Habib Rizieq, King Maker yang Ditakuti Istana

Tony Rosyid
Pengamat politik
Konten dari Pengguna
6 Juni 2018 11:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tony Rosyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Habib Rizieq berdoa di tengah Aksi 212. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Habib Rizieq berdoa di tengah Aksi 212. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Amin Rais, Prabowo, dan Habib Rizieq berjumpa. Dikawal ketua PA 212, Slamet Riyanto. Bahas keadaan politik Indonesia. Khususnya Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
Spekulasi muncul. Prabowo dapat dukungan? Ternyata tidak. Belum ada dukung mendukung soal calon Keputusan pertemuan itu pertama, menyatukan empat partai koalisi. PKS, Gerindra, PAN, dan PBB. Soal calon? Akan ditentukan pada waktu berikutnya. Kapan? Hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Umat menunggu.
Kedua, memberi peluang partai lain untuk bergabung. Demokrat bisa saja masuk. Kecuali jika istiqamah dengan abstain-nya, seperti di Pilpres 2014. Tapi, posisi abstain tak menguntungkan. Oposisi bukan. Sama penguasa, berseberangan. Saling mengirim sinyal perlawanan. Dan yang jelas, tak punya kawan. Demokrat mau insaf? Insaf politik maksudnya. Itu akan jauh lebih menguntungkan.
Jenis kelamin yang jelas akan memudahkan langkah koalisi. Enak mengawinkannya. Sebab, koalisi butuh syarat identitas. Banci gak masuk katagori.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Demokrat punya 61 kursi. Ada jagoannya juga, yaitu AHY. Berkoalisi akan membuka peluang bagi AHY untuk berkiprah. Cawapres misalnya, atau menjadi menpora.
Ketiga, segera deklarasi koalisi "empat partai plus" untuk Pilpres 2019. Orang-orang yg direkomendasikan jadi capres dan cawapres harus dikomunikasikan dengan para Ulama dalam ijtima’ Ulama-Ummat yang akan dilaksanakan oleh GNPF dan didukung oleh PA 212. Baru kemudian menentukan sosok yang akan diusung jadi capres-cawapres
Sejumlah nama rekomendasi PA 212 berpeluang. Itu aspirasi umat. Diberikan kesempatan untuk muncul dan branding. Seleksi sosial akan berlaku, mana yang diterima umat dan punya signifikansi elektabilitas, mana yang harus tahu diri.
Dari sekian banyak daftar bakal calon itu ada nama-nama populer dan beken. Ada Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ahmad Heritawan, Yusril Ihza Mahendra, dan Anis Matta.
ADVERTISEMENT
Siapa yang akan dipilih oleh ulama? Akan bergantung aspirasi umat. Bagaimana kapasitas, komitmen, dan integritas para tokoh itu akan diukur berdasarkan kualifikasi keumatan. Tentu saja juga kualitas kebangsaannya Dari sisi kuantitas, akan dikalkulasi sejauh mana potensi kemenangan para kandidat itu. Dinamika dan pergerakan survei elektabilitas akan jadi ukuran.
Parameter kualitas dan kuantitas berbasis pada penilaian ulama dan umat inilah yang akan menentukan mana kandidat calon terbaik dan punya peluang menang untuk direkomendasikan para ulama.
Satu catatan yang diharapkan Rizieq, siapapun calon yang direkomendasikan dari hasil syura ulama dan empat partai plus, sebaiknya diterima dan diusung partai koalisi. Termasuk jika calon yang dipilih itu ternyata bukan Prabowo. Ini strategis untuk menyatukan dukungan suara umat
ADVERTISEMENT
Menjadi tidak sejalan jika deklarasi Prabowo sebagai capres dianggap final dan tidak bisa dievaluasi. Langkah Gerindra ini akan jadi bumerang buat koalisi yang digalang ulama dan umat.
Jika veto Gerindra terjadi, lalu, Gerindra memilih abstain dalam pilpres jika Prabowo tidak didukung dan mendapat mitra koalisi, maka apa langkah Habib Rizieq dan umat? Bagi Habib Rizieq, tersisa satu alternatif: dorong PKS dan PAN bergabung dengan Demokrat. Ini satu-satunya jalan untuk bisa mengusung calon. Kompensasinya? Kasih cawapresnya ke AHY, Demokrat akan gabung di koalisi.
Apakah PKS bisa melakukan itu kepada Gerindra? Apakah itu bisa dikategorikan berkhianat kepada Prabowo? Jawabnya sederhana. PKS lebih mengutamakan persekutuan partai yang sempit, atau ingin memenangkan pertarungan untuk selamatkan umat dan Indonesia?
ADVERTISEMENT
Tiga poin penting yang diangkat Habib Rizieq; pertama, satukan empat partai plus dan kokohkan koalisi. Kedua, serap aspirasi ulama dan umat. Ijtima' ulama akan menjadi sarana menjaring aspirasi. Ketiga, kalkulasi tingkat kemenangan calon.
Ketiga poin ini merupakan langkah taktis dan cerdas untuk pertama, mampu menampung aspirasi umat. Kedua, mendapatkan calon terbaik bagi umat dan bangsa. Ketiga, akan lebih memperlebar kesempatan untuk memenangkan pertarungan melawan Jokowi.
Tiga poin ini menunjukkan tingkat kecerdasan dan kepiawian Rizieq. Punya kelas politik tersendiri. Tak keliru jika posisi Rizieq saat ini menjadi orbit politik 2019.
Jika Anies Baswedan santer terdengar sebagai calon yang ditakuti Jokowi, sehingga dengan berbagai cara harus dihadang kemunculannya, maka Habib Rizieq adalah King Maker yang jadi momok buat istana.
ADVERTISEMENT
Jakarta, 6/6/2018