Sensasi Cawapres 2019

Tony Rosyid
Pengamat politik
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2018 9:02 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tony Rosyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Vote (Foto: Pixabay/ geralt)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vote (Foto: Pixabay/ geralt)
ADVERTISEMENT
Rematch Prabowo vs Jokowi tak sensasional. Film lama diputar ulang. Terasa membosankan. Begitulah kira-kira persepsi publik. Apalagi Prabowo selama lima tahun terakhir nyaris tak punya panggung untuk branding. Maklum, oposisi. Sementara di sisi lain, Jokowi adalah penguasa. Setiap hari dikejar media. Bahkan bisa kendalikan media. Sekilas memang tampak tak seimbang.
ADVERTISEMENT
Meski Jokowi dihadang dengan isu kriminalisasi, terpuruknya ekonomi, pencabutan subsidi, melemahnya rupiah, rumor penyanderaan para tokoh, janji-janji yang tak ditepati, melambungnya hutang negara, dan dihajar dengan tagar #2019GantiPresiden yang menghipnotis 47,9 % rakyat ingin ganti presiden, tetap saja bisa jualan hasil kerja. Terutama infrastruktur. Poin ini satu tingkat lebih menguntungkan Jokowi atas Prabowo.
Wajar jika elektabilitas Jokowi "untuk sementara" selalu lebih tinggi dari Prabowo. Bagi Prabowo, butuh "the X factor' untuk melawan dan mengalahkan Jokowi. Jika Prabowo punya "the X factor'" dijamin rematch ini akan seru dan menarik.
'The X factor" itu bisa berupa pertama, program. Jika Prabowo mampu menghadirkan terobosan gagasan yang benar-benar baru dan tak pernah ada di pikiran rakyat, out of the box, lain dari pada yang lain, ini akan jadi sensasional. Gagasan yang membuat publik langsung bilang: wow...ini keren. Bagus pisan. Solutif banget. Jika terealisasi, Indonesia akan jadi negara maju.
ADVERTISEMENT
Kedua, Prabowo mampu menunjukkan "kegagalan" Jokowi menjadi presiden dengan data dan indikator yang terukur dan dipahami rakyat. Kira-kira kalau diungkap, rakyat terkejut. Lalu mulutnya menganga dan bengong. Lalu bilang: kalau begini ceritanya, harus ganti presiden. Wajib!
Ketiga, faktor cawapres. Ini besar pengaruhnya untuk menaikkan elektabilitas Paslon. Harus sosok yang tidak saja mengagetkan, tapi betul-betul jadi penyempurna capres. Mampu menutup sebagian besar kekurangan capresnya. Bagi Prabowo, Sandiaga Uno adalah sosok yang dianggap sensional dan punya efek kejut. Masuk katagori "the X factor'". Kok bisa? Lalu bagaimana dengan Ma'ruf Amin bagi Jokowi?
ADVERTISEMENT
Kedua pasangan ini nyaris tak terduga. Dari sekian nama ketua partai dan kalangan profesional, Jokowi akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Ma'ruf Amin. Kabarnya, keputusan ini atas tekanan dari PKB dan PBNU. Mereka akan tarik dukungan jika Jokowi tak ambil calon yang mereka rekomendasikan. Benarkah? Tak perlu konfirmasi, karena pasti akan dibantah. Ini urusan panggung belakang. Remang, bahkan gelap.
Jokowi keder? Logis. Sebab, NU punya basis massa yang cukup signifikan. Klaimnya 91 juta. Benarkah? Ditinggalkan NU, nasib Jokowi bisa collapse. Ma'ruf Amin itu sosok yang disetujui PBNU.
Hadirnya Ma'ruf Amin bagi Jokowi diasumsikan:
Pertama, dapat menghapus jejak Jokowi yang dipersepsikan anti keumatan. Identifikasi Jokowi sebagai lawan umat Islam akan tersamarkan dengan kehadiran Ma'ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Kedua, dengan mengambil Ma'ruf Amin Jokowi bisa tutup potensi munculnya poros ketiga yang akan dibentuk oleh Golkar-PKB. Ma'ruf Amin diambil atas rekomendasi PKB.
Ketiga, Ma'ruf Amin diyakini bisa jadi vote getter yang efektif dari kalangan Nahdliyyin. Apalagi, secara resmi dapat dukungan PBNU. Selain faktor Muhaimin (Cak Imin) yang cukup lincah mengkonsolidasikan ulama di kalangan NU.
Keempat, munculnya Ma'ruf Amin dapat memecah suara keumatan yang selama ini bergaung untuk ganti presiden.
Kelima, Ma'ruf Amin bukan ancaman bagi Jokowi dalam mengelola pemerintahan jika nanti menang. Kenapa? Usia 75 tahun tidak mudah bagi Ma'ruf Amin untuk bermanuver. Partai-partai koalisi juga merasa aman, karena 2024 hampir pasti Ma'ruf Amin tak jadi calon presiden.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Prabowo ambil Sandiaga Uno. Siapa yang sangka? Sandiaga Uno itu kader Gerindra. Banyak orang seloroh: itu incest. Pasangan satu muhrim. Meski incest, pasangan ini didukung empat partai; Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN. Amazing! Hampir tak pernah terjadi di Orde Reformasi. Capres-cawapres dari satu partai.
Munculnya Sandiaga Uno jadi efek kejut. Anak muda, ganteng, pengusaha sukses, dan wakli gubernur. Gagasannya sangat segar. Sosok satu ini identik dengan program Ok Oce yang sangat populer di DKI terobosan baru untuk mendorong lokomotif ekonomi waga Jakarta. Soal bukti, Sandiaga punya kemampuan disini. Kerjanya sama cerdasnya dengan cara bicaranya.
Jika Prabowo dianggap terlalu tua, berpenampilan anti milenial dan tak lihai bercakap, 11-12 dengan Jokowi soal ini, maka Sandiaga Uno mengisi semua kekurangan yang ada di Prabowo. Sandiaga bisa tampil menawan, lebih gaul, milenial banget dan punya gagasan-gagasan yang cerdas dan segar. Wajar, karena Sandiaga adalah pelaku usaha yang sukses. Usia 40-an tahun dengan kekayaan triliunan dan mengendalikan 50 ribu karyawan.
ADVERTISEMENT
Mengambil Sandiaga Uno cukup tepat. Pertama, akan jadi daya tarik untuk kaum muda. Terutama anak-anak milenial dan kaum omak-omak yang suka wajah ganteng. Rakyat Indonesia suka memilih pemimpin yang menarik dalam bicara dan pergaulan. Kedua, Sandiaga Uno bisa jadi jawaban terhadap problem yang sedang dihadapi bangsa ini. Terutama, problem ekonomi. Inilah kelebihan Sandiaga atas Ma'ruf Amin.
Hadirnya Ma'ruf Amin memang berpotensi menyasar kaum santri. Terutama dari kalangan Nahdliyyin. Kendati tak sepenuhnya ada jaminan, karena dalam pemilu NU hampir selalu tak bersatu. Tapi, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin akan kehilangan suara melinial dan kelas menengah atas. Tampilnya Sandiaga Uno sangat besar peluangnya menggerus suara Jokowi dari dua kelas ini.
Apalagi jika bicara dolar naik, kemampuan belanja rakyat turun, pengangguran bertambah, subsidi dicabutin, hutang membengkak, itu bidang Sandi. Sandi banget. Mau bicara infrastruktur? Sandi punya jalan tol. Jokowi kerepotan untuk jualan infrastruktur ketika berhadapan dengan Sandi.
ADVERTISEMENT
Soal oral, pemuda yang kabarnya rajin puasa Senin-Kamis dan salat tepat waktu ini lebih lancar, berbobot, dan smart dalam bernarasi. Jangan tanya bahasa Inggris mahasiswa S3 Amerika ini. Ditambah penampilannya yang humanis, alamiah, dan komunikatif. Berbaju dan berpose apapun, Sandi itu menarik.
Terutama buat anak-anak muda dan ibu-ibu. Secara psikologis, punya magnet suara signifikan. Hampir mudah disimpulkan, semua strategi pencitraan Jokowi akan lewat oleh penampilan Sandi.