news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perjalanan Panjang 116 Tahun Penghargaan Nobel

11 Oktober 2017 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Medali penghargaan Nobel. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Medali penghargaan Nobel. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Pekan itu usai sudah. Setelah satu tahun penuh kita dibuat menunggu, rumah penghargaan paling tua dan paling masyhur dunia itu akhirnya mengumumkan siapa saja yang berhak menyandang status paling bonafit di dunia: Nobel Laureate.
ADVERTISEMENT
Ya, sepekan penuh kemarin The Nobel Foundation menyelenggarakan pengumuman terkait siapa yang pantas mendapat penghargaan Nobel tahun ini. Hasilnya, terpilih sudah 11 orang dan satu organisasi untuk menerima enam kategori Nobel yang berbeda.
Ini tahun ke-106 sejak gelaran penghargaan Nobel pertama diselenggarakan pada 1901. Dalam rentang waktu tersebut, terpilih 911 laureate (pemenang penghargaan) untuk 591 medali Nobel di enam kategori. Dari 923 laureate tersebut, 892 di antaranya adalah individu, dan 24 lainnya adalah organisasi.
Sejarah yang panjang, hadiah yang besar, dan nama-nama terkenal menjadi penerimanya penerimanya membuat penghargaan Nobel menjadi institusi penghargaan paling prestisius di bidang literatur, kedokteran, fisika, kimia, perdamaian, dan juga ilmu ekonomi.
Lika-Liku Penghargaan Nobel
ADVERTISEMENT
Penghargaan dengan hadiah mencapai Rp 14 miliar, yang medalinya terbuat dari emas hijau 18 karat yang disepuh dengan lapisan emas 24 karat ini berawal dari kematian banyak orang.
Ya, Alfred Nobel, yang menggagas penghargaan bagi hal-hal mulia macam perdamaian, pengembangan ilmu pengetahuan dan kedokteran, serta penghargaan terhadap halus tutur literatur ini dulu pernah dijuluki The Merchant of Death --Sang Pengasong Kematian.
Alfred Nobel adalah anak ketiga dari Immanuel Nobel, keluarga Swedia yang mendapatkan penghidupan di Saint Petersburg, Soviet sebagai penjual bahan peledak. Mereka sukses besar saat berlangsungnya Perang Krimea, yang terjadi di 1853 hingga 1856. Alfred yang menjadi anak ketiga turut tertarik dalam hal tersebut dan mulai mengembangkan torpedo.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga memiliki ketertarikan mengembangkan nitroglycerin, bahan peledak yang jauh lebih bertenaga ketimbang mesiu. Meski begitu, nitroglycerin merupakan bahan yang tak stabil.
Bahkan, karena sebuah kesalahan saat mempersiapkan pengembangannya, pabrik yang mereka gunakan meledak pada 1864, membunuh lima orang pekerjanya. Nahas, salah satu dari kelima korban adalah adik Alfred sendiri, Emil Nobel. Namun hal tersebut tak mampu menghentikan upaya Alfred. Ia terus berusaha untuk mengembangkan bahan peledak yang berkekuatan lebih besar dari bubuk mesiu.
Alfred Nobel. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Alfred Nobel. (Foto: Wikimedia Commons)
Usahanya tersebut membuahkan hasil. Pada 1867, Alfred Nobel menemukan dinamit, zat dengan bahan dasar nitroglycerin yang diberi bahan penyerap juga dan stabilisator. Temuannya tersebut digunakan secara masif dalam bidang pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan senjata. Alfred mematenkan temuan tersebut di AS dan Inggris pada tahun yang sama.
ADVERTISEMENT
Momen hidupnya berubah ketika kakaknya Ludvig meninggal ketika berwisata ke Prancis di tahun 1888. Kematian Ludvig Nobel, yang memilih untuk berbisnis di bidang pertambangan minyak, salah dikira oleh beberapa media Prancis sebagai Alfred Nobel.
Pada salah satu obituari yang terbit di media Prancis, judul “The Merchant of Death is Dead” terpampang jelas. Alfred Nobel tahu akan pemberitaan ini. Kata-kata “Dr. Alfred Nobel, yang menjadi kaya karena menemukan cara bagaimana membunuh orang lebih cepat ketimbang cara lainnya, mati sehari lalu,” meremukkan hatinya.
Obituari yang salah sasaran tersebut membuatnya terpikir, bagaimana dunia akan mengingatnya nanti setelah ia benar-benar meninggal dunia?
Pada November 1895, Nobel memutuskan untuk mengambil langkah “pembelaan diri”. Ia menandatangani sebuah wasiat yang berisi pesan untuk membentuk sebuah lembaga penghargaan untuk orang-orang paling berjasa di seluruh dunia, tanpa memperhatikan kewarganegaraan dan kebangsaannya.
ADVERTISEMENT
Nobel Prize, begitulah pesannya. Ada lima kategori yang ia sebutkan khusus dalam wasiatnya tersebut, yaitu 1) penghargaan untuk capaian di ilmu Fisika, 2) ilmu Kimia, 3) ilmu Fisiologi atau kedokteran, 4) capaian di dunia literatur, dan 5) capaian di bidang perdamaian.
Di samping penghargaan di ilmu Fisika, Kimia, dan Fisiologi yang jelas peruntukannya, penghargaan Nobel Perdamaian diperuntukkan kepada mereka yang “...telah mengupayakan persaudaraan antar bangsa, mengupayakan penghapusan atau pengurangan senjata dan tentara, serta terus mempromosikan upaya perdamaian”. Sementara itu, bagi Nobel Literatur karyanya berada “...di jalur yang ideal”. Jelas, dua kriteria tersebut menjadi pelengkap syarat telah memberi “manfaat paling besar untuk kemanusiaan” yang menjadi syarat umum.
Dalam wasiatnya, Alfred juga mengatur tentang siapa yang berhak memilih para penerima hadiah Nobel. Untuk Nobel Fisika dan Kimia, yang memilih para laureate adalah Royal Swedish Academy of Sciences. Sementara itu, untuk nobel fisiologi atau kedokteran, Nobel Assembly di Karolinska Institutet yang memiliki hak dalam menentukan pemenangnya. Untuk Nobel Literatur, yang memilih adalah Swedish Academy. Sedangkan, untuk Nobel Perdamaian, Komite Nobel Perdamaian yang terdiri dari lima orang dipilih khusus oleh anggota Parlemen Norwegia.
ADVERTISEMENT
Sebagai hadiah untuk capaian di lima kategori tersebut, ia menjual semua asetnya dan menyumbangkan 94 persen dari seluruh pendapatannya. Saat itu, ia menyumbangkan 31 juta kronor Swedia, atau sekitar Rp 6,3 triliun dengan nilai tukar uang saat ini.
Sampai di sini, mungkin Anda akan bertanya: di mana Nobel Ekonomi?
Penerima Nobel Ekonomi 2017, Richard Thaler (Foto: REUTERS/Kamil Krzaczynski)
zoom-in-whitePerbesar
Penerima Nobel Ekonomi 2017, Richard Thaler (Foto: REUTERS/Kamil Krzaczynski)
Jawabannya: tak ada Nobel Ekonomi. Yang selama ini disebut sebagai Nobel Ekonomi sebenarnya punya nama resmi sebagai the Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel --penghargaan yang diberikan oleh Bank Swedia (Sveriges Riksbank) untuk mereka yang berjasa di ilmu ekonomi sebagai bentuk penghormatan untuk Alfred Nobel.
Penghargaan ini bahkan baru ada di tahun 1968 --ketika Bank Swedia menyumbangkan donasi besar untuk Nobel Foundation dalam peringatan 300 tahun usia bank tersebut. Selain hubungan tersebut, juga selain gelarannya yang ditempatkan pada waktu yang sama dan dinilai oleh panitia yang sama (dipilih oleh Royal Swedish Academy of Sciences), Prize in Economic Science bukanlah Nobel seperti lima penghargaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejak berdiri sejak 116 tahun lalu, Nobel punya jatuh bangunnya sendiri. Di masa Perang Dunia I dan II (1914-1918 dan 1939-1945), beberapa penghargaan tak pernah dihadiahkan kepada siapapun.
Tahun tanpa hadiah Nobel. (Foto: nobelprize.org)
zoom-in-whitePerbesar
Tahun tanpa hadiah Nobel. (Foto: nobelprize.org)
Lalu, bagaimana dengan tahun ini? Siapa saja yang menerima penghargaan paling prestisius di dunia pada tahun ini?
Fisika
Dimulai dari pengumuman Nobel Fisika, Selasa (3/10) minggu lalu, di mana tiga peneliti dari Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) menjadi penerimanya. Mereka adalah Rainer Weiss, Barry C. Barish, dan Kip S Thorne. Ketiganya dianggap pantas menerima Nobel atas sumbangsih penelitian LIGO di bidang gelombang gravitasional.
Mereka bertiga membuktikan teori Albert Einstein yang dikemukakan hampir seratus tahun sebelumnya. Einstein, pada 1916, memprediksi bahwa benturan di ruang angkasa dapat melengkungkan struktur ruang-waktu semesta itu sendiri --seperti bola bowling yang dijatuhkan ke trampolin dan melengkungkan permukaannya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, ide tersebut adalah sesuatu yang gila. Ruang angkasa masih dianggap hampa dan kosong. Sedangkan waktu, well, bagaimana membengkokkan waktu?
Nah, pada 2015 Thorne, Barish, dan Weiss lewat LIGO membuktikan prediksi Einstein ini. Lewat dua detektor raksasa --satu di Livingston, Lousiana dan satu di Hanford, Washington-- mereka mendeteksi sebuah kicauan di instrumen yang mereka gunakan.
Namun, sekecil apapun kicauan (atau noise, atau derau) tersebut, mereka bersumber dari sesuatu yang mahadahsyat: tabrakan dua lubang hitam yang terjadi 1,2 miliar tahun lalu. Satu dengan massa 29 kali dan yang lain punya massa 36 kali matahari.
Hasilnya, separuh insentif Nobel menjadi milik Thorne yang dinilai punya andil paling besar, sedangkan separuh lainnya dibagi sama rata pada Barish dan Weiss.
ADVERTISEMENT
Kimia
Sehari kemudian, Rabu (4/10), giliran Jacques Dubochet, Joachim Frank, dan Richard Henderson yang mendapat penghargaan Nobel Kimia. Mereka dinilai punya kontribusi besar dalam “...mengembangkan mikroskopi cryo-electron untuk menentukan struktur biomolekul larutan dalam resolusi tinggi”.
Sederhananya, teknik yang mereka kembangkan mengizinkan peneliti untuk mampu mengambil gambar makhluk hidup di level atomik secara detail dan akurat.
Metode ini dikembangkan oleh Dubochet di University of Lausanne di Swiss; Frank di Columbia University; dan Henderson di MRC Laboratory of Molecular Biology in the United Kingdom secara bersamaan dalam sepuluh tahun terakhir. Teknik tersebut adalah capaian ilmu pengetahuan dan keinsinyuran yang mutakhir yang membuat kerja para ilmuwan menjadi lebih mudah.
Menggunakan alat ini, ilmuwan mampu membuat gambar beresolusi tinggi berbentuk 3 dimensi dan menggunakannya untuk membantu membangun obat kanker dan memahami virus Zika dengan lebih baik.
Gambar virus Zika sesudah dan sebelum  (Foto: Dok. Royal Swedish Academy of Sciences)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar virus Zika sesudah dan sebelum (Foto: Dok. Royal Swedish Academy of Sciences)
Berbeda dengan hadiah Nobel yang dibagi separuh untuk satu orang dan separuh untuk dua orang lainnya, hadiah untuk Nobel Kimia tahun ini dibagi rata 1/3 untuk setiap orangnya.
ADVERTISEMENT
Fisiologi atau Kedokteran
Sementara itu, Nobel Fisiologi justru sudah diumumkan pada hari Senin (2/10) sebelumnya. Penghargaan ini diberikan pada tiga ilmuwan Amerika Serikat yang menemukan “...mekanisme molekuler yang mengendalikan ritme circadian, atau jam biologis tubuh”.
Mereka adalah Jeffrey Hall dan Michael Rosbash dari Brandeis University, serta Michael Young dari Rockefeller University. Ketiganya menemukan cara kerja sebuah gen yang mengatur jam biologis tubuh. Hal ini amat penting, meningat jam biologis tubuh tersebut mempengaruhi banyak fungsi kritis, macam: perilaku, level hormon tubuh, kebutuhan tidur, temperatur tubuh, dan metabolisme keseluruhan.
Penelitian ketiganya juga menunjukkan secara ilmiah bahwa ada dampak tertentu ketika jam biologis seseorang terganggu dengan lingkungan eksternal tubuh --misal ketika tubuh mengalami jet lag saat terbang ke beberapa zona waktu lain. Ketiganya menemukan bahwa jam biologis tubuh ini juga ada pada organisme multisel lain, tak hanya manusia.
ADVERTISEMENT
Untuk ketiganya, hadiah materi dibagi rata masing-masing sepertiga.
Literatur
Penghargaan bergengsi ini jatuh pada Kazuo Ishiguro, penulis Inggris yang lahir di Jepang. Kamis (5/10) lalu, The Swedish Academy mengumumkan bahwa Ishiguro mendapatkan penghargaan tersebut karena “...lewat novel-novelnya telah mampu menyibak neraka yang menggantung di bawah ilusi keterhubungan manusia dengan dunianya”.
Terpilihnya Ishiguro ini lumayan mengejutkan. Setelah tahun lalu gempar dengan terpilihnya Bob Dylan sebagai peraih penghargaan Nobel Literatur, tak sedikit pundit yang mengira Nobel Literatur tahun ini akan jatuh ke tangan selain Ishiguro. Nama-nama macam Margaret Atwood, Haruki Murakami, dan Ngugi wa Thiong'o lebih banyak digosipkan akan menerima penghargaan ini.
Bahkan, Ishiguro sendiri mengakui bahwa ia amat terkejut dengan penganugerahan Nobel Literatur ini. “Saya tak pernah berpikir akan mendapatkan ini. Benar-benar kacau, agen saya menelepon pagi tadi bahwa saya mendapatkan hadiah Nobel. Tapi, banyak sekali berita palsu di hari-hari ini, maka sulit untuk tahu mana yang bisa dipercaya,” ucap Ishiguro, seperti dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Perdamaian
Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2017 dianugerahkan kepada International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), Jumat (6/10).
Lembaga swadaya masyarakat tersebut dinilai pantas menerima Nobel karena telah berhasil menarik perhatian masyarakat dan mendorong mereka dalam promosi pelarangan dan penyebaran senjata pemusnah massal tersebut.
Ketua Komite Nobel Norwegia, Berit Reiss-Andersen, mengatakan aksi ICAN sangat beperan dalam menenang proliferasi senjata nuklir di dunia. “Ini untuk usaha mereka dalam terbentuknya pelarangan senjata nuklir lewat sebuah aturan yang mengikat,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICAN, Beatrice Fihn, mengatakan LSM-nya punya tujuan yang amat mendesak. "Perang Dingin sudah lama rampung, kita tidak bisa lagu menerima senjata-senjata ini."
Ini bukan kali pertama hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada sebuah kelompok. Dengan terpilihnya ICAN ini, terhitung 23 kali Nobel Perdamaian jatuh pada sebuah organisasi. Tak kurang, organisasi terkenal macam Palang Merah Internasional, United Nations Children's Fund (UNICEF), dan Uni Eropa pernah mendapatkan penghargaan yang sama.
ADVERTISEMENT
Ekonomi
Akademisi ekonomi Amerika Serikat, Richard Thaler, menjadi penerima penghargaan Nobel Ekonomi 2017, Senin (9/10). Ia diganjar penghargaan tersebut atas kontribusinya dalam bidang ekonomi keperilakuan.
Pada dasarnya, Thaler menyoroti bagaimana sifat alamiah manusia kerap punya pengaruh yang lebih besar ketimbang faktor perilaku pasar rasional yang lebih kerap menjadi fokus poros ekonomi klasik. Ia menyoroti sisi psikologis manusia yang bisa dimanfaatkan untuk basis pembuatan kebijakan yang secara tak langsung dapat menguntungkan individu itu sendiri dalam jangka panjang.
“Kontribusi Thaler telah membangun jembatan antara ekonomi dan analisis psikologi pada setiap pengambilan keputusan seseorang,” ucap Royal Swedish Academy of Sciences sebagai pemberi penghargaan, seperti dikutip dari Reuters. “Temuan empiris dan teoritisnya menjadi amat penting dalam membangun dasar kajian ekonomi keperilakuan, yang punya dampak besar pada penelitian dan kebijakan ekonomi dunia.”
ADVERTISEMENT
“Saya pikir dampak paling penting dari penelitian saya adalah pengakuan bahwa agen ekonomi paling penting adalah manusia dan bagaimana model ekonomi harus didasarkan pada hal tersebut,” ucapnya. Ide tersebut menjadi populer lewat sebuah buku yang dibuatnya bersama Cass Sunstein dengan judul Nudge: Improving Decisions about Health, Wealth, and Happiness (2008).