Strategi Jitu Keluar dari Middle Income Trap (3)

Tri Cahyo Wibowo
Instructor, coach, writer, and consultant of productivity. Civil servant at Jakarta Productivity Development Center (Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi DKI Jakarta).
Konten dari Pengguna
22 Februari 2021 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Cahyo Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kawasan bisnis Jakarta. Sumber: pxhere.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kawasan bisnis Jakarta. Sumber: pxhere.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melanjutkan Part 2 tentang linkage antara industri lokal dengan industri FDI (Foreign Direct Investment), artikel kali ini akan membahas mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh negara tuan rumah (host nation) untuk dapat menerima FDI yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan nasional.
ADVERTISEMENT
Perjalanan sebuah negara dalam memperbaiki kualitas perekonomiannya tentu saja membutuhkan waktu dan proses.
Mengambil contoh negara tetangga kita, Malaysia. Berawal dari industri sederhana seperti industri pemotongan, perakitan, dan panjaitan, Malaysia memiliki strategi untuk meningkatkan produktivitas dan juga fokus pada dua sektor, yaitu sektor hulu dan hilir.
Gambar kurva “senyum” pada pengembangan industri. Sumber: Malaysia’s Second Industrial Master Plan 1996-2005
Malaysia dengan sangat cerdasnya melakukan peningkatan produktivitas pada sisi industri hulu dan hilir. Industri hulu ini meliputi R & D (Research and Development), desain, material, dan komponen, sedangkan untuk industri hilir adalah pengelolaan branding, marketing, distribusi, dan customer service.
Hasil dari peningkatan produktivitas pada dua sektor tersebut akan menciptakan nilai tambah, Prof. Kenichi Ohno (National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS), Jepang) menyebutnya dengan “Manufacturing Plus Plus”.
ADVERTISEMENT

Fungsi Ganda FDI

Pada dasarnya FDI memiliki tujuan ganda. Dari sisi FDI, industri FDI pasti senantiasa berfikir dari sisi bisnis agar ketika mereka berinvestasi pada sebuah negara, mereka dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Di sisi lain, host nation menginginkan agar FDI di negaranya dapat membawa negara ini semakin maju, berkembang, dan menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Oleh karenanya, diperlukan kebijakan yang dapat mengakomodir kedua hal tersebut. Pasti akan terjadi tarik-ulur antara kepentingan kedua belah pihak, namun itu bisa diterapkan dengan mengedepankan strategi win-win solution.
Terdapat persepsi yang kurang tepat yang seringkali muncul, bahwa dengan adanya FDI di sebuah negara maka serta-merta akan membuat negara tersebut ikut terangkat dan maju. Padahal, hal tersebut tidaklah tepat. Kemajuan sebuah negara yang memiliki FDI tetap harus dibarengi dengan kebijakan yang tepat dan kapasitas awal yang telah memadai.
ADVERTISEMENT
Host nation tidak bisa menyandarkan semua pada industri FDI, karena pada dasarnya FDI datang untuk berbisnis, bukan untuk memajukan sebuah negara. Bahkan jika host nation memaksa agar industri FDI mampu berkontribusi pada negara dengan tidak memperhatikan profit yang mungkin ia capai, maka hal tersebut akan menjadi mustahil dan malahan membuat FDI keluar dari negara tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh host nation agar memperoleh keuntungan dari hadirnya FDI bagi negara.
Pertama, teknologi transfer hanya dapat terjadi pada negara yang memilih FDI yang tepat dan telah mempersiapkan diri untuk kedatangan FDI tersebut dari sisi kebijakan, kapasitas SDM, iklim bisnis, dan teknologi minimal yang dimiliki (Todo, 2008). Jika hal ini tidak dipersiapkan, maka akan sulit terjadi teknologi transfer dari negara investor ke negara tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Kedua, diperlukan promosi ekspor barang-barang yang akan diproduksi oleh industri FDI tersebut (Balasubramanyam dkk, 1996). Ketiga, diperlukan lembaga ekonomi yang sudah “mature” dan ketiadaan korupsi pada negara tuan rumah (Alfaro dkk, 2004 dan Durham 2004).
Ketiga, keberadaan industri FDI bisa memberikan efek positif kepada produksi domestik (Kokko 1994, Chuang & Lin 1999, Blomstorm & Sjoholm 1999), namun di sisi lain juga terdapat negara yang justru menerima efek negatif dari keberadaan industri ini (Haddad & Harrison 1993, Kinoshita 2001, Aitken & Harrison 1999, Hoi 2008). Semua bergantung pada bagaimana host nation mengelola keberadaan FDI di negaranya.
Keempat, industri FDI akan bergantung pada pasokan pengadaan domestik dan hal ini akan sangat bergantung pada variasi biaya dan kondisi kualitas yang tersedia (Rodriguez-Clare 1996). Jika kualitas pasokan dalam negeri buruk, maka akan berpengaruh pada kualitas hasil produk yang dihasilkan oleh industri FDI.
ADVERTISEMENT

Hal-hal Dasar yang Menarik FDI

Terdapat beberapa hal dasar yang membuat investor tertarik pada sebuah negara, yaitu ketika negara tersebut dapat memberikan nilai-nilai untuk menguatkan bisnis, ekspansi bisnis, dan profit yang menjanjikan.
Hal tersebut antara lain: Pertama, kebutuhan domestik yang besar atau sedang berkembang. Besarnya kebutuhan domestik dipastikan akan menarik FDI untuk berinvestasi di sebuah negara.
Kedua, sumber daya alam yang melimpah. Tidak dapat dipungkiri Indonesia memiliki anugerah ini.
Ketiga, keuntungan dari sisi tenaga kerja. FDI masih tertarik dengan negara yang kualitas tenaga kerjanya belum terlalu mahir namun biaya upahnya masih rendah. FDI pun tertarik dengan negara yang memiliki tenaga kerja profesional yang mahir meskipun tinggi upahnya karena ketersediaan tenaga kerja profesional di suatu negara akan mempercepat initial process dan proses transfer teknologi.
ADVERTISEMENT
Terakhir, tersedianya hak khusus/istimewa bagi FDI. Hal ini benar-benar harus dipertimbangkan dengan sangat bijak dan matang oleh host country agar tidak merugikan bangsa dan negara ke depannya.