam bulan setelahnya, Pangeran MbS menjilat ludahnya sendiri. Saat harga minyak turun drastis, ia menggunakan lagi kebijakan kuota produksi minyak OPEC yang dicanangkan oleh mantan Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral yang ia pecat beberapa waktu sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Awal Agustus lalu, ia juga berencana membuat sebuah resor mewah yang nantinya berada di wilayah NEOM, di mana perempuan boleh menggunakan bikini. Ini, lagi-lagi, dibuat Pangeran MbS untuk menarik lebih banyak uang ke Saudi lewat turismenya. “Proyek ini akan membuat nama Arab Saudi terpampang jelas dalam peta turisme dunia,” ucapnya dilansir The Telegraph.
Maka, tak heran langkah Pangeran MbS kali ini juga mendapatkan banyak pandangan skeptis dari para pemerhatinya. Rasheed pun menjadi salah satu dari mereka yang ragu bahwa Pangeran MbS akan benar-benar memodernisasi Arab Saudi.
“Mereformasi Islam tak cuma masalah mengizinkan perempuan memakai bikini.”
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!