news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mereka yang Pernah Singgah di Hati Tan Malaka

21 Februari 2017 20:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Tan Malaka (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Harry A. Poeze, sejarawan Belanda yang menghabiskan hidupnya untuk meneliti Tan Malaka, pernah menyimpulkan dengan lugas bahwa kisah hidup objek penelitiannya tersebut jauh “lebih dahsyat ketimbang fiksi”.
ADVERTISEMENT
Dan anggapan Poeze, tentu saja, tidak salah. Lika-liku hidup Tan Malaka bak gabungan cerita sosok politisi, diplomat ulung, dan mata-mata yang melanglang buana ke berbagai negara untuk menyelesaikan misi.
Layaknya agen rahasia di novel dan film fiksi, hidup Datuk Ibrahim Tan Malaka pun terus bersinggungan dengan beberapa wanita. Tak kurang, 4 nama wanita disebut pernah punya hubungan khusus dengan laki-laki kelahiran Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, itu.
Siapa saja mereka?
Syarifah Nawawi (Indonesia)
Syarifah Nawawi (Foto: Wikimedia Commons)
Perempuan ini teman seangkatan Tan saat mereka berdua berada di Sekolah Raja (Gedenkboek Kweekschool) Bukittinggi, Sumatera Barat, tahun 1907.
Ibrahim --nama depan Tan Malaka-- menaruh hati pada Syarifah, perempuan satu-satunya di daerahnya yang menempuh sekolah Eropa.
ADVERTISEMENT
Meski manis, cerita cinta itu kandas.
Ibrahim muda terpaksa memilih menerima gelar kebangsawanan sebagai Datuk Tan Malaka dan meneruskan pendidikan di negeri Belanda.
Hal itu ia lakukan ketimbang menerima opsi lain yang ditawarkan ibunya: kawin dengan perempuan pilihan orang tua.
Meski jauh dipisah jarak Indonesia-Belanda, kasih Tan kepada Syarifah tak lantas usai.
Dilansir Majalah Tempo edisi Agustus 2008, Tan rajin mengirimi surat kepada Syarifah yang berada di Jakarta, bersekolah keguruan di Salemba School.
Tapi, seperti sudah disuratkan takdir, surat Tan tak pernah menemui balas.
Alih-alih bertepuk sebelah tangan, cinta Tan pada Syarifah justru ditertawakan nasib.
Syarifah kawin. Tak sembarang kawin, ia diperistri oleh Bupati Cianjur saat itu, RAA Wiranatakusumah.
ADVERTISEMENT
Yang agaknya membuat Tan kesal, gadis pujaannya itu dijadikan selir kedua.
Ya, sang Bupati sudah punya dua istri lain sebelum menikahi Syarifah.
Kisah tragis cinta Tan tak berhenti begitu saja. Usai kalah dari perebutan Syarifah, hati Tan Malaka robek kembali.
Sanubari itu, yang semula luka parah ditinggal kawin, kemudian berdarah-nanah.
Sang Bupati feodal kawin lagi. Syarifah, yang dianggap tak bisa mengikuti tata aturan bangsawan Sunda, diceraikan pada tahun 1924.
Konon pula, itu salah satu alasan kenapa Tan jadi komunis dan membenci feodalisme. Karena perempuan pujaannya direbut dan dibuang begitu saja.
Ah, betapa sial. Bahkan hingga kini. Foto yang Anda lihat di sini, adalah Syarifah dengan, tiada lain, sang Bupati: Wiranatakusumah.
ADVERTISEMENT
Fenny Struijvenberg (Belanda)
Tan Malaka, pejuang kemerdekaan sayap kiri Indonesia. (Foto: KITLV)
Seorang gadis Belanda bernama Fenny Struijvenberg pernah menemani dingin hari-hari Tan di Negeri Kincir Angin.
Tak banyak diketahui bagaimana hubungan mereka. Yang jelas, Tan sempat dekat dengan Fenny.
Dikutip dari Historia, sejarawan Indonesia Bonnie Triyana pernah menyebut bahwa Tan dan Fenny sempat berpacaran. Sementara Harry A Poeze mengatakan, keduanya memang pernah dekat walau hubungan mereka tak pernah jelas.
Tan sendiri pernah menceritakan kisahnya dengan perempuan muda Belanda itu.
Dalam bukunya, Dari Penjara ke Penjara, Tan mengaku mahasiswi kedokteran tersebut sering mampir ke pondokannya.
Carmen (Filipina)
Tan Malaka Muda (Foto: Istimewa)
Tan Malaka yang pernah masuk Filipina pertengahan 1927 dengan nama samaran Elias Fuentes, pernah jatuh cinta pada seorang perempuan setempat yang disebutnya “Nona Carmen”.
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya, Dari Penjara ke Penjara, Tan mengatakan bahwa Nona Carmen ialah putri Rektor Universitas Manila.
Carmen itulah yang mengajari Tan bahasa Tagalog. Ia juga yang dikabarkan memberi petunjuk keluar-masuk Filipina bagi Tan.
Tapi, lagi-lagi, hubungan cinta Tan Malaka ditakdirkan kandas. Sebab-musababnya tak main-main.
Tan ditangkap intelijen Amerika Serikat dan diadili di Manila, Filipina.
Hingga akhirnya muncul keputusan yang mengakhiri cerita cinta Tan dan Carmen: Tan dideportasi keluar dari Filipina.
“AP”
Tan di Comintern, ketiga dari kiri atas (Foto: Wikipedia)
Usai dideportasi dari Filipina, Tan kabur ke Tiongkok dan menetap tiga tahun di Shanghai. Di situ, Tan yang miskin tinggal di sebuah desa kecil dalam kondisi sakit-sakitan.
Sempat transit di Hong Kong sebelum menuju Burma untuk melaksanakan tugas Komintern (Komunis Internasional), Tan yang menggunakan nama samaran Ong Soong Lee kembali ditangkap oleh agen rahasia Inggris dan ditahan selama dua bulan.
ADVERTISEMENT
Usai ditahan dua bulan, Tan menuju Xiamen, kota di pesisir tenggara Tiongkok yang menghadap Selat Taiwan.
Di Xiamen, Tan bertemu seorang gadis berinisial “AP”.
Di Xiamen pula, Soong Lee alias Tan mendirikan Foreign Languages School.
Di sekolah itulah AP disebut sering singgah, minta diajar bahasa Inggris.
Tan akhirnya kerap menjadi tempat curhat gadis Xiamen tersebut.
Sampai pada 1937, Tan keluar dari Xiamen, memperpanjang rekornya yang tak pernah membawa hubungan dengan perempuan ke jenjang lebih serius.
Paramitha Abdurrachman (Indonesia)
Paramita Abdurrachman (Foto: Dok. Hary Poeze)
Keluar dari China tahun 1937, Tan baru masuk ke Indonesia pada 1942 usai Jepang mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda.
Selama lima tahun itu, dari 1937-1942, tak diketahui catatan cinta Tan.
ADVERTISEMENT
Namun sekembalinya ke Indonesia, catatan kelam cinta Tan Malaka kembali muncul.
Setelah hidup sembunyi-sembunyi dari tahun 1942 hingga 1945, Tan berani terang-terangan muncul ke permukaan pada 1945, tahun kemerdekaan Indonesia.
Tan lantas mengunjungi kawan-kawan lama, tak terkecuali Ahmad Soebardjo --tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri pertama Indonesia.
Ahmad Soebardjo (Foto: Wikimedia Commons)
Saat berkunjung ke rumah Ahmad itulah, Tan menemukan keping hatinya yang terakhir, bernama Paramita Abdurachman. Ia keponakan Ahmad Soebardjo.
Tak lama, Tan terpikat pada Paramita yang berumur 26 tahun lebih muda. Hubungan keduanya cukup serius sampai banyak kalangan mengira keduanya telah bertunangan.
Paramita sendiri mengaku punya rasa khusus terhadap Tan.
Tapi lagi, dan lagi, dan lagi, cinta itu gugur sebelum bersemi.
ADVERTISEMENT
Politik jadi biang kerok.
Situasi politik yang tak menentu membuat Tan kalang kabut menyelamatkan diri.
Harapan Tan yang terlalu besar atas Paramita kandas.
Lucunya, ibu Paramita adalah teman Syarifah, perempuan pertama yang mengisi hati Tan.
Meski menurut Paramita, ibunya hanya mengenal Syarifah saat mereka berdua bersekolah di Kweekschool, tetap saja, jalin benang asmara Tan, meski berkelindan jauh dan dekat, tetap berujung sama: karam dihantam nasib.
Lihat jejak Tan Malaka di sini