Australia Berhasil Pangkas 80 Persen Penggunaan Plastik dalam 3 Bulan

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
9 Desember 2018 0:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bukti baru menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam kebijakan penggunaan plastik ternyata mampu membuat perubahan besar. Contohnya saat dua rantai supermarket terbesar Australia melarang kantong plastik tiga bulan lalu, The Guardian melaporkan, langkah tersebut menghasilkan pengurangan 80 persen dalam keseluruhan konsumsi kantong plastik negara itu. Keren, ya!
Baca Lainnya :
Sempat ada kecaman publik di Australia ketika retailer Coles dan Woolworths berjanji untuk melarang penggunaan kantong plastik musim panas lalu. Awalnya, hal-hal sulit terjadi. Woolworth's bahkan mengalami penurunan penjualan. Sementara Coles secara singkat membalikkan aturan sebelum menetapkan biaya kecil untuk kantong plastik.
Tetapi hanya beberapa bulan kemudian, menurut Asosiasi Ritel Nasional Australia, larangan tas plastik yang kedua supermarket besar ini lakukan telah membuat perbedaan lingkungan yang signifikan. Kelompok ini memperkirakan bahwa apa yang dua perusahaan itu lakukan, berhasil mencegah sekitar 1,5 miliar kantong menjadi sampah di lingkungan.
ADVERTISEMENT
Baca Lainnya :
Pada bulan Oktober, Uni Eropa akhirnya memutuskan untuk melarang sepenuhnya penggunaan plastik sekali pakai pada tahun 2021 - meskipun negara-negara anggotanya masih perlu menyetujui undang-undang tersebut. Sementara itu, langkah Coles dan Woolworths menunjukkan bahwa perubahan kecil oleh pengecer juga dapat membantu menutup celah plastik.
"Semua orang yang mengirimkan barang dalam satu paket harus bertanggung jawab atas apa yang mereka berikan," kata juru bicara National Retail Association, David Stout kepada The Guardian. "Saya pikir akan ada lebih banyak tekanan pada kita semua untuk lebih sadar tentang apa yang kita konsumsi." tandasnya lagi.
Hmm, bisa enggak ya ditiru Indonesia?
ADVERTISEMENT