Kemiskinan Indonesia: Benarkah Orang Desa Makin Kaya?

titarosy
Statistisi ahli madya BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Konten dari Pengguna
12 September 2021 13:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari titarosy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kemiskinan Foto: Reuters/Ezra Acayan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemiskinan Foto: Reuters/Ezra Acayan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka kemiskinan periode Maret 2021. Menariknya data yang dirilis menunjukkan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan. Jumlah penduduk miskin di perdesaan 15,37 juta orang pada periode Maret 2021 ini turun jika dibandingkan periode September 2020 yang mencapai 15,51 juta orang. Apa iya orang desa makin kaya atau makin tajir? Kondisi sebaliknya justru terjadi di daerah perkotaan di mana terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan.
ADVERTISEMENT
Jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sekitar 140 ribu orang sejak penghitungan September 2020 yang mencapai 12,04 juta orang. Padahal metode yang dipakai untuk menghitung garis kemiskinan ini telah mencakup berbagai aspek mulai dari komoditas makanan hingga komoditas bukan makanan. Secara logika penduduk yang berdomisili di perkotaan memiliki akses yang lebih baik untuk memenuhi keperluan hidupnya. Tetapi mengapa justru penduduk di perdesaan yang dapat memanjat untuk naik ke atas garis kemiskinan?
Berdasarkan dua komponen penentu garis kemiskinan yaitu komoditas makanan dan bukan makanan, ternyata ada gap yang cukup besar terhadap sumbangan masing-masing komoditas terhadap garis kemiskinan di Indonesia. Peranan komoditas makanan masih lebih dominan terhadap garis kemiskinan dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Sumbangan garis kemiskinan komoditas makanan terhadap total garis kemiskinan pada Maret 2021 tercatat sebesar 73,96 persen. Angka ini tidak jauh berbeda dengan pencatatan pada periode September 2020 yang menyentuh angka 73,86 persen. Pentingnya pemenuhan pangan di Indonesia seolah menandakan hal ini yang harus dibenahi dalam menaikkan taraf hidup khususnya bagi 27,54 juta jiwa yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari turunnya penduduk kategori miskin di daerah perdesaan mengindikasikan bahwa pemenuhan akan kebutuhan komoditas pangan di perdesaan lebih terjangkau. Istilah terjangkau di sini bukan berarti selalu soal harga yang dapat dicapai namun juga akses untuk mendapatkannya. Jika dianalisis lebih mendalam lagi ternyata komoditas makanan yang berpengaruh terhadap nilai garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mi instan, dan gula pasir.
Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan menurunnya kemiskinan di perdesaan tetapi justru naik di perkotaan adalah adanya urbanisasi di awal tahun dari perdesaan ke perkotaan. Dengan alasan mencari peluang pekerjaan yang lebih besar di daerah perkotaan justru membuat penduduk yang hampir miskin atau tepat sedikit di atas garis kemiskinan tiba-tiba jatuh menjadi miskin secara relatif didata oleh petugas pada Maret 2021.
ADVERTISEMENT
Perkiraan lain terkait peningkatan kemiskinan di perkotaan adalah karena adanya degradasi waktu kerja akibat kehadiran Internet of Things (IoT). Marak sekali game online yang membuat semua pemain dapat terkoneksi satu sama lain seolah menjadi daya tarik para penggunanya untuk lama-lama bermain. Keberadaan game online berbasis android juga semakin memudahkan penggunanya untuk bermain dimana saja yang mereka inginkan. Fokus yang hilang membuat produktivitas kerja semakin menurun. Biaya yang awalnya dialokasikan untuk membeli kebutuhan pokok bisa jadi berkurang karena tuntutan untuk membeli paket internet ataupun gadget baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Berbeda halnya dengan etos kerja di perdesaan yang dekat dengan alam dan jauh dari teknologi sehingga membuat mereka tetap konsisten bekerja. Sektor pertanian mampu menyerap sekitar 29,59 persen tenaga kerja di Indonesia. Sektor pertanian yang mampu menyerap sepertiga tenaga kerja ini agak berbeda dengan sektor industri yang kerap dilekatkan ke daerah perkotaan yang hanya mampu menyerap 13,60 persen tenaga kerja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cara sederhana untuk terhindar dari jurang kemiskinan dapat dimulai dari pemenuhan gizi primer sebelum membeli kebutuhan non primer seperti rokok, paket data, dan gadget. Adapun rokok meskipun hadir dalam penyumbang garis kemiskinan namun konsumsi barang ini menyisakan masalah ikutan berupa masalah kesehatan yang dapat menurunkan indeks derajat kesehatan yang ujung-ujungnya dapat menurunkan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jadi tentu semua sepakat untuk menghindari rokok meskipun dapat berkontribusi terhadap seseorang untuk keluar dari garis kemiskinan.
Penurunan angka kemiskinan di perdesaan harusnya diikuti juga oleh penurunan penduduk miskin di perkotaan agar permasalahan ketimpangan juga teratasi. Gini ratio Maret 2021 tecatat sebesar 0,384, lagi-lagi gini ratio di perdesaan mengalami penurunan sedangkan di perkotaan mengalami peningkatan. Penurunan angka kemiskinan diharapkan setali tiga uang juga dapat menurunkan gini ratio agar tidak seperti lirik lagu bang haji Rhoma Irama ‘.yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’. Harapan semua pihak agar capaian angka kemiskinan Maret 2021 (10,14 persen) yang sudah lebih rendah dibandingkan September 2020 (10,19 persen) dapat semakin berkurang meskipun tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir.
ADVERTISEMENT