Presiden Lebanon Desak Saudi Jelaskan Kondisi Hariri

12 November 2017 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michel Aoun, Presiden Lebanon (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Michel Aoun, Presiden Lebanon (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo)
ADVERTISEMENT
Presiden Lebanon Michel Aoun menuntut Arab Saudi untuk menjelaskan alasan mengapa perdana menteri Lebanon Saad Hariri belum kembali ke negaranya sejak minggu lalu.
ADVERTISEMENT
“Ketidakjelasan soal kondisi Hariri membuat apa yang diucapkannya tidak mencerminkan kebenaran," ucap Aoun merujuk pada pengunduran diri Hariri.
Saad Hariri telah berada di Riyadh, Saudi, sejak 4 November. Sabtu tersebut, Hariri --dengan amat mengagetkan-- menyatakan mundur dari posisinya sebagai perdana menteri Lebanon.
Dan tak hanya itu: ditayangkan secara langsung di televisi Saudi, sembari membaca teks di tangannya, Hariri menyebut bahwa keputusannya tersebut diambil karena ia merasa nyawanya terancam.
Hariri menduga adanya “hal yang direncanakan secara diam-diam”. Ia menekankan bagaimana ia mungkin akan dibunuh, seperti ayahnya (yang juga mantan Perdana Menteri Lebanon) yang dibunuh di tahun 2005.
Hariri juga mendesak agar Hizbullah, yang punya basis di negaranya, segera dilucuti persenjataannya.
ADVERTISEMENT
Hariri menyebut, bahwa setiap saat Iran campur tangan dalam urusan di Timur Tengah, selalu terjadi kekacauan. Iran, yang merupakan lawan politik tradisional Arab Saudi, dikenal punya hubungan dekat dengan Hizbullah.
Hizbullah merupakan partai politik Islam beraliran syiah yang juga memiliki kelompok militannya tersendiri. Hubungan Hizbullah dan Iran juga telah dimulai sejak Perang Bosnia, ketika kelompok militan tersebut melawan pasukan Serbia di 1990an. Bahkan, pada awal kemunculannya di 1980an, Hizbullah mendapatkan dukungan pendanaan yang kebanyakan berasal dari Iran.
Masalahnya, Hizbullah di Lebanon tak sekedar kelompok militan. Ia merupakan kekuatan politik yang cukup mapan. Bahkan, Hizbullah punya 11 dari 128 kursi di parlemen Hariri.
Perdana Menteri Lebanon Saad Al-Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Lebanon Saad Al-Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir)
Akibatnya, krisis politik segera terjadi di Lebanon. Satu minggu setelah pengunduran diri yang penuh kejanggalan tersebut, Hariri belum kembali ke negaranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saudi, Lebanon, Hizbullah , dan Iran saling tuding.
Iran menuduh Saudi telah meningkatkan tensi Timur Tengah, membuatnya tak stabil, untuk kemudian diambil alih.
Hizbullah --dikutip dari Reuters, Minggu (12/11)-- mengklaim Saudi telah mengobarkan pengumuman perang terhadap Lebanon karena telah ‘menculik’ Hariri.
Sementara itu, Lebanon terombang-ambing di tengah. Pejabat Lebanon terus mendesak agar Hariri pulang dari Saudi untuk membuktikan kebenaran (atau ketidakbenaran) anggapan bahwa ia telah ditahan tanpa persetujuannya. Presiden Michel Aoun pun secara khusus angkat bicara, mendesak Saudi mengklarifikasi apa yang tengah terjadi pada Hariri.
“Ketidakjelasan soal kondisi Hariri membuat apa yang diucapkannya tidak mencerminkan kebenaran,” ucap Aoun, seperti dikutip Associated Press. Berdasarkan pernyataan itu, sampai saat ini, Presiden Aoun tidak mengakui keabsahan pengunduran diri Hariri.
ADVERTISEMENT
Ia justru terus mendesak Saudi “yang terhubung dengan Lebanon lewat tali persaudaraan dan persahabatan yang kuat untuk mengklarifikasi apa yang menahan” Hariri dari kembali ke Lebanon.
Perdana Menteri Lebanon Saad Al-Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Lebanon Saad Al-Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir)
Saudi sendiri bergeming terhadap tuduhan-tuduhan tersebut. Bagi mereka, pernyataan mundur Hariri adalah yang perlu didengarkan. Hubungan dekat Saudi dan Hariri membuat pemerintah Saudi merespons serius ancaman pembunuhan terhadap dirinya.
(Saad Hariri, seperti ayahnya Rafiq Hariri, punya kewarganegaraan ganda, Lebanon dan Saudi. Saudi juga memiliki saham perusahaan Hariri, Oger, sebanyak 9 miliar dolar AS.)
Menteri Urusan Negara teluk, Thamer al Sabhan, merespons pidato Hariri di 4 November sebagai pernyataan perang Lebanon ke Saudi. Sabhan mengatakan, kegagalan pemerintah Lebanon menghadapi Hizbullah sama saja sebagai aksi melawan Saudi.
ADVERTISEMENT
Sabhan mengatakan, bahwa selama Hizbullah masih berada di dalam pemerintahan Lebanon, ia akan menganggap Lebanon sebagai negara musuhnya.
"Akan ada yang menghentikan mereka (Hizbullah) dan membuat mereka kembali ke gua-gua di Lebanon Selatan," ujar Sabhan. Lebanon Selatan adalah wilayah mayoritas Syiah di negara itu.
Bagi Saudi, yang berulang kali menunjukkan kemantapannya melawan terorisme, Hizbullah punya alasan lain untuk dimusuhi. Dalam perang Saudi di Yaman, Hizbullah dan Iran menjadi pendukung utama kelompok Houthi --militan pemberontak yang menjadi lawan pasukan Saudi.
Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri (Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo)
Kegegeran ini tentu saja menarik perhatian negara-negara besar dunia. Amerika Serikat, misalnya, mengatakan lewat juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders bahwa negaranya meminta “semua negara, semua pihak untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan proses konstitusional Lebanon”.
ADVERTISEMENT
Presiden Prancis Emmanuel Macron pun mengatakan hal serupa terkait meningkatnya tensi politik negara-negara teluk ini. Macron telah menelepon Aoun, dan menyampaikan dukungan penuh Prancis terhadap “kesatuan, kedaulatan, dan kemerdekaan Lebanon dan akan membantu Lebanon mempertahankan keamanan dan stabilitas politiknya”.