Tiket.com Ikut Mengantarmu, Pak!

Tomy Ziyon Pramono
Jurnalis Lepas, Tukang Video Lepas, Instagram: @tomypramono Twitter: @tomypramono03
Konten dari Pengguna
26 April 2019 0:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tomy Ziyon Pramono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang anak dan ayah. (pedomanbengkulu.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang anak dan ayah. (pedomanbengkulu.com)
ADVERTISEMENT
Mon, sepurane Bapak wes ga onok (Mon, maaf Bapak sudah tidak ada {meninggal}).” Dengan lirih Cak Mail mengatakan itu melalui saluran telepon genggam.
ADVERTISEMENT
Ya, kabar menyedihkan itu datang dari Timur pulau Jawa, tepatnya di Sidoarjo. Sangat jauh dari tempat tinggalku sekarang.
***
Namaku Tomy Ziyon Pramono, biasa disapa Momon. Panggilan nyentrik yang sudah melekat sedari kecil. Sejak menikah pertengahan Oktober tahun 2014 lalu, sejak saat itu pula aku belum pernah sekalipun pulang ke kampung halaman di Sidoarjo, Jawa Timur.
By the way, tahu kan Sidoarjo? Itu tuh, Kota Udang yang kini penuh dengan lumpur, termasuk kampungku yang juga menjadi korban kekejaman lumpur lapindo.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Bapaaaaaaaaak!!” Memekik suara istriku mendengar kabar duka tadi.
“Yank, selama empat tahun semenjak aku di Gorontalo kan memang belum pernah mudik, mungkin ini sudah jalanNYA untuk pulang. Coba kamu cek harga tiket sekarang, kita harus mengejar pemakaman,” sembari menahan tangis aku berkata padanya.
ADVERTISEMENT
Waktu itu awal bulan April 2018, rencana mudik lebaran kami ternyata dipercepat oleh Yang Maha Kuasa, ya sudah begitulah mestinya. Manusia hanya bisa berencana, namun Allah SWT ialah sebaik-baik penentu. Kabar menyedihkan itu aku dapatkan saat matahari mulai merangkak naik diatas kepala. Aku pun bergegas menyalakan motor untuk mencari tiket penerbangan tercepat tujuan Gorontalo – Surabaya.
“Hmmm tapi yank kita harus gadai motor dulu, karena uang tidak cukup, mas tahu kan tiket pesawat Gorontalo - Surabaya sekarang berapa?” ditengah perjalanan Mita istriku berbisik.
“Iya yank.” Aku menjawab singkat.
Keluar masuk dari satu travel ke travel lain, namun tak kunjung mendapatkan harga yang sesuai dengan kantong kami. Sejenak berhenti di jalanan Kota Gorontalo. Termenung, sesekali membasuh air mata yang seakan memaksa untuk keluar. Jemariku tidak berhenti berselancar mencari informasi daring. Satu per satu platform penyedia jasa tiket daring aku kunjungi, namun harga masih saja sama. Kurang bersahabat dengan kantong kami.
ADVERTISEMENT
Tidak ada pilihan lagi, mau tidak mau aku harus segera memesan tiket melalui aplikasi daring ini meskipun harus mencari pinjaman tambahan lagi, karena perbedaan harga yang ditawarkan hanya berkisar lima puluh ribu rupiah dengan yang ada di travel,”gumamku.
Rencana menggadaikan motor tadi pun akhirnya terealisasi. Meski matahari sudah tepat berada diatas kepala, namun hembusan angin membawaku bersama istri pergi ke sebuah desa di Kabupaten Bone Bolango kediaman Samsuar, teman kerjanya. Saat tiba dirumah teman istriku, tidak banyak yang kami obrolkan, karena memang selama perjalanan dia sudah memberitahunya kalau kami akan datang bermaksud meminjam uang, dan motor sebagai jaminannya. Transaksi pun terjadi, seketika kunci motor tertukar dengan uang sejumlah tiga juta rupiah.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah!!” Kami bersyukur.
“Mas, bentar ya Mita coba hubungi Puput siapa tahu dia bisa bantu,”
Monika Aditia Putri Rachmanto, biasa disapa Puput. Adik iparku, mahasiswi semester akhir di salah satu kampus ternama di Surabaya. Setahun sekali ia pulang ke Gorontalo.
“Mas, mas kata dia coba buka tiket.com, biasa beda harganya cukup drastis dibanding lainnya,”kata istriku, menggebuh.
Aku yang mulai panik karena takut tidak bisa segera pulang ke Sidoarjo seketika mengambil gawai, kemudian langsung mengunjungi situs penyedia tiket murah seperti yang disarankan adik iparku. Dan benar saja, perbedaan harga tiket tujuan Gorontalo – Surabaya saat itu seratus hingga dua ratus ribuan. Dengan jumlah selisih harga tersebut, tentu bagi aku dan istri sangatlah berharga, karena masih bisa digunakan untuk kepentingan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tanpa menunda aku pun memesannya, dan jadwal penerbangan yang kami inginkan seakan telah menunggu. Tak terasa, air mata yang sedari tadi seakan terkekang dalam kurungan kantung mata, telah membasahi pipi. Angan untuk pulang kampung bersama istri bisa segera terwujud meskipun di waktu satu bulan lebih cepat sebelum lebaran dan dalam suasana duka.
Rencana yang tadinya aku anggap tidak mungkin terealisasi karena waktu yang mepet dan harga tiket yang sedang tidak bersahabat dengan kantong, namun ternyata bisa terwujud dengan adanya tiket.com. Tentunya semua ini tidak lepas dari betapa baiknya Sang Pencipta yang memberikan kemampuan lebih kepada pendiri tiket.com untuk menciptakan sebuah aplikasi daring yang mampu mempermudah masyarakat untuk mewujudkan perjalanannya.
ADVERTISEMENT
“Mas alhamdulillah mas, marijo torang ka rumah ba packing baju biar nda terlambat ka bandara,”pinta istriku sumringah dengan dialeg Melayu Gorontalo.
Kami pun pulang kerumah untuk menyiapkan segala sesuatu yang akan digunakan selama di Sidoarjo. Setelah berkemas, sebelum ke bandara aku sempatkan mengunduh aplikasi tiket.com di appstore untuk lebih mempermudah mengakses dan tentunya mengharapkan promo – promo yang diberikan melalui pemberitahuan langsung.
“Yank, coba kamu download juga, siapa tahu nanti ada promo berbeda kalau di android,”kataku ke istriku sembari mengangkat koper kedalam mobil taksi.
Kami pun berangkat menuju bandara Jalaludin Gorontalo. Di tengah perjalanan aku masih tidak percaya Bapak pergi untuk selamanya saat aku tidak berada didekatnya. Tapi memang seperti itulah kehendak-Nya, umur manusia tidak ada yang tahu, kapan dan dimanapun kita semua bisa dipanggil untuk menghadap Sang Maha Pencipta. Tapi satu hal yang aku percaya, bahwa setelah kesulitan, pasti ada kemudahan.
ADVERTISEMENT
Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan dari rumah, sampai lah kami di Bandara Jalaludin Gorontalo. Kami segera check-in, sesuai jadwal tidak lebih dari satu jam penerbangan menuju Surabaya akan segera berangkat. Sembari menikmati sejuknya pendingin udara di ruang tunggu bandara, aku iseng melihat harga tiket kereta api dari Surabaya menuju Malang, karena terlintas dalam benak untuk mengajak istri mengunjungi saudara Bapak yang ada di Malang.
Dan sekali lagi, aku tercengang saat mendapati harga murah dan mudahnya mencari tiket kereta api menuju Kota Apel ini. Tak hanya itu, tiket.com juga memberikan kemudahan akses lainnya dengan mengetik tagar #tiketWonderfulIndonesia pelanggan bisa melihat destinasi wisata terpopuler dan penawaran harga tiket yang cukup terjangkau.
ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang ini kita bisa dengan mudah mempersiapkan rencana perjalanan. Tidak hanya urusan transportasi yang bisa dipesan melalui online, karena ketika mengunjungi https://www.tiket.com, penawaran seperti beli tiket hiburan, nginap di hotel nyaman, nonton konser idola, atraksi keluarga, dan lainnya bisa didapatkan dengan mudah, murah, dan metode pembayaran yang sangat aman dan praktis.
Penerbangan dengan tujuan Gorontalo, Makassar, dan Surabaya dipersilahkan masuk ke pesawat udara melalui pintu nomor satu,” pemberitahuan itu menggema di seluruh sudut ruang tunggu bandara.
Bunyi mesin pesawat terdengar begitu nyaring. Aku yang berjalan beriringan bersama penumpang lainnya di garbarata, sesekali menengok dibalik jendela, sembari menghayal bagaimana jika seandainya Puput tadi tidak memberitahukan tentang tiket.com?
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian aku dan istri duduk bersebelahan dibagian tengah pesawat. Tampak pramugari mulai memeragakan cara memakai alat ketika keadaan darurat, tidak lama kemudian pilot memberikan aba – aba jika pesawat akan segera lepas landas. Rasa bahagia karena akhirnya bisa terbang menuju kampung halaman tidak bisa aku sembunyikan, dan tentunya aku ingin berbagi kebahagiaan dengan anda. Sebuah bentuk kebahagiaan melakukan penerbangan murah, mudah, dan praktis bersama tiket.com. Mau kemana? Semua ada tiketnya!
---