Reset Otak agar Lebih Produktif melalui Dopamine Detox

HANIF ZAID
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
5 September 2020 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HANIF ZAID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi orang sedang melakukan dopamine detox
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi orang sedang melakukan dopamine detox
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah ketika kamu sedang beraktifitas kemudian di sela-sela waktu merasa bosan, lelah, atau stress kemudian seketika kamu membuka ponsel dan menonton video-video di Youtube, atau scrolling Instagram, bermain game atau membuka aplikasi lain yang seketika pula bisa membuatmu secara cepat merasa refresh dan senang dalam sekejap?
ADVERTISEMENT
Apakah ketika kamu sedang bersantai rebahan sembari membuka ponsel misalnya bermain Twitter lalu menutup aplikasi tersebut kemudian secara refleks jari kita membuka kembali Twitter, padahal baru saja kita buka.
Apakah akhir-akhir ini kamu merasa kehilangan esensi kesenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya karena merasa sekarang ini untuk meraih kebahagiaan bisa dilakukan dengan cara yang mudah dalam waktu yang singkat?
ilustrasi ponsel begitu banyak deru notifikasi
Semakin majunya teknologi semuanya menjadi serba instan, begitu pula dengan kebahagiaan. Ketika kita sedang merasa stress, lelah, dan bosan biasanya berakhir dengan kita membuka ponsel dan mencari kebahagiaan-kebahagiaan instan di dalamnya. Tak jarang kita menjadi larut di dalamnya hingga melupakan pekerjaan kita yang sesungguhnya.
Kebiasaan impulsif seperti itu jika dibiarkan akan berefek jangka panjang yang tidak sehat, karena perilaku impulsif bisa menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan psikologis dan mental.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah tersebut ada salah satu cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan melakukan puasa hiburan atau dikenal dengan istilah Dopamine Detox
ilustrasi senyawa dopamine
Sebelum itu kita harus tahu apa itu dopamin. Dopamin adalah salah satu senyawa kimia organik yang berperan penting sebagai hormon dan neuro transmitter di dalam tubuh dan otak agar membuat kita menginginkan sesuatu, dan dengan adanya keinginan kita menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu agar tercapai keinginan kita.
Dopamine Detox adalah tentang bagaimana kita menghindari terlebih dahulu dorongan-dorongan yang sekiranya membuat kita candu dan terlena.
Lalu pertanyaannya, apa saja aktifitas yang menghasilkan dopamin? Jawabannya adalah semua aktifitas yang berpotensi menghasilkan imbalan/reward akan menghasilkan dopamin. Bahkan meminum air putih segelas pun menghasilkan dopamin karena membuat kita bisa menuntaskan rasa haus.
ADVERTISEMENT
Semakin sedikit reward yang diperoleh. Maka akan semakin sedikit jumlah dopamin yang dihasilkan. Namun masalahnya adalah ketika kita terbiasa mendapatkan dopamin dengan kadar yang tinggi seperti: sosial media, game, film, musik, bahkan pornografi.
Jika kita terbiasa dengan dopamin berkadar tinggi, kita akan merasa enggan melakukan aktifitas berat namun hanya menghasilkan sedikit dopamin.
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan puasa hiburan atau bahasa kerennya yaitu Dopamin Detox. Upaya ini bisa dimulai dengan cara tidak melakukan aktifitas yang menyenangkan, seperti menggunakan internet, mendengarkan musik, menonton pornografi, dan makan junk food. Kegiatan-kegiatan tersebut kita ganti dengan aktifitas yang lebih melibatkan fisik, seperti berjalan-jalan di sekitar rumah, berolahraga, meditasi, belajar, membaca buku, melakukan planning tujuan hidup untuk masa depan, atau membangun bisnis. Aktifitas-aktifitas tersebut juga dapat menghasilkan dopamin, namun jauh lebih sehat dan produktif.
ADVERTISEMENT
Jika kita tarik benang merahnya, dopamine detox membuat hal-hal yang membosankan menjadi lebih menarik, sehingga kita bisa melakukan hal-hal lain yang lebih berguna dan bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Lakukan ini secara bertahap dan tergetkan berapa lama diri kita melakukan dopamine detox. Kemudian rasakan perbedaannya sebelum dan setelah diri kita menerapkan dopamine detox, dan lakukan evaluasi apakah diri kita berhasil melakukan dopamine detox atau malah gagal di tengah jalan.
Walaupun dalam hal ini kita berusaha untuk mereset sistem otak agar otak kita kembali merapikan kebiasaan buruk kita. Namun tetap tidak boleh di-drill secara berlebih. Kita masih bisa memanfaatkan internet untuk sekadar sarana komunkasi dan penunjang produktifitas, seperti memanfaatkan WhatsApp untuk berkomunikasi dengan orang jauh, dan berbagai software yang membantu kita dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan. Beri waktu untuk kita kembali menikmati kegiatan berdopamin tinggi sebagai reward atau penghargaan atas apa yang sudah kita kerjakan seharian penuh, seperti merasakan berselancar di internet, menonton film, bermain game tanpa rasa bersalah. Namun perlu di garis bawahi bahwa setelah dan akhir hari sebagai kata kuncinya. Karena apabila kita memberi asupan dopamin berlebihan pada diri kita di awal waktu maka akan membuat kita akan kehilangan motivasi dan semangat sehingga menjadi lebih malas serta menunda-nunda pekerjaan sehingga pekerjaan kita tidak maksimal atau tidak selesai.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup kalimat Saya beri statement bahwa, ketika otak kita tahu bahwa ada cara yang mudah untuk mengindari stress dari otak kita, kita akan terbiasa melakukan itu. Jadi cara yang paling baik adalah hindari cara-cara instan dalam menyelesaikan masalah.
Penulis: Hanif Zaid (Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto, Prodi Ilmu Komunikasi)