TANTANGAN ORANGTUA MENDAMPINGI ANAK BELAJAR DI RUMAH SAAT PANDEMI COVID-19

Trimo Pamudji Al Djono
Konsultan di lembaga pembangunan international dan dosen
Konten dari Pengguna
4 Juli 2020 21:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trimo Pamudji Al Djono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya (dan juga istri) sebagai orang tua tidak terbiasa untuk mendampingi anak-anak sepanjang hari belajar (dalam konteks pelajaran sekolah) di rumah. Kalaupun dapat full mendampingi belajar, itu dapat kami lakukan saat mereka menempuh ujian tengah dan akhir semester. Hanya berlangsung seminggu penuh. Pendampingan pun mudah karena mereka sendiri punya kesadaran untuk belajar mandiri mengingat pentingnya ujian.
ADVERTISEMENT
Namun di masa pandemic ini, saat dimana keseharian mereka harusnya belajar di sekolah, kami dituntut untuk tetap mendampingi mereka belajar agar mereka tidak tertinggal pelajaran.
Sebagai orang tua, sulit bagi kami dapat saling menyesuaikan diri dimana saya yang terbiasa berangkat-pulang kerja kantoran dan istri yang senantiasa urus rumah tangga, arisan dan pengajian bersama ibu-ibu gank-nya diharuskan untuk beralih profesi menjadi guru rutin bagi mereka. Sepanjang hari di rumah!
Terdapat beberapa tantangan yang kami hadapi, pertama bahwa mereka menganggap kondisi pandemic ini seolah masa liburan. Libur berarti tidak belajar. Kedua, karena ini dianggap libur, maka siklus kegiatan mereka tentunya juga berubah, seperti tidur lebih malam, bangun lebih siang, dan tentu lebih banyak bermain dibandingkan belajar. Sementara sebagai orang tua pekerja, kegiatan bekerja tetap harus dilakukan, walau itu disebut Work from Home (WfH) alias bekerja di rumah.
Ilustrasi siswa belajar dan bermain game online di rumah
Mereka yang mengalami WfH malah sering mengeluh dibandingkan dengan yang merasa senang. Kenapa? WfH jauh lebih sibuk dibandingkan dengan saat kondisi normal. Paling tidak, sekian jam per hari dipakai untuk virtual meeting yang melelahkan mata dan bikin pusing kepala. Alih-alih jadi senang karena bisa bobo siang, malah pekerjaan rumah jadi lebih banyak karena seharian anak-anak berada di rumah yang membuat rumah jadi berantakan. Berantakan karena memang benar-benar berantakan secara fisik dimana segala bentuk barang mainan, gelas kotor, piring sisa makan, baju kotor, dan lainnya terserak dimana-mana. Berantakan karena harus banyak instruksi ini-itu penuh urat otot tegang, terlebih saat mereka tidak mematuhi aturan-aturan selama di rumah, dan sebagainya. Sisanya, bayangkan sendiri ya.
ADVERTISEMENT
Masa Pandemi dan #DiRumahAja ini membuat anak-anak lebih senang bermain dibandingkan belajar (pelajaran sekolah). Anak laki-laki cenderung bermain game di hp dan game online di laptop/desktop yang terkoneksi dengan teman-temannya entah dimana, sedangkan anak perempuan cenderung menyukai tayangan youtube music K-Pop dan reality show-nya. Menurut riset dan pengamatan saya pribadi, ini adalah kecenderungan anak-anak (Gen Z) di kota jaman now. Saya batasi anak-anak kota ya! Silakan jika punya riset sendiri.
Anehnya, kalau soal bermain mereka sangat disiplin dan terjadwal. Hampir seperti orang bekerja. Bangun pagi, mandi, dan sarapan, setelahnya langsung siap di depan laptop or desktop guna terkoneksi dengan jaringan pertemanannya untuk sama-sama bermain: GAME ONLINE dan YOUTUBE!
Kembali soal pendampingan belajar di rumah, trus gimana trik orangtua menghadapi hal tersebut dan bagaiman cara mengaturnya?
ADVERTISEMENT
Segera ke depan masa tahun ajaran baru tiba, maka kondisi ini tentu akan dirasakan oleh banyak orangtua dengan berbagai masalah dan tantangan. Semoga new normal membuat kita jadi normal melalui inovasi-inovasi belajar yang telah dan akan dilakukan oleh orangtua dan juga anak-anak sendiri. Tentu berharap ini menjadi kebaikan bersama.
Salam,
Trimo Pamudji Al Djono