Dari Pribadi Relijius menjadi Budak Uang

Tiza Hade
A loving and caring mother.
Konten dari Pengguna
26 Januari 2017 20:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiza Hade tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Patrialis Akbar ditahan KPK (Foto: Wahyu Putro/Antara)
Beberapa tahun lalu, saat salah seorang anggota DPR dari Partai Amanat Nasional (AHJ) yang berasal dari Sulawesi Selatan tertangkap tangan oleh KPK, lalu kemudian dihukum penjara, saya terhenyak.
ADVERTISEMENT
Saya mengenal sang politisi semasa kuliah sebagai sosok yang santun dan tawadhu. Bahkan seringkali saya bertemu beliau di musholla kampus setiap kali adzan berkumandang, pertanda selalu shalat tepat waktu.
Saya terkejut, pribadi yang saya kenal sangat religius, tiba-tiba berubah menjadi "budak uang", menyalahgunakan amanah yang diberikan oleh rakyat, demi memperkaya diri sendiri.
Hari ini saya kembali shock.
Patrialis Akbar, yang juga sempat menjadi teman satu almamater, kembali terperosok ke lubang yang sama, tertangkap tangan menerima suap. Saya yang sempat bangga karena salah satu "teman" saya bisa jadi pejabat (meskipun, sumpe lo, "sang pejabat" itu tak kenal saya. LOL), kembali merasa heran.
Patrialis yang saya dengar sebagai orang yang taat beragama, ternyata juga tak mampu menolak panggilan dari Cipinang, untuk segera bergabung dengan para pendahulunya.
ADVERTISEMENT
Lebih parah, Patrialis tertangkap diduga menerima suap dalam kapasitas jabatannya sebagai hakim. HAKIM.
Bagaimana mungkin, seseorang yang disumpah untuk menegakkan keadilan, yang dipandang sebagai perpanjangan Tangan Tuhan dalam dunia hukum, yang keputusannya dianggap mutlak memenuhi unsur keadilan, tiba-tiba melakukan hal yang sangat tidak bermoral dan memperjual-belikan perkara?
Masya Allah, kemana hati nurani orang-orang seperti ini? Kemana?
Apakah mungkin lingkungan yang membentuk mereka menjadi seperti itu, di mana orang sekitar ramai2 korupsi, sehingga kalau nggak ikutan jadi nggak cool, gitu?
ADVERTISEMENT
Entahlah.
Saat kita rakyat biasa kebanyakan masih berkutat dengan urusan remeh seperti urusan perut, uang sekolah anak sehari-hari, dan bayar cicilan motor serta BTN (yang nilainya juga masih berkisar di jutaan rupiah, bukan puluhan atau ratusan juta apalagi miliaran), para pejabat, penguasa, pemegang amanah rakyat, justru kongkalikong di balik meja menerima rezeki yang bukan haknya, berpesta pora menggunakan uang haram (bahkan ada yang pergi umrah dan berangkat haji pula, LOL lagi).
Atau sebaiknya kita tidak boleh menyalahkan mereka karena sebenarnya para pengusahalah yang bersalah, yang mengiming-imingi mereka dengan uang, yang lalu mendorong mereka untuk menjadi serakah?
Bisa jadi kebutuhan hidup untuk punya mobil sport mewah, rumah bak istana, kapal pesiar atau bahkan jet pribadi (kaya punya tetangga kita itu, si papa minta saham) juga menjadi sumber kegoyahan iman para petinggi kita tersebut.
ADVERTISEMENT
Wallahualam bish shawab.
Hari ini saya menasihati anak2 saya:
"Tak usah jadi pejabat jika kalian tak punya iman yang kuat, sehingga tak mampu menahan godaan kesenangan duniawi. Jadilah pejabat yang bersih, yang bekerja atas dasar pengabdian. Hidup jujur memang sulit, tapi bayarannya surga."
Anak saya menjawab:
"Waaaahhh... Jadi golongan minoritas dong, mamiiiiii! "
GUBRAAAAAKKKKK!!!