Mengupas Perihal Gangguan Kecemasan dari Kacamata Medis

Tri Nurjannah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
30 November 2021 19:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Nurjannah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Teman-teman sadar enggak sih sekarang ini isu terkait mental health mulai ramai diperbincangkan? Apa lagi sama kaum muda-mudi yang aktif di sosial media. Kalau kita membuka aplikasi seperti Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram, pasti kita akan mudah sekali menemukan topik tentang mental health. Lalu, kenapa sih, bisa menjadi ramai seperti sekarang? Memangnya mental health itu apa? Seberapa pentingnya sampai menjadi riuh dibicarakan di mana-mana? Yuk, kita cari tahu!
ADVERTISEMENT
Berdasarkan apa yang dikatakan Kemenkes RI, mental health dapat diartikan sebagai kondisi batin di mana kita dalam keadaan baik dan tenang sehingga membawa kita untuk bisa menghargai aktivitas sehari-hari kita. Ketidakstabilan mental seseorang akan membuat konsentrasi terganggu dan akhirnya menurunkan produktivitas kita sebagai manusia. Padahal saat ini kita hidup di era yang serba cepat dan terburu-buru. Sangat mengganggu bukan jika dunia menuntut kita untuk lari sedangkan kita bahkan kesulitan berkonsentrasi?
Lalu kenapa sih hal tersebut sekarang menjadi ramai diperbincangkan? Ternyata selama pandemi ini, keluhan gangguan kecemasan mulai banyak dirasakan orang-orang dan mungkin juga dirasakan salah satu di antara kita.
Agaknya perubahan besar-besaran yang terjadi karena pandemi membuat kita kesulitan beradaptasi. Tantangan tersendiri bagi kita sebagai makhluk sosial untuk bisa diam di rumah demi menjaga jarak aman dari virus.
ADVERTISEMENT
Sebuah tantangan baru lagi bagi kita ketika kita sudah terbiasa diam di rumah lalu tiba-tiba harus kembali bersosialisasi dalam era baru bernama new normal. Belum lagi problematik lain yang lahir selama pandemi, seperti kehilangan orang tersayang, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Gangguan Kecemasan itu sendiri apa sih? Menurut buku Paduan Penegakan Diagnosis Gangguan Jiwa, Gangguan Kecemasan atau nama lainnya General Anxiety Disorder merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kekhawatiran berlebih, tidak rasional bahkan terkadang tidak realistis terhadap berbagai situasi dalam kehidupan sehari hari. Hal yang perlu kita tandai di sini, kecemasan ini sering kali datang tanpa pemicu yang nyata. Orang dengan gangguan kecemasan bisa memiliki ketakutan berlebih terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berbahaya.
ADVERTISEMENT
Lalu apa bedanya dengan kecemasan yang lazim? Perbedaan yang paling kentara antara kecemasan yang lazim dengan gangguan kecemasan adalah dari respons kecemasannya yang sampai mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga bahkan kehidupan sosial. Individu dengan gangguan kecemasan akan mengeluh cemas yang berlangsung hampir setiap hari dalam jangka waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kecemasan yang dirasakan biasanya seputar kekhawatiran akan bernasib buruk dan merasa nasibnya di ujung tanduk tanpa penyebab yang pasti.
Tak hanya itu, kecemasan ini biasanya datang dengan mendadak bahkan disertai ketegangan motorik seperti gelisah, sakit kepala, tremor dan refleks tubuh yang tidak dapat santai. Selain itu, respons otonom seperti kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, dan mulut kering juga seringkali ikut muncul. Lebih parahnya lagi, gangguan kecemasan ini akan membuat otak kita sulit fokus berpikir dan berkonsentrasi.
ADVERTISEMENT
Dari sini saja kita sudah bisa melihat, betapa ketidakstabilan mental termasuk di dalamnya gangguan kecemasan sangatlah mengganggu kehidupan kita.
So, sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh kita ketika kita mengalami gangguan kecemasan?
Ternyata di dalam otak kita terdapat mediator kimia yang berfungsi mengirim sinyal dari sel saraf satu ke sel saraf yang lain. Mediator kimia tersebut bernama Neurotransmitter. Neurotransmitter sendiri memiliki banyak jenis dan setiap jenis mempunyai peran masing-masing. Pada kasus kita ini, ada peningkatan Neurotransmitter jenis Norepinefrin, Serotonin, dan Gamma Aminobutyric Acid (GABA) yang membuat kita mudah terpicu untuk merasa cemas bahkan tanpa sebab yang berarti.
Pada dasarnya kita tidak bisa mendiagnosis gangguan kecemasan sendiri, terlebih dari penyebabnya bisa berasal dari berbagai faktor yang bisa dan juga berbeda antar individu satu dengan yang lain. Namun agaknya kita juga perlu berbangga diri, munculnya pembahasan terkait mental health di permukaan menunjukan bahwa kini kita mulai memperhatikan sesuatu krusial meskipun sebelumnya nyaris tak kasat mata. Bukan tanpa alasan jika dekade kemarin topik seputar gangguan psikologis ini tak terdengar dengungnya sama sekali. Nyatanya berbeda dengan sakit fisik yang terlihat jelas, psikis seseorang adalah sesuatu yang dapat disembunyikan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain kita juga dihadapkan pada tantangan baru. Gejala gangguan psikologis seringkali tidak spesifik dan bahkan terkadang memunculkan keluhan fisik. Data dari National Comorbidity Study mengatakan bahwasanya hanya sepertiga dari pasien yang menderita gangguan kecemasan menyeluruh yang mencari pengobatan psikiatri. Sebagian yang lain pergi ke dokter umum, dokter penyakit dalam bahkan dokter spesialis kardiologi untuk mencari pengobatan karena menduga penyakitnya bukan terkait gangguan psikis. Di sinilah kita perlu meningkatkan kewaspadaan kita, ada baiknya kita segera mencari pertolongan ahli jika mulai merasakan gejala yang menjurus pada gangguan psikologi.